Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo Sebut Ada 13 Pahlawan Nasional dari NU, Siapa Saja?

Baca di App
Lihat Foto
Wikimedia Commons
Ilustrasi lambang NU. Ini rincian 13 Pahlawan Nasional yang berasal dari NU.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Presiden Prabowo Subianto menyebut ada 13 Pahlawan Nasional yang merupakan tokoh atau kader Nahdlatul Ulama (NU).

Hal itu disampaikan Prabowo dalam acara puncak Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-102 Nu di Istora Senayan, Jakarta apda Rabu (5/2/2025) malam.

“Saudara-saudara, kalau kita lihat dalam sejarah kita, ini saya diberi catatan bahwa Pahlawan Nasional kita 13 orang dari Nahdhatul Ulama," ucap Prabowo dikutip dari Kompas.com, Rabu (5/2/2025).

Prabowo pun berharap agar jumlah pahlawan dari NU bisa bertambah pada tahun 2025. Ia juga mengaku akan memperjuangkan penambahan Pahlawan Nasional tersebut.

Lantas, siapa saja 13 Pahlawan Nasional dari NU tersebut?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Tak Bisa Sembarangan, Ini Aturan Pemilihan Gambar Pahlawan dan Pemandangan di Uang Kertas

13 tokoh NU yang jadi Pahlawan Nasional

Dilansir dari laman NU, berikut ini rincian 13 Pahlawan Nasional yang berasal dari kalangan NU:

1. Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy'ari

KH Muhammad Hasyim Asy'ari merupakan tokoh utama pendiri Nahdlatul Ulama. Dia juga merupakan pengasuh pertama Pesantren Tebuireng, Jombang.

Hasyim Asy’ari adalah satu-satunya penyandang gelar Rais Akbar NU hingga akhir hayatnya. Untuk menghormatinya, kini jabatan Rais Akbar diganti dengan istilah Rais 'Aam.

Pendiri NU itu dikenal berperan besar dalam penguatan pendidikan pesantren dan aktif melakukan perlawanan terhadap penjajah.

Ia dianggap merupakan energi para santri, kiai, dan para pejuang pergerakan nasional untuk tetap teguh mempertahankan kemerdekaan.

Hasyim Asy'ari juga menginisiasi pembentukan laskar pejuang Hizbullah dan Sabilillah.

Puncaknya, saat Hasyim Asy'ari dan para kiai di Jawa-Madura sepakat mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad fi Sabilillah untuk rakyat Indonesia.

Fatwanya ini menggerakkan setiap orang dewasa yang berada dalam radius 90 km dari medan pertempuran melawan penjajah wajib berperang.

Hasyim Asy'ari kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 17 November 1964.

2. KH Zainul Arifin

KH Zainul Arifin Pohan merupakan tokoh NU yang berasal dari Barus, Sumatera Utara. Dia juga merupakan keturunan raja-raja Barus.

Ia aktif di NU ketika menjadi kader dakwah pada usia muda. Zainul juga merupakan panglima laskar Hizbullah.

Zainul Arifin juga pernah menjadi perdana menteri Indonesia dan Ketua DPR-GR. Selain itu, ia juga berjasa menjadi anggota badan pekerja Komite Nasional Pusat.

Pemerintah Indonesia menetapkan KH Zainul Arifin sebagai Pahlawan Nasional pada 4 maret 1963.

Baca juga: Kronologi Pertempuran Surabaya 10 November 1945, Asal-usul Peringatan Hari Pahlawan

3. KH Abdul Wahid Hasyim

KH Abdul Wahid Hasyim merupakan putra pendiri NU, KH Hasyim As'yari. Dia dikenal sebagai tokoh muda, cerdas, diplomat, dan pejuang.

Pada masa sebelum kemerdekaan, dia tercatat sebagai salah seorang anggota Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Abdul Wahid Hasyim juga menjadi salah seorang anggota perumus dasar negara dalam tim sembilan, termasuk merumuskan butir-butir sila dalam Pancasila.

Kecakapannya dalam bidang ilmu agama, membuat dirinya ditunjuk oleh Soekarno sebagai Menteri Agama.

Dia juga tokoh yang mentransformasi kurikulum pendidikan di pondok pesantren. Di Pesantren Tebuireng, dia mempelopori masuknya ilmu pengetahuan umum ke dunia pesantren dengan mendirikan Madrasah Nidzamiyah.

Abdul Wahid Hasyim kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada Agustus 1964.

4. KH Zainal Musthafa

KH Zainal Musthafa menjadi tokoh atau ulama NU lainnya yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Dia merupakan tokoh NU dari Tasikmalaya, Jawa Barat dan pernah menjadi salah seorang Wakil Rais Syuriyah PB NU.

KH Zainal Musthafa merupakan salah seorang kiai yang secara terang-terangan melawan para penjajah Belanda.

Ketika Belanda terusir dari Indonesia dan diganti Jepang, Zainal Musthafa tetap menolak kehadiran penjajah. Bersama para santrinya, Zainal mengadakan perang dengan Jepang.

Atas jasanya itu, dia dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional pada November 1972.

Baca juga: Sejarah Peristiwa G30S: Latar Belakang, Kronologi, dan Tokoh-tokohnya

5. KH Idham Chalid

KH Idham Chalid tercatat pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada Kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda. Dia juga pernah menjadi Ketua MPR dan Ketua DPR.

Sebelum aktif berpolitik dan duduk di kursi parlemen, Idham merupakan seorang pejuang kemerdekaan dari tanah kelahirannya di Kalimantan Selatan.

Selain sebagai politikus, dia juga diamanahi menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tahun 1956 hingga 1984.

Atas jasanya, Idham ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada November 2011. Kemudian pada 19 Desember 2016, pemerintah mengabadikan sosoknya di pecahan uang kertas Rp 5.000.

6. KH Abdul Wahab Chasbullah

KH Abdul Wahab Chasbullah merupakan tokoh NU yang menjadi penggerak perjuangan kemerdekaan.

Dia bergerak melalui pendidikan dan wadah-wadah organisasi, termasuk menggerakan pemuda cinta tanah air dalam Nahdlatul Wathan.

Abdul Wahab juga dikenal sebagai pendiri kelompok diskusi Tashwirul Afkar (pergolakan pemikiran), dan pendiri Nahdlatut Tujjar (kebangkitan saudagar).

Pengasuh Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang tersebut juga salah seorang penggagas Majelis Islam A'la Indonesia atau MIAI.

Ia dipilih sebagai Rais 'Aam PBNU meneruskan KH Hasyim Asy’ari dan mendapatkan gelar pahlawan pada 8 November 2014.

Baca juga: 20 Kutipan Tokoh Dunia untuk Motivasi Diri, Ada Aristotle dan Nicole Kidman

7. KH As’ad Syamsul Arifin

KH As'ad Syamsul Arifin salah seorang tokoh NU yang turut berperang dalam melawan penjajah di Tanah Air.

Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Situbondo tersebut menjadi pemimpin para pejuang di Situbondo, Jember, hingga Bondowoso, Jawa Timur.

Di masa revolusi fisik, As'ad menjadi motor yang menggerakkan massa dalam pertempuran melawan penjajah pada 10 November 1945.

Selepas kemerdekaan merupakan penggerak ekonomi-sosial masyarakat dengan menyerap aspirasi dari warga kemudian mendorong pemerintah daerah, menteri, maupun presiden guna mewujudkan pembangunan yang merata.

As'ad juga berperan menjelaskan kedudukan Pancasila yang tidak akan mengganggu nilai-nilai keislaman.

Atas jasa-jasanya, dia mendapat anugerah Pahlawan Nasional pada 9 November 2016 lalu.

8. KH Syam’un

KH Syam'un merupakan pengurus NU di Serang, Banten yang menguasai tiga bahasa asing dan pernah mengajar di Arab Saudi pada masa mudanya.

Ketika kembali ke Tanah Air, Syam’un kemudian bergabung dengan kelaskaran Nahdlatul Ulama.

Syam'un pernah menjadi perwira tentara sukarela Pembela Tanah Air (PETA). Ia juga pernah menjabat sebagai Komandan Batalyon berpangkat daidancho atau mayor tahun 1943.

Pada tahun 1944, Syam’un dilantik sebagai Komandan Batalion PETA berpangkat mayor, dengan memimpin 567-600 orang pasukan.

Saat Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibentuk pada 5 Oktober 1945, pangkatnya naik menjadi kolonel, Komandan Divisi l TKR dengan memimpin 10.000 orang pasukan.

Tahun 1948, ia naik pangkat menjadi brigadir jenderal dan memimpin gerilya di wilayah Banten, sampai wafatnya pada 1949.

KH Syam'un kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia pada 8 November 2018.

Baca juga: 20 Kata-kata Bijak Tokoh Dunia soal Pahitnya Perang

9. KH Masjkur

KH Masjkur adalah tokoh NU yang pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Tokoh NU tersebut juga turut berkontribusi dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Masjkur juga tercatat selaku pendiri Pembela Tanah Air (PETA) yang kemudian menjadi unsur laskar rakyat dan TNI di seluruh Jawa.

Dia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia pada 8 November 2019 silam.

10. Andi Mappanyukki

Andi Mappanyukki merupakan seorang Raja Bone yang juga menjadi salah satu pahlawan nasional dari NU. Ia adalah salah satu pendiri NU Sulawesi Selatan.

Dia merupakan tokoh NU yang terlibat dalam perjuangan melawan penjajah Belanda dan Jepang 1945-1949. Dia kemudian diberi gelar Pahlawan Nasional pada 5 November 2004.

11. Andi Djemma

Andi Djemma merupakan salah satu tokoh NU sekaligus sebagai Raja Luwu. Dia juga salah satu pendiri NU Sulawesi Selatan.

Raja Luwu tersebut ikut berjuang dalam melawan penjajah Belanda 1946-1948. Ia kemudian mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada 6 November 2002.

Baca juga: 20 Kutipan Inspiratif Malala Yousafzai, Tokoh Penerima Nobel Perdamaian Termuda

12. Usmar Ismail

Usmar Ismail adalah tokoh NU yang berasal dari Minang, Sumatera Barat dengan dikenal sebagai seorang sutradara film, sastrawan, wartawan, dan pejuang Indonesia.

Dia adalah muassis atau pendiri Lembaga Seniman Budayawan Muslim Indonesia (Lesbumi) NU bersama Djamaluddin Malik dan Asrul sani.

Usmar Ismail dianggap sebagai pelopor perfilman di Indonesia sehingga mendapatkan julukan Bapak Film Indonesia.

Dia juga pernah mengemban amanah sebagai Ketua I PBNU 1964-1970 selain juga aktif di DPR. Usmar Ismail pun memperoleh gelar Pahlawan Nasional pada 5 November 2021.

13. KH Abdul Chalim

KH Abdul Chalim berasal dari Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat dan ulama pejuang yang menggerakkan kemerdekaan masyarakat pribumi dari melawan penjajah.

Perjuangan KH Abdul Chalim Leuwimunding dimulai setelah pulang dari Negeri Hijaz tahun 1914 M.

Melalui jaringan informasi Kekuwuan, beliau mendengarkan Peristiwa Cimareme 1919 dibicaraan di ebrbagai tempat di Jawa Barat, yaitu Gerakan Antikolonial KH Hasan Arif di Garut.

Bersama kiai-kiai lain di Surabaya, Abdul Chalim terlibat intens dalam mengorganisasi Taswirul Afkar, Syubbanul Wathan, Komite Hijaz, dan pendirian Jam'iyah NU.

Dia juga mewakili kalangan ulama pesantren di dalam Kongres-kongres al-Islam, termasuk ketika membentuk Komite Khilafah setelah khilafah dihapuskan pada tahun 1924 oleh Turki Utsmani.

KH Abdul Chalim menjadi kiai khos dalam penggemblengan Hizbullah di Cibarusah, ikut memimpin gerilya di Majalengka, serta sering mengambil markas Pertapaan di Banada dan Rajagaluh.

Dia juga memimpin Kontingen Jawa Barat-Majalengka-Cirebon untuk menjawab seruan Resolusi Jihad melawan penjajah yang dikumandangkan Rais Akbar NU di Surabaya, Jawa Timur.

Setelah terbentuk kepengurusan NU pada tahun 1926, KH Abdul Chalim duduk sebagai Katib Tsani di dalam jajaran Syuriyah. Dia juga mendirikan CKM (Koperasi Kaoem Moeslimin).

KH Abdul Chalim mendapatkan gelar Pahlawan Nasional Republik Indonesia pada 10 November 2023.

Baca juga: 15 Kutipan Terkenal Indira Gandhi, Tokoh Perempuan Berpengaruh di Dunia

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi