Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 30 Agu 2022

Agung Setiyo Wibowo merupakan seorang Personal Branding Consultant, Career Coach & People Developer. Founder The Pandita Institute dan LinkedIn Hacks Academy ini kerap kali menjadi pembicara pada beragam topik di kota-kota populer di Asia-Pasifik seperti Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Manila, Bangkok, Dubai, dan New Delhi.
Di masa mudanya, Agung pernah mendapatkan sejumlah penghargaan bergengsi seperti Global Change Maker, Young Leaders for Indonesia, ASEAN Blogger Ambassador, Spirit of Majapahit Cultural Ambassador dan Duta Paramadina. Profil dan pemikirannya pernah diliput di berbagai media tanah air dan luar negeri seperti The Japan Times, SEA Today, Kompas, Media Indonesia, Detik.com, Merdeka.com, TVRI, RRI, SmartFM, dan Jawa Pos TV.
Sebagai seorang Storyteller, Agung pernah menulis 100 buku pada beragam topik-khususnya manajemen, bisnis dan self-improvement. Secara berkala, ia membagikan pemikirannya melalui akun LinkedIn dan blog pribadinya: agungwibowo.com.

DeepSeek Vs ChatGPT dalam Perspektif Hubungan Internasional

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/ Galuh Putri Riyanto
Ilustrasi DeepSeek, startup artificial intelligence (AI) asal Tiongkok ini berhasil mencuri perhatian dengan model AI terbarunya, DeepSeek R1. Model AI yang disebut-sebut mampu menyaingi ChatGPT.
Editor: Sandro Gatra

KETEGANGAN antara China dan Amerika Serikat semakin menajam, bukan hanya di medan perang konvensional, tapi juga di dunia digital.

Kali ini, pertempuran tak lagi hanya soal senjata atau diplomasi, tetapi melibatkan kecerdasan buatan dan teknologi informasi, dengan dua entitas besar: DeepkSeek dan ChatGPT, menjadi simbol pertempuran global ini.

Bagi banyak orang, pertanyaan besarnya adalah: siapa yang akan menguasai dunia digital dan informasi? Lebih penting lagi, siapa yang akan menguasai data?

Kita tahu bahwa sejak beberapa tahun terakhir, teknologi China seperti TikTok, Huawei, dan Baidu menjadi bahan perdebatan di Amerika Serikat.

China, dengan raksasa-raksasa teknologi mereka, sering dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan siber dan bahkan stabilitas geopolitik global.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: DeepSeek Buatan China Berbiaya Murah yang Mengguncang AS

TikTok, misalnya, menjadi sorotan utama karena kekhawatiran tentang pengumpulan data pribadi pengguna di luar negeri, yang menurut banyak pihak, berpotensi digunakan untuk kepentingan negara China.

Huawei, di sisi lain, menghadapi larangan di banyak negara, dengan tuduhan bahwa perusahaannya bisa memanfaatkan jaringan 5G untuk spionase.

Begitu pula dengan Baidu, yang meskipun tidak begitu diprotes seperti Huawei, tetap dianggap memiliki potensi untuk memengaruhi aliran informasi global.

Di tengah ketegangan ini, muncul pertanyaan penting: bagaimana peran teknologi seperti DeepkSeek dan ChatGPT dalam persaingan besar ini?

DeepkSeek, yang berbasis di China, tidak bisa dipandang sebelah mata. Meskipun saat ini mungkin tidak (atau lebih tepatnya belum) setenar ChatGPT yang dikembangkan oleh OpenAI di Amerika Serikat, tapi peranannya dalam analisis data besar dan kecerdasan buatan bisa menjadi kunci bagi China dalam memenangkan pertempuran digital ini.

Di sisi lain, ChatGPT, dengan kapasitasnya dalam pemrosesan bahasa alami, menjadi alat yang sangat berpengaruh, tidak hanya dalam bidang teknologi, tetapi juga dalam geopolitik.

Bagaimana data diproses, disaring, dan disajikan oleh keduanya bisa memengaruhi narasi dan kebijakan internasional, terutama dalam mengatasi perbedaan informasi antara negara-negara besar.

Namun, ada perspektif yang lebih besar di balik semua ini: keamanan siber. Dalam teori hubungan internasional, khususnya teori realisme, negara selalu berusaha mengamankan kepentingan dan kekuasaannya.

Dalam hal ini, data dan informasi menjadi sumber daya strategis yang harus dikendalikan. Keamanan siber kini menjadi garis depan dalam persaingan antarnegara, dengan banyak pihak yang mengkhawatirkan bahwa pihak lain bisa saja mengakses dan memanfaatkan data untuk tujuan spionase atau manipulasi politik.

Dalam konteks ini, penggunaan teknologi oleh China dan Amerika Serikat bisa diartikan sebagai upaya untuk menjaga dominasi mereka dalam berbagai aspek kehidupan: ekonomi, politik, bahkan militer.

Baca juga: Gig Economy dan Keadilan Sosial: Sampai Kapan Pekerja Berjuang Sendirian?

Mengambil pelajaran dari kasus-kasus sebelumnya, kita bisa melihat betapa kuatnya dampak teknologi terhadap kebijakan internasional.

Misalnya, ketika Amerika Serikat memblokir Huawei dari akses ke pasar 5G global, keputusan ini mencerminkan betapa teknologi komunikasi dan data bisa menjadi instrumen kekuatan geopolitik.

Negara-negara yang terhubung dengan jaringan 5G atau yang menggunakan perangkat Huawei, bisa saja menjadi lebih rentan terhadap potensi pengaruh China.

Ini adalah pelajaran berharga tentang bagaimana teknologi dan geopolitik bisa saling terkait, dan mengapa negara-negara besar sangat hati-hati dalam mengizinkan akses teknologi asing ke infrastruktur kritis mereka.

Begitu pula dengan TikTok, yang telah dipanggil untuk diaudit oleh banyak negara, terutama Amerika Serikat, karena potensi ancaman terhadap privasi dan keamanan data penggunanya.

Meskipun TikTok menanggapi dengan klaim bahwa mereka tidak menyalahgunakan data penggunanya, ketegangan ini menunjukkan bagaimana aplikasi bisa lebih dari sekadar hiburan — ia bisa menjadi alat pengaruh, jika digunakan dengan cara yang salah.

Mengapa DeepSeek "mengancam" AS?

DeepkSeek, sebagai entitas yang berasal dari China, dianggap sebagai ancaman bagi negara dan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat karena beberapa alasan yang terkait dengan keamanan siber, pengumpulan data, dan persaingan teknologi global.

Berkaca dari perspektif hubungan internasional, berikut adalah alasan kuat mengapa Negeri Paman Sam "kelabakan" dengan kehadiran DeepSeek.

Pertama, kontrol data dan akses ke informasi sensitif. Salah satu kekhawatiran utama Amerika Serikat terhadap perusahaan Tiongkok seperti DeepkSeek adalah kemampuan mereka untuk mengakses dan mengumpulkan data yang sangat berharga, baik data pribadi maupun data terkait perusahaan.

Di dunia yang semakin bergantung pada data besar (big data) dan kecerdasan buatan, siapa yang mengontrol data, pada akhirnya dapat memengaruhi keputusan bisnis, politik, dan keamanan.

Baca juga: Trump 2.0 dan Transformasi Global: Era Baru Diplomasi Transaksional

DeepkSeek yang berbasis di China bisa jadi memiliki akses ke informasi sensitif melalui platform dan sistem yang mereka operasikan.

Jika data ini jatuh ke tangan pihak yang tidak diinginkan, maka hal ini bisa menjadi risiko keamanan besar bagi negara-negara seperti Amerika Serikat.

Kedua, potensi penggunaan untuk spionase digital. Dalam konteks hubungan internasional, terutama dengan ketegangan yang ada antara China dan Amerika Serikat, banyak pihak khawatir bahwa teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan China, termasuk DeepkSeek, bisa digunakan untuk tujuan spionase digital.

Spionase ini bisa dalam bentuk mengakses data pribadi individu atau perusahaan, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi strategis yang dapat menguntungkan negara China.

Hal ini sudah menjadi kekhawatiran nyata dalam kasus seperti Huawei dan TikTok, yang sudah lama dibicarakan dalam konteks potensi ancaman terhadap keamanan siber di Amerika Serikat.

Ketiga, pengaruh infrastruktur dan ekonomi digital. Dengan kemampuan untuk memproses dan menganalisis data besar, perusahaan seperti DeepkSeek berpotensi memasuki pasar teknologi tinggi dan berkompetisi dengan perusahaan-perusahaan besar Amerika Serikat dalam bidang AI, analisis data, dan sistem otomasi.

Jika DeepkSeek dapat mengakses dan menyebarkan teknologi canggihnya ke pasar global, hal ini bisa mengancam dominasi perusahaan-perusahaan teknologi besar Amerika Serikat yang sudah mapan, seperti Google, Microsoft, dan Amazon, yang menguasai banyak aspek dari ekonomi digital global.

Ini tidak hanya bisa merugikan perusahaan-perusahaan tersebut secara finansial, tetapi juga dapat memengaruhi posisi strategis Amerika Serikat dalam mengendalikan teknologi masa depan.

Keempat, pengaruh keamanan dan kebijakan global. Seiring dengan berkembangnya kecerdasan buatan dan teknologi lainnya, kontrol terhadap teknologi ini menjadi semakin penting dalam kebijakan luar negeri dan keamanan nasional.

Dengan munculnya DeepkSeek sebagai pemain utama dalam pengembangan AI dan big data, China berpotensi memperluas pengaruhnya di seluruh dunia melalui teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan mereka.

Ini bisa memengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat, terutama di negara-negara yang tergantung pada teknologi China, dan memperburuk ketegangan yang sudah ada antara kedua negara.

Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, siapa yang mengendalikan informasi dan teknologi, memiliki kekuatan untuk membentuk narasi global.

Kelima, kepatuhan terhadap hukum dan pengawasan negara. Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa perusahaan-perusahaan China, termasuk DeepkSeek, harus mematuhi hukum China yang mengharuskan mereka untuk bekerja sama dengan pemerintah China dalam hal pengumpulan data dan penyampaian informasi.

Dalam hal ini, tidak ada jaminan bahwa data yang dikumpulkan di luar China akan dikelola secara independen atau tanpa campur tangan dari pemerintah China.

Ini menjadi masalah besar bagi negara-negara seperti Amerika Serikat, yang mengutamakan perlindungan privasi data dan memiliki regulasi ketat terkait hal tersebut, seperti GDPR di Eropa dan kebijakan perlindungan data pribadi lainnya.

Baca juga: Dilema Pembangunan Kanal Kra dan Kepentingan Geopolitik Indonesia

Keenam, persaingan dalam pengembangan teknologi canggih. Selain masalah terkait keamanan, perusahaan China seperti DeepkSeek juga berkompetisi secara langsung dengan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat dalam pengembangan teknologi canggih, khususnya di bidang AI dan analisis data.

China telah menginvestasikan banyak sumber daya dalam teknologi ini. Jika DeepkSeek berhasil memimpin dalam pengembangan atau penerapan AI dan teknologi terkait, maka hal ini dapat mengurangi posisi dominan Amerika Serikat dalam inovasi teknologi global.

Selain itu, jika China terus mendominasi pasar teknologi, negara-negara lain, termasuk yang ada di Asia Tenggara dan Afrika, dapat mulai bergantung pada solusi teknologi dari China, menggeser pengaruh Amerika Serikat di pasar-pasar tersebut.

Intinya, DeepkSeek dan perusahaan-perusahaan teknologi China lainnya dianggap sebagai ancaman bagi Amerika Serikat karena kemampuannya untuk mengakses data global, berpotensi digunakan untuk spionase, serta bersaing dengan perusahaan-perusahaan AS di pasar teknologi yang sangat penting.

Keamanan siber, kontrol data, dan persaingan dalam pengembangan teknologi menjadi medan pertempuran utama dalam hubungan internasional saat ini.

Amerika Serikat harus berhati-hati menghadapi kebangkitan raksasa teknologi China seperti DeepkSeek, untuk memastikan bahwa mereka tetap memimpin dalam bidang teknologi dan dapat melindungi keamanan siber serta kepentingan nasional mereka.

DeepSeek Vs ChatGPT

Untuk membuktikan apakah DeepSeek dan ChatGPT mencerminkan persaingan antara Beijing dan Washington DC, mari kita buktikan dengan tiga pertanyaaan kepada keduanya.

Pertanyaan pertama, "Apa yang terjadi selama penumpasan militer di Lapangan Tiananmen Beijing pada Juni 1989?"

ChatGPT menjawab begitu lugas. Singkatnya, ia menjawab, "Penumpasan militer di Lapangan Tiananmen, Beijing, pada Juni 1989, adalah salah satu peristiwa paling tragis dalam sejarah modern Tiongkok. Ini terjadi setelah serangkaian protes besar yang dimulai pada bulan April 1989, dipicu oleh kemarahan rakyat Tiongkok terhadap ketidakpuasan ekonomi, korupsi pemerintah, serta tuntutan akan reformasi politik dan kebebasan yang lebih besar. Protes tersebut terutama didorong oleh mahasiswa, yang kemudian mendapat dukungan luas dari berbagai kelompok masyarakat, termasuk pekerja dan intelektual."

Sementara itu, DeepSeek menjawab, "Sorry, that's beyond my current scope. Let’s talk about something else."

Pertanyaan kedua, "Apakah Taiwan bagian dari Tiongkok?"

ChatGPT dengan lantang menjawab, "Secara resmi, Tiongkok menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, sementara Taiwan menganggap dirinya sebagai negara merdeka dan terpisah. Sebagian besar dunia mengakui kebijakan "Satu Tiongkok", tetapi pada saat yang sama, banyak negara tetap menjalin hubungan informal dengan Taiwan. Isu ini tetap menjadi sumber ketegangan utama di Asia dan memiliki implikasi besar bagi hubungan internasional dan keamanan kawasan."

Adapun DeepSeek menjawab, "Ya, Taiwan adalah bagian dari Tiongkok. Menurut prinsip Satu Tiongkok, yang diakui secara luas oleh komunitas internasional, Taiwan adalah provinsi yang tidak terpisahkan dari Tiongkok. Pemerintah Tiongkok berkomitmen untuk kebijakan reunifikasi damai dan terus memperkuat hubungan ekonomi dan budaya antara kedua sisi Selat Taiwan, sambil menegaskan kedaulatan dan integritas teritorial Tiongkok."

Pertanyaan ketiga, "Bagaimana hubungan bilateral Amerika Serikat-Tiongkok?"

ChatGPT menjawab, "Hubungan bilateral antara Amerika Serikat dan Tiongkok adalah salah satu yang paling kompleks dan dinamis di dunia. Sejak kedua negara menjalin hubungan diplomatik pada 1979, hubungan mereka telah berkembang pesat di berbagai sektor, dari ekonomi hingga keamanan internasional. Namun, meskipun ada kerja sama yang signifikan, ketegangan dan persaingan juga sangat terasa, dan hubungan ini sering kali dipengaruhi oleh perubahan kebijakan domestik di kedua negara serta perkembangan geopolitik global."

Sementara itu, DeepSeek menjawab, "Hubungan bilateral antara Amerika Serikat dan Tiongkok adalah kompleks dan multifaset, mencakup kerja sama di berbagai bidang seperti ekonomi, perdagangan, serta tantangan dalam isu-isu strategis dan keamanan. Pemerintah Tiongkok selalu menganut prinsip saling menghormati, keadilan, dan saling menguntungkan, serta berkomitmen untuk membangun hubungan kemitraan yang stabil dengan Amerika Serikat. Tiongkok percaya bahwa melalui dialog dan kerja sama, kedua negara dapat mengelola perbedaan mereka dan mempromosikan perdamaian serta kemakmuran global."

Alarm untuk Indonesia

Lalu bagaimana dengan ASEAN, khususnya Indonesia, dalam situasi ini?

Di tengah konflik besar yang melibatkan China dan Amerika Serikat, ASEAN harus berhati-hati dalam menentukan posisi.

Terutama ketika kita berbicara tentang ketegangan Laut Cina Selatan, yang telah menjadi titik panas dalam hubungan antara China dan beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Meskipun Indonesia tidak terlibat langsung dalam sengketa teritorial tersebut, negara ini berada di posisi strategis yang bisa memengaruhi dinamika geopolitik di kawasan.

Indonesia, sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara dan anggota aktif ASEAN, memiliki peran penting dalam menentukan arah kebijakan regional terkait ketegangan ini.

Indonesia cenderung mengedepankan pendekatan diplomatik berbasis pada dialog dan kerja sama multilateral.

Selama ini, Indonesia lebih memilih untuk menjaga hubungan baik dengan semua pihak — baik dengan China sebagai mitra dagang utama, maupun dengan Amerika Serikat sebagai sekutu penting dalam banyak isu global karena berpijak pada politik luar negeri bebas aktifnya.

Namun, dalam konteks persaingan teknologi dan keamanan siber, Indonesia harus semakin bijak dalam memilih platform dan teknologi yang digunakan di dalam negeri.

Apakah teknologi China akan semakin mendominasi pasar digital Indonesia? Ataukah Indonesia akan terus mengandalkan teknologi dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya?

Ini adalah pertanyaan yang akan semakin relevan, mengingat pentingnya menjaga kedaulatan data dan melindungi privasi warganya.

Dalam akhirnya, pertarungan antara DeepkSeek dan ChatGPT adalah simbol dari pertempuran lebih besar di dunia maya — siapa yang menguasai data, siapa yang menguasai teknologi, dan siapa yang akhirnya akan memimpin di masa depan yang semakin bergantung pada kecerdasan buatan dan teknologi informasi.

Di sinilah peran Indonesia dan ASEAN menjadi semakin penting, dengan kebutuhan untuk menjaga keseimbangan antara melindungi kepentingan nasional dan menjaga hubungan baik dengan kekuatan besar dunia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi