KOMPAS.com - Lubang hitam supermasif adalah obyek misterius di luar angkasa yang memiliki massa beberapa juta hingga miliaran kali dari massa Matahari.
Obyek misterius ini sangat padat sehingga bisa membelokkan ruang angkasa di sekelilingnya.
Di beberapa galaksi, sejumlah besar gas antarbintang berputar mengelilingi lubang hitam supermasif dan tertarik ke luar horison peristiwa dan pada akhirnya masuk ke dalam lubang hitam.
Proses ini menciptakan gesekan dan energi yang sangat besar, yang dapat menyebabkan “rave” yang melepaskan cahaya dalam jumlah besar dengan berbagai warna dan frekuensi di seluruh spektrum elektromagnetik.
Baca juga: Melacak Masa Lalu Lubang Hitam Supermasif di Galaksi Bima Sakti
Galaksi raksasa 32 kali lebih besar dari Bumi
Dalam beberapa kasus, lubang hitam bahkan akan memuntahkan semburan plasma, jutaan tahun cahaya melintasi ruang antar-galaksi, dikutip dari Live Science, Rabu (5/2/2025).
Gas plasma ini sangat panas sehingga pada dasarnya merupakan sup elektron yang bergerak mendekati kecepatan cahaya.
Semburan plasma ini berpendar pada frekuensi radio dan bisa dilihat dengan teleskop radio, sehingga dinamai galaksi radio.
Dalam episode terbaru podcast astronomi The Cosmic Savannah, penulis utama dari penelitian ini, Kathleen Charlton mengibaratkan penampakan tersebut seperti dua batang pendar (semburan plasma) yang menyembul keluar dari sebuah bola lengket (galaksi).
Mereka menduga, semburan plasma itu terus mengembang ke arah luar seiring berjalannya waktu, dan akhirnya tumbuh menjadi sangat besar sehingga menjadi galaksi radio raksasa.
Jutaan galaksi radio berukuran normal telah diketahui oleh ilmuwan. Hingga 2020, hanya sekitar 800 galaksi radio raksasa yang telah ditemukan.
Galaksi-galaksi tersebut dianggap langka. Namun, generasi baru teleskop radio, termasuk MeerKAT di Afrika Selatan, telah mengubah anggapan tersebut.
Dalam lima tahun terakhir, sekitar 11.000 galaksi radio raksasa telah ditemukan. Galaksi radio raksasa terbaru yang ditemukan MeerKAT ini sungguh luar biasa.
Semburan plasma raksasa kosmik ini membentang 3,3 juta tahun cahaya dari ujung ke ujung, hingga ukurannya lebih dari 32 kali ukuran Bima Sakti.
"Saya adalah salah satu peneliti utama yang membuat penemuan ini. Kami menamainya Inkathazo, yang berarti 'masalah' dalam bahasa isiXhosa dan isiZulu di Afrika Selatan," kata dia.
"Itu karena agak sulit untuk memahami fisika di balik apa yang terjadi dengan Inkathazo," tambahnya.
Penemuan ini memberi kesempatan untuk para ilmuwan mempelajari galaksi radio raksasa.
Penemuan ini menantang model-model yang sudah ada dan menunjukkan kalau kita belum banyak memahami fisika plasma yang rumit yang terjadi di galaksi-galaksi ekstrem.
Baca juga: Ilmuwan Perkirakan Beberapa Efek jika Asteroid Bennu Tabrak Bumi, Apa Saja?
Mengapa dinamai masalah?
Teleskop MeerKAT terletak di wilayah Karoo, Afrika Selatan, yang terdiri dari 64 parabola radio dan dioperasikan serta dikelola oleh Observatorium Astronomi Radio Afrika Selatan.
Teleskop ini merupakan proyek awal dari Square Kilometre Array, dan akan menjadi teleskop terbesar di dunia saat mulai beroperasi pada 2028.
MeerKAT telah berperan penting dalam mengungkap "harta karun" tersembunyi di langit selatan sejak pertama kali beroperasi pada 2018.
"Galaksi ini merupakan galaksi radio raksasa ketiga yang saya dan para kolaborator saya temukan dengan MeerKAT di area yang relatif kecil di dekat ekuator, sekitar ukuran lima bulan purnama, yang oleh para astronom disebut sebagai medan COSMOS," kata Charlton.
"Kami mengarahkan MeerKAT ke COSMOS pada tahap awal survei galaksi jauh yang paling canggih yang pernah dilakukan, yaitu Eksplorasi Ekstragalaksi Berjenjang Gigahertz Internasional (MIGHTEE)," tambahnya.
Tim MIGHTEE, yang merupakan kolaborasi astronom dari seluruh dunia, mempublikasikan penemuan dua galaksi radio raksasa lainnya di COSMOS pada 2021.
Baru-baru ini, mereka menemukan Inkathazo dalam pengamatan lanjutan MeerKAT yang dilakukan di COSMOS, dan juga dalam survei MIGHTEE.
Akan tetapi, Inkathazo berbeda dengan rekan-rekan kosmiknya dalam beberapa hal, dan tidak memiliki karakteristik yang sama dengan galaksi radio raksasa lainnya.
Sebagai contoh, semburan plasmanya memiliki bentuk yang tidak biasa. Alih-alih memanjang lurus dari ujung ke ujung, salah satu semburannya justru membengkok.
Selain itu, Inkathazo berada di pusat gugus galaksi, bukan di tempat yang relatif terisolasi, yang seharusnya menyulitkan semburan plasma untuk bertumbuh menjadi sangat besar.
Lokasinya yang berada di dalam gugus menimbulkan pertanyaan mengenai peran interaksi lingkungan dalam pembentukan dan evolusi galaksi-galaksi raksasa ini.
Karena beberapa anomali inilah, ilmuwan menamai galaksi raksasa tersebut dengan sebutan "masalah".
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.