Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warisan Pemikiran Thomas Paine

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
Pamflet Common Sense karya Thomas Paine.
Penulis: Jaya Suprana
|
Editor: Sandro Gatra

NYARIS 250 tahun yang lalu, mahakarya warisan pemikiran Thomas Paine berupa pamllet berjudul Common Sense pertama kali dicetak.

Secara subyektif, saya merasakan kemiripan nasib Thomas Paine dengan Tan Malaka berdasar fakta kedua tokoh pemikir sama-sama dipuja-puji sekaligus dihujat.

Tulisan pemikiran Tan Malaka memantik revolusi kemerdekaan Indonesia yang kemudian memengaruhi gerakan kemerdekaan negara-negara Asia-Afrika.

Sementara warisan pemikiran Thomas Paine tertuang ke dalam pamflet Common Sense dialamatkan kepada kaum non-pribumi Amerika Serikat memicu revolusi kemerdekaan Amerika Serikat disusul Rights of Man yang memengaruhi revolusi Perancis kemudian revolusi Rusia melahirkan Uni Sowyet sambil memelopori gerakan hak asasi manusia di seluruh pelosok dunia.

Baik Malaka maupun Paine sama-sama dipuja di negeri masing-masing sebagai pahlawan nasional, namun sekaligus juga dianggap tokoh berbahaya merusak peradaban akibat pandangan kritis negatif terhadap agama.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemikiran Paine bahkan dianggap cukup berpengaruh akibat memantapkan mashab atheisme di Eropa .

Ensiklopedia Brittanica mengawali ulasan tentang Thomas Paine dengan pernyataan: "These are the times that try men's souls." yang disusul “This simple quotation from Founding Father Thomas Paine's The American Crisis not only describes the beginnings of the American Revolution, but also the life of Paine himself. Throughout most of his life, his writings inspired passion, but also brought him great criticism. He communicated the ideas of the Revolution to common farmers as easily as to intellectuals, creating prose that stirred the hearts of the fledgling United States. He had a grand vision for society: he was staunchly anti-slavery, and he was one of the first to advocate a world peace organization and social security for the poor and elderly. But his radical views on religion would destroy his success, and by the end of his life, only a handful of people attended his funeral“.

Warisan pemikiran Thomas Paine terhadap agama dilanjutkan oleh Karl Marx disusul oleh Bertrand Russel di Inggris berkomplot batin dengan Jean Paul Sartre di Perancis.

Pandangan kritis Thomas Paine terhadap geopolitik Amerika Serikat senapas pandangan kritis Russel dan Sartre terhadap agresi geopolitik dilakukan Amerika Serikat terhadap Vietnam maupun Korea yang bahkan masih berlanjut sampai masa kini.

Thomas Paine menghembuskan nafas terakhir di New York, pada saat mana surat kabar Amerika Serikat menggaungkan catatan obituari warga kota New York “He had lived long, did some good and much harm.” 

Vonis tidak terlalu bagus ini bertahan selama lebih dari satu abad, namun air pasang menghentikan proses surut tatkala pada edisi 30 Januari 1937, The Times London menobatkan Thomas Paine sebagai “The English Voltaire” serta pada 18 Mei 1952, monumen Thomas Paine resmi didirikan di Hall of Fame Universitas New York.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi