Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelajah Semantika Anggap dan Anggapan

Baca di App
Lihat Foto
KBBI
Ilustrasi
Penulis: Jaya Suprana
|
Editor: Sandro Gatra

SEMULA saya menganggap kata 'anggap' adalah kata benda abstrak, tapi ternyata dugaan saya keliru.

Ternyata 'anggap' adalah kata kerja seperti dalam penggunaannya dalam kalimat “jangan anggap enteng flu” atau “jangan anggap kata anggap adalah kata benda”.

Menurut anggapan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang kata benda abstrak adalah kata “anggapan” berasal dari kata dasar “anggap” ditambah akhiran “an” .

Akhiran “an” pada kata anggap pada hakikatnya mirip fungsi kata “an” pada kata main menjadi mainan yang mengata-bendakan kata kerja “main”.

Analog pakaian berasal dari kata dasar pakai. Lain halnya dengan kata tenggorokan yang lazim digunakan sebagai terminologi medis yang dianggap benar sebaiknya jangan pakai akhiran “an”.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Secara semantikal di dalam linguistik, kata anggapan sebagai kata benda bermakna pendapat, pandangan, opini, sangkaan memiliki peran penting di semesta hukum, politik, maupun sains dan teknologi.

Menarik adalah fakta bahwa Tesaurus Bahasa Indonesia menawarkan tidak kurang dari 195 sinonim kata anggapan antara lain tilikan, opini, pendapat, dugaan, sangkaan, hipotesis, postulat, penalaran, teori, tesis, persepsi, penilaian, belum terhitung perbendaharaan sinonim dalam bahasa Jawa, Sunda, Bali, Madura, Bugis, Flores, Timor, Papua dan lain-lain yang tersedia cukup berlimpah-ruah.

Di semesta neurosains serta filsafat kesadaran istilah anggapan berada di posisi persimpangan jalan pemikiran behavourisme, ilmu kognitiv, psikologi, filsafat nilai, etika, akhlak sampai ke kebudayaan bahkan peradaban.

Semesta matematik, logika, filsafat, fisika, kimia, astronomi serta kosmologi juga kaya raya dengan perbendaharaan anggapan berupa teori dan hipotesis maupun postulat serba spekulatif yang keliru dianggap sudah paripurna berhasil dibuktikan padahal masih jauh api dari panggang di mana kebenaran anggapan yang subyektif masih belum sesuai dengan kenyataan yang obyektif.

Di semesta kuantum, anggapan masih sibuk melakukan penjelajahan demi mencari kebenaran berdasar anggapan bahwa kebenaran memang hadir di alam semesta yang secara kelirumologis sarat beban kekeliruan akibat keterbatasan daya tafsir manusia dalam ikhtiar menjabarkan anggapan yang pada dasarnya subyektif menjadi kebenaran yang diharapkan mampu bersifat obyektif.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi