KOMPAS.com - Pemerintah Thailand mengumumkan bakal menggratiskan transportasi umum untuk mengurangi polusi udara di Bangkok yang terkenal akan kemacetannya.
Hal itu diungkap Menteri transportasi Suriya Juangroongruangkit sebagaimana dilansir dari Channel News Asia.
Dia mengatakan, transportasi umum, seperti layanan skytrain, metro, sistem kereta ringan, dan bus di Bangkok bakal digratiskan selama seminggu terhitung sejak Sabtu (25/1/2025).
"Kami berharap kebijakan ini akan membantu mengurangi polusi," kata dia.
Rencana ini diinisiasi setelah tingginya asap knalpot berbahaya yang meningkatkan polusi udara.
Pihak berwenang Thailand berharap, langkah tersebut dapat mengurangi jumlah mobil di jalan sehingga mengurangi salah satu faktor utama yang mendorong lonjakan polusi.
Selain menggratiskan transportasi umum, pihak berwenang Thailand juga terpaksa menutup 350 sekolah pada Jumat (24/1/2025).
Baca juga: Ada Masalah Tekanan Udara, Pesawat Malaysia Airlines Tujuan Bangkok Putar Balik
Warga Thailand akui sulit bernapas
Seorang penjual minuman, Benjawan Suknae (61) mengaku, polusi udara di Thailand membuatnya sulit bernapas.
"Sulit untuk bernapas. Saya benar-benar merasakan panas di tenggorokan," kata dia, masih dari sumber yang sama.
Dia sepakat dengan Pemerintah Thailand yang menutup sekitar 350 sekolah di 31 distrik imbas polusi udara.
Sebelumnya, pada Kamis (23/1/2025), lebih dari 250 sekolah di Bangkok, Thailand ditutup karena polusi udara. Para pejabat juga mengimbau masyarakat untuk bekerja dari rumah dan membatasi penggunaan kendaraan di kota tersebut.
Sebagai informasi, polusi udara di Thailand terjadi secara musiman. Namun, pada Jumat (24/1/2025), tingkat polutan PM 2,5 (mikropartikel penyebab kanker yang cukup kecil untuk masuk ke aliran darah melalui paru-paru) di negara itu mencapai 108 mikrogram per meter kubik menurut IQAir.
Angka tersebut menjadikan ibu kota Thailand sebagai kota besar paling tercemar ketujuh di dunia saat ini.
Hingga Jumat pagi, sebanyak 352 dari 437 sekolah di bawah Otoritas Metropolitan Bangkok telah ditutup sehingga berdampak pada ribuan siswa.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Anutin Charnvirakul telah memerintahkan larangan pembakaran jerami.
Baca juga: 6 Orang Meninggal di Hotel Bangkok Usai Minum Teh Berisi Sianida
Penyebab polusi udara di Thailand
Diberitakan AP News, polusi udara telah menjadi masalah selama bertahun-tahun di Thailand. Di sana, pembakaran hutan dan limbah pertanian merupakan faktor utamanya.
Namun, beberapa tahun terakhir, Thailand khususnya Bangkok juga mulai mengalami periode panjang dengan tingkat polusi yang tinggi, terutama selama bulan-bulan yang lebih dingin.
Polusi udara di negara itu mengandung partikel mikroskopis yang dapat menembus jauh ke dalam paru-paru dan kemudian bergerak lebih jauh ke dalam tubuhnya.
Hal ini bisa menyebabkan masalah bronkial jangka pendek dan masalah kesehatan serius jangka panjang.
Faktor lain yang diduga menjadi penyebab masalah polusi udara di Thailand adalah emisi mobil, pabrik, dan debu dari lokasi pembangunan.
Data dari The Independent, Thailand mengalami peningkatan polusi udara setiap tahunnya karena udara musim dingin yang bercampur dengan asap hasil pembakaran, mobil, emisi pabrik, dan debu.
Wilayah dengan polusi paling parah di Thailand adalah Bangkok.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.