KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden AS terpilih Donald Trump saling klaim bahwa mereka yang berjasa atas tercapainya gencatan senjata di Gaza, Palestina yang akan dimulai pada Minggu (19/1/2025).
Tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas sebelumnya diumumkan oleh Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed, Rabu (15/1/2025).
Amerika Serikat merupakan salah satu negara mediator yang turut berpartisipasi dalam perundingan negosiasi tawaran gencatan senjata.
Ada dua pejabat AS yang diperintahkan untuk menghadiri pertemuan tersebut. Mereka adalah Brett McGurk, utusan pemerintahan Biden, dan Steve Witkoff yang merupakan utusan Trump.
Baca juga: Ragam Reaksi Pemimpin Dunia soal Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza
Trump dan Biden saling klaim paling berjasa
Dilansir dari Associated Press, Kamis (16/1/2025), melalui akun media sosialnya, Trump menegaskan bahwa dia merupakan sosok yang menggerakkan kesepakatan tersebut.
"Perjanjian gencatan senjata yang luar biasa ini hanya dapat terjadi sebagai hasil dari kemenangan bersejarah kami pada bulan November, karena hal ini mengisyaratkan kepada dunia bahwa pemerintahan saya akan mengupayakan kesepakatan untuk memastikan keamanan semua orang Amerika dan sekutunya," tulisnya.
Dia memastikan, utusannya untuk Timur Tengah, Steve Witkoff di Doha akan terus bekerja sama dengan Israel dan sekutu agar Gaza tidak pernah lagi menjadi tempat berlindung yang aman bagi teroris.
Di sisi lain, Biden menegaskan bahwa kesepakatan gencatan senjata Gaza ini dicapai berkat upaya diplomasi pada masa pemerintahannya.
"Ini adalah hasil tidak hanya dari tekanan ekstrem yang dialami Hamas dan perubahan situasi regional setelah gencatan senjata di Lebanon dan melemahnya Iran, tetapi juga diplomasi Amerika yang gigih dan telaten," ungkapnya.
Di sisi lain, dalam sambutannya di Gedung Putih, Biden juga mengatakan bahwa pemerintahannya lah yang membuat rencana perundingan ini. Tetapi ia mengatakan bahwa tim Trump yang akan mengimplementasikannya.
"Selama beberapa hari terakhir, kami telah berbicara sebagai satu tim," ujarnya.
Menyikapi pernyataan itu, Trump menolak dan mengatakan bahwa Biden tidak bisa menyelesaikan kesepakatan sampai dia mengutus Witkoff.
Aksi saling klaim antar kedua pemimpin ini disinyalir untuk membuat kesepakatan gencatan senjata Gaza sebagai warisan kepresidenan mereka.
Selama beberapa bulan ke belakang, pemerintah Biden telah melakukan sejumlah upaya untuk menengahi perdamaian melalui perundingan yang nyaris berhasil sebelum akhirnya gagal.
Sementara, Trump mendapat sorotan baru-baru ini setelah memberikan peringatan "ada harga yang harus dibayar" jika gencatan senjata tidak tercapai sebelum pelantikannya pada 20 Januari 2025.
Baca juga: Euforia Warga Gaza Usai Pengumuman Gencatan Senjata Israel-Hamas...
Gencatan senjata Gaza bukti kekuatan AS
Direktur inisiatif keamanan Timur Tengah dari Atlantic Council's Scowcroft, Jonathan Panikoff, mengatakan usaha Biden untuk terus mengupayakan perundingan layak dipuji meski berulang kali gagal.
Namun, ancaman Trump terhadap Hamas dan upayanya melalui Witkoff untuk membujuk Netanyahu juga patut mendapat pujian.
Menurutnya, kesepakatan gencatan senjata ini menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri AS jauh lebih kuat dan berpengaruh apabila pemerintah dan oposisi memiliki pandangan yang sama.
"Baik pemerintahan yang sekarang menjabat dan yang akan menjabat layak mendapatkan pujian atas kesepakatan ini. Kesepakatan ini kemungkinan besar tidak akan terjadi tanpa dorongan dari keduanya," kata Panikoff.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller memberikan pendapat serupa.
Biden secara terbuka mengakui keterlibatan tim Trump dalam memberikan jalan kepadanya untuk mewujudkan perdamaian di wilayah tersebut.
Sebab, Trump tidak lama lagi akan menggantikan Biden sebagai presiden berikutnya.
"Keterlibatan tim presiden terpilih Trump sangat penting dalam mencapai kesepakatan ini dan sangat penting karena jelas, seperti yang saya lihat saat ini, masa jabatan pemerintahan akan berakhir dalam lima hari," ujarnya.
Kepala Pusat Kebijakan Internasional AS, Nancy Okail, menambahkan bahwa tercapainya gencatan senjata Gaza usai ancaman Trump secara ironis menunjukkan betapa efektinya sebuah tekanan dapat mengubah perilaku pemerintah Israel.
Baca juga: Gencatan Senjata Israel-Hamas di Gaza, Akhiri Konflik Lebih dari 460 Hari
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.