KOMPAS.com - Beberapa dari Anda mungkin pernah melihat ada petugas dari aparat keamanan yang bersikap arogan.
Misalnya, ada petugas atau pengawal memaksa pengendara lain menyingkir ketika rombongan mereka lewat.
Nah, menurut psikolog, terdapat beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab petugas melakukan tindakan semacam itu.
Baca juga: Duduk Perkara Patwal Mobil RI 36 Dianggap Arogan, Ternyata Anggota Polda Metro Jaya
Psikolog ungkap alasan mengapa pejabat arogan
Psikolog klinis Aditya Kasandra Putranto, menyebut penyebab petugas bersikap arogan, seperti memaksa pengendara lain menyingkir ketika rombongan mereka lewat, dapat dijelaskan melalui beberapa faktor psikologis dan sosial.
Apa saja faktornya?
1. Rasa superioritas petugas yang mendampingi"Karena merasa memiliki kekuasaan, petugas mungkin percaya bahwa status mereka memberikan hak untuk diperlakukan secara istimewa, termasuk dalam situasi lalu lintas," ujarnya saat dimintai tanggapan Kompas.com, Selasa (14/1/2025).
2. Normalisasi kekuasaanMenurut Kasandra, faktor penyebab lainnya adalah terkait normalisasi kekuasaan.
Pengurus Badan Kompetensi Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia yang juga menjadi anggota kelompok ahli BNN dan anggota komisi Etik keluarga harapan Kementrian Sosial (Kemensos) RI itu mejelasakan, dalam beberapa budaya atau lingkungan, perilaku arogan pejabat atau petugas pengawal bisa saja dianggap sebagai hal biasa.
"Apabila pengawal dari pejabat lain juga bertindak dengan cara yang sama, mereka mungkin merasa bahwa perilaku tersebut dapat diterima dan tidak perlu dipertanyakan," terangnya.
3. Minimnya EmpatiFaktor penyebab lain petugas bersikap arogan, yakni karena seringkali kurang memiliki empati terhadap orang lain.
"Mereka mungkin tidak mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka terhadap pengendara lain, seperti stres atau ketidaknyamanan yang ditimbulkan," kata dia.
Baca juga: Mayor Teddy Beri Respons soal Mobil RI 36 Dikawal Patwal Arogan
4. Persepsi terhadap tanggung jawabKasandra mengatakan, beberapa petugas mungkin juga merasa mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan dan ketertiban, tetapi cara mereka melakukannya bisa sangat tidak sensitif.
Mereka mungkin berpikir bahwa tindakan mereka adalah untuk kepentingan umum, meskipun sebenarnya merugikan orang lain.
5. Keterasingan dari realitas masyarakatPsikolog itu kemudian berpandangan, petugas yang sering berada dalam lingkungan yang terpisah dari masyarakat umum bisa jadi telah kehilangan pemahaman tentang pengalaman sehari-hari orang biasa.
Hal ini, kata dia, dapat menyebabkan mereka tidak menyadari bagaimana tindakan mereka dapat mempengaruhi orang lain.
Ia menjelaskan, lingkungan kerja dan budaya organisasi di mana petugas tersebut berada dapat pula memengaruhi perilaku mereka.
"Jika lingkungan tersebut mendorong perilaku arogan atau tidak menghargai masyarakat, maka petugas tersebut mungkin akan meniru perilaku tersebut," kata Kasandra.
7. Kekuasaan dan impunitasKasandra menambahkan, rasa impunitas yang seringkali menyertai posisi kekuasaan dapat membuat petugas merasa bahwa mereka tidak akan mendapatkan konsekuensi atas tindakan arogan mereka.
Baca juga: Kenapa Pejabat Tak Boleh Pakai Uang Pribadi Biayai Acara Pemerintahan?
8. Krisis identitas atau ketidakamananSementara dalam beberapa kasus, ia menilai, sikap arogan bisa jadi merupakan mekanisme pertahanan untuk menutupi ketidakamanan atau krisis identitas.
Petugas mungkin merasa perlu menunjukkan kekuatan untuk menutupi rasa tidak percaya diri mereka.
Terkait persoalan ini, Kasandra pun menyarankan kepada para petugas untuk dapat menyesuaikan diri agar tidak merugikan.
Beberapa hal yang ia anjurkan dilakukan oleh para petugas atau pejabat untuk menghindari sikap arogan, termasuk membangun empati, menjunjung integritas, bersikap rendah hati, bersikap terbuka, punya sikap kepemimpinan yang inspiratif, bersikap adil, berkomitmen terhadap pelayanan publik, melatih keterampilan komunikasi yang baik, hingga memahami tanggung jawab sosial.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.