Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kelahiran Terus Menurun, Pakar Perkirakan Jepang Hanya Miliki 1 Anak di Masa Depan

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Unsplash/Dino Johannes
Ilustrasi Himeji Castle atau Kastel Himeji di Hyogo, Jepang, ilustrasi beasiswa S2 jepang.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Krisis populasi akibat angka kelahiran dan pernikahan yang terus menurun mengakibatkan Jepang di ambang kepunahan di masa depan.

Dalam 695 tahun lagi, Jepang diperkirakan hanya akan memiliki satu anak jika tingkat kelahirannya terus berlanjut seperti saat ini, dikutip dari Japan Times (6/1/2025).

Seorang profesor di Pusat Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Lanjut Usia Universitas Tohoku, Hiroshi Yoshida memperkirakan, Jepang hanya akan memiliki satu anak berusia di bawah 14 tahun pada 5 Januari 2720.

Profesor yang mengelola sebuah penghitungan yang memberikan perkiraan tanggal kapan jumlah anak di negara ini menjadi hanya satu itu telah merilis perkiraan setiap bulan April sejak 2012.

Simulasi ini dihitung dengan menggunakan tingkat penurunan populasi tahunan di antara anak-anak, berdasarkan selisih antara jumlah pada April dari tahun sebelumnya dan jumlah saat ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkiraan terbaru menunjukkan tingkat penurunan tahunan sebesar 2,3 persen pada April lalu, mempercepat waktu lebih dari 100 tahun dibandingkan dengan prediksi pada 2023.

Baca juga: Jepang Bayar Rp 500 Juta untuk Orang yang Mau Tinggal dan Menetap di Pedesaan


Angka kelahiran di Jepang terus menurun

Angka kelahiran di Jepang terus mengalami penurunan yang cepat.

Data terbaru yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Jepang menunjukkan, angka kelahirannya turun menjadi 1,20 pada 2023. Jumlah ini merupakan angka terendah yang pernah ada.

Di Tokyo, angka kelahirannya bahkan hanya mencapai 0,99. Ini menjadikannya sebagai kota pertama di negara tersebut yang memiliki angka kelahiran di bawah 1.

Salah satu alasan penurunan angka kelahiran ini diduga karena semakin sedikit orang Jepang yang menikah dan semakin banyaknya orang yang masih lajang.

Menurut laporan sensus pada 2020, sekitar 28 persen pria di usia 50 tahun tidak pernah menikah, sementara persentasenya sekitar 17,8 persen untuk wanita. Ini adalah penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan masa lalu.

Pada 1990, jumlahnya hanya sekitar 5,6 persen untuk pria dan 4,3 persen untuk wanita.

Baca juga: Alasan Dewi Soekarno Didenda Rp 3 Miliar oleh Jepang, Bukan Kasus Hukum Pertama

Upaya untuk meningkatkan angka kelahiran di Jepang

Untuk mengatasi krisis populasi dan penurunan angka kelahiran di Jepang, pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk mendorong kaum muda agar menikah.

Misalnya, aplikasi kencan dipandang sebagai salah satu cara yang dapat membantu individu yang kesulitan untuk bertemu dengan calon pasangan.

Sebuah survei yang dilakukan tahun lalu menunjukkan, 1 dari 4 pasangan di bawah usia 40 tahun yang menikah dalam satu tahun terakhir bertemu dengan pasangannya melalui aplikasi tersebut.

Tahun lalu, Pemerintah Metropolitan Tokyo bahkan meluncurkan aplikasi kencannya sendiri dengan harapan dapat memberikan warga Tokyo sebuah alat yang dapat membawa mereka selangkah lebih dekat ke arah pernikahan.

Selain itu, pemerintah Jepang juga melakukan berbagai upaya lain untuk mendukung pasangan menikah, termasuk memberikan informasi tentang keseimbangan kehidupan kerja, pengasuhan anak, bantuan perumahan, keterlibatan pria dalam pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak, dan konseling karier.

Terlepas dari upaya pemerintah, para ahli memperkirakan bahwa penurunan populasi Jepang akan terus berlanjut selama beberapa dekade karena struktur demografi saat ini, dikutip dari The Independent (8/1/2025).

Bahkan jika tingkat kesuburan meningkat dengan segera, populasi akan terus menyusut hingga ketidakseimbangan antara generasi muda dan tua menjadi stabil.

Baca juga: Narapidana Lansia di Jepang Pilih Tetap Hidup di Penjara daripada Kesepian, Ada yang Rela Bayar Jutaan Rupiah

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi