KOMPAS.com - Penampakan es batu yang dibuat dari air mentah dan air matang, disebut bisa dibedakan dari warnanya.
Es batu air matang atau air yang sudah direbus dinilai memiliki tampilan warna lebih jernih dan bening.
Sementara, es batu air mentah atau yang berasal dari air keran tanpa dimasak, akan cenderung lebih keruh.
Anggapan beda es batu air matang dan air mentah ini salah satunya disampaikan oleh unggahan Facebook Sisk***, Kamis (9/1/2025).
Narasi unggahan mengungkapkan, dari segi warna, es batu dari air keran cenderung lebih keruh karena mengandung gas terlarut, mineral, dan partikel kecil yang ikut membeku.
"Es batu dari air rebus biasanya lebih jernih dan bening karena perebusan menghilangkan sebagian besar gas terlarut dan partikel, sehingga menghasilkan es dengan tampilan yang lebih bersih," tulis unggahan.
Lantas, benarkah informasi perbedaan es batu tersebut?
Baca juga: Kebiasaan Mengunyah Es Batu Disebut Bisa Sebabkan Anemia Defisiensi Besi, Benarkah?
Beda es batu air mentah dan air matang
Guru Besar Keamanan Pangan dan Gizi IPB University, Ahmad Sulaeman membenarkan, warna dapat menjadi petunjuk awal perbedaan es batu air matang dan air mentah.
Es batu yang terbuat dari air keran atau air tidak matang akan tampak berwarna keruh atau cloudy, demikian pula sebaliknya.
"Es batu yang terbuat dari air matang akan punya tampilan yang lebih bersih dan jernih," kata Sulaeman saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/1/2025).
Ahmad menjelaskan, pada air mentah, terdapat banyak gas yang terlarut, termasuk mineral-mineral yang berkontribusi terhadap warna.
Selama pembekuan, gas-gas yang terlarut tersebut, terutama nitrogen dan oksigen, akan keluar dari larutan.
Baca juga: 5 Manfaat Es Batu untuk Wajah, Redakan Jerawat dan Kulit Kusam
"Gelembung-gelembung kecil dari udara yang terjebak dalam es beku akan menyebabkan penampakan putih (cloudy)," papar Ahmad.
Sebaliknya, proses memasak atau mendidihkan air yang akan dibuat menjadi es, akan mengeluarkan udara atau gas di dalamnya.
Selain itu, proses mendidihkan air juga akan mengurangi kelarutan mineral-mineral yang terkandung di dalamnya.
Misalnya, mineral kalsium dan magnesium bikarbonat yang larut air, akan diubah menjadi kalsium dan magnesium karbonat yang tidak larut, sehingga akan keluar dari larutan.
"Maka karenanya, pembekuan air matang yang gasnya dan mineralnya sudah keluar akan menghasilkan es batu yang jernih dan lebih bersih. Kurang lebih begitu penjelasan singkatnya," tuturnya.
Baca juga: Apa yang Terjadi Ketika Anda Menggoreng Es Batu?
Bahaya mengonsumsi es batu air mentah
Ahmad menyampaikan, mengonsumsi es batu yang terbuat dari air keran atau air belum matang di Indonesia dapat membawa sejumlah risiko bagi kesehatan.
Salah satunya, kemungkinan keberadaan mikroba patogen yang mencemari air keran karena tidak cukup terdesinfeksi.
Sebab, standar mutu air keran di Indonesia tidak memungkinkan dapat diminum langsung tanpa pemasakan ataupun ozonisasi.
"Kemungkinan tercemar oleh bakteri E. coli, Salmonella, atau bakteri patogen lainnya masih memungkinkan. Jadi bisa saja terkena disentri atau penyakit gastroenteritis lainnya," ungkapnya.
Dikutip dari Kompas.com, Jumat (27/12/2024), penggunaan es dari air mentah memiliki berbagai risiko kesehatan, di antaranya:
Baca juga: Benarkah Es Batu Bisa Mengecilkan Pori-pori Wajah? Ini Kata Dokter
1. Kontaminasi bakteri dan patogenAir yang tidak dimasak untuk membuat es mentah dapat mengandung mikroorganisme berbahaya, seperti bakteri E. coli dan virus seperti norovirus.
Mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit gastrointestinal atau peradangan pada saluran pencernaan saat dikonsumsi.
2. Kandungan kotoran dan polutanEs batu dari air mentah juga dapat mengandung kotoran, serpihan, dan polutan lain dari sumber airnya. Hal ini meningkatkan risiko kontaminasi lebih lanjut.
3. Penyakit yang ditimbulkanMengonsumsi minuman yang menggunakan es mentah dapat menyebabkan penyakit bawaan makanan.
Gejala masalah kesehatan ini berkisar dari gangguan pencernaan ringan hingga gejala yang lebih parah, seperti muntah, diare, dan dehidrasi.
Kelompok rentan seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan individu dengan sistem imun lemah pun memiliki risiko lebih tinggi terkena dampaknya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.