KOMPAS.com - Kabar pengacara Hotman Paris digigit berang-berang peliharaannya baru-baru ini menjadi sorotan.
Hotman mengungkapkan, peristiwa itu terjadi pada 8 Februari lalu saat dirinya berenang bersama berang-berang miliknya.
"Saya berenang dengan berang-berang jam 4 subuh, tapi salah satu berang-berang binatang peliharaan saya menggigit tangan saya, lalu saya menerima injeksi," ujar Hotman dalam unggahan Instagramnya, Senin (24/2/2025).
Dia mengaku telah disuntik tetanus usai digigit berang-berang, tetapi kesehatannya terus menurun. Walau sempat ada spekulasi dia sakit karena gigitan berang-berang, setelah diperiksa dokter, Hotman ternyata didiagnosis mengalami abses hati.
Namun, fakta dirinya yang memelihara berang-berang masih menjadi perbincangan hangat di X (Twitter).
"Makanya jangan pelihara satwa liar ya guys. Mereka masih puny satwa liar, bisa berbahaya untuk kami & anggota keluarga..," tulis akun @ind****ndi, Selasa (25/2/2025).
Lantas, apakah berang-berang bisa dipelihara dan dijinakkan? Serta apa bahayanya jika digigit berang-berang?
Baca juga: Jejak Bentrokan Dua Keluarga Berang-berang di Singapura, Saling Usir untuk Klaim Teritorial
Bolehkah memelihara berang-berang?
Co-founder Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Femke den Haas mengatakan, berang-berang bukan jenis hewan untuk dipelihara dan tidak bisa dijinakkan karena termasuk satwa liar.
"Berang-berang memang bukan satwa yang bisa dimiliki yang dijadikan pet animal (hewan peliharaan). Tidak bisa dijinakkan, itu satwa liar," kata Femke kepada Kompas.com, Rabu (26/2/2025).
Meski anakan berang-berang tampak lucu dan tidak berbahaya, tetapi memasuki remaja, insting alami berang-berang akan muncul.
Dia pun menyayangkan perdagangan anakan berang-berang yang marak di Indonesia. Padahal, itu termasuk perdagangan ilegal.
"Ini jelas salah dan ini (memelihara berang-berang) merupakan contoh yang buruk terhadap masyarakat. Ini penderitaan yang sangat luar biasa. Anak berang-berang harusnya kan masih sama induknya," ujarnya.
Terpisah, dokter di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM), Slamet Raharjo menyetujui pernyataan Femke bahwa berang-berang tidak sepenuhnya bisa dijinakkan.
Walaupun berang-berang adalah hewan yang cerdas dan mudah dilatih, tetapi sebagai hewan liar, ia tetap memiliki insting alami.
"Meskipun tampak jinak, namun tetap belum jinak 100 persen karena darah liarnya masih kuat," ungkap Slamet, saat dihubungi Kompas.com secara terpisah, Rabu.
Di samping itu, kebanyakan berang-berang yang diambil dari alam dan diperdagangkan adalah anakan, sehingga ingatan dan sifat liarnya sewaktu-waktu bisa muncul ketika diprovokasi.
Baca juga: Benarkah Berang-berang Akan Tunjukkan Anaknya agar Dikasihani Musuh?
Termasuk hewan yang dilindungi
Slamet melanjutkan, berang-berang yang ada di Indonesia bukanlah berang-berang murni atau beaver (Castor canadensis) dari ordo Rodensia (hewan pengerat) seperti yang ada di Kanada dan Amerika Utara.
Berang-berang Indonesia sebetulnya adalah otter/linsang/regul (bahasa Jawa) dan termasuk ordo karnivora atau hewan pemakan daging. Mereka hidup berkelompok dalam jumlah banyak, mulai dari puluhan hingga 100 ekor.
Di Indonesia, sambungnya, ada beberapa spesies berang-berang yang terbagi menjadi dua genus, yatu Lutra dan Aonyx.
Nah, berang-berang spesies Lutra lutra dan Lutra sumatrana yang berukuran besar dan hidup di pantai serta laguna barat Pulau Sumatra adalah hewan yang dilindungi.
"Lutra dan Lutra sumatrana masuk daftar hewan dilindungi. Ini merujuk pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 jo PP Nomor 7/99 jo Permen LHK No 106/2018, sehingga tidak boleh dipelihara," kata Slamet, dikutip dari Kompas.com (13/9/2024).
Baca juga: Otter Bisa Menyerang Manusia, Bolehkah Dipelihara?
Penyebab berang-berang menyerang manusia
Walaupun termasuk satwa liar, Femke mengatakan, berang-berang justru cenderung menghindari manusia.
Jika bertemu berang-berang di habitatnya, berang-berang tidak mungkin mendekati manusia, apalagi menyerang.
Namun, apabila merasa terancam, ketakutan, dan diganggu, mereka akan membela diri dengan cara menggigit.
"Mereka punya kehidupan sendiri di alam, tapi kalau merasa terpojokkan, ketakutan, saat mereka berada di rumah, orang mau pegang, mau angkat. Ya pasti membela diri. Jadi, kalau ini digigit jelas karena berang-berangnya membela diri," kata Femke.
Bahaya gigitan berang-berang
Slamet menuturkan, gigitan berang-berang bisa cukup berbahaya. Sebagai hewan karnivora, berang-berang memiliki empat taring yang tajam, gigi carnassial atau gigi premolar yang bentuknya pipih dan sangat tajam.
Gigitan gigi taring hewan ini menyebabkan luka tusuk yang kecil, tetapi dalam. Sementara, gigitan gigi carnassial dapat merobek kulit dan daging, sehingga lukanya akan lebih parah.
"Kedua tipe luka ini bisa berbahaya bila diikuti masuknya infeksi sekunder bakteri atau virus melalui luka," tuturnya.
Karena merupakan kelompok karnivora, berang-berang juga termasuk hewan pembawa rabies (HPR). Akan tetapi, belum pernah ada laporan kasus rabies akibat gigitan berang-berang di Indonesia.
Sebanyak 98 persen kasus rabies yang dilaporkan di Tanah Air disebabkan oleh gigitan anjing dan dua persen oleh kucing serta monyet.
"Untuk dapat menularkan rabies, berang-berang harus tertular rabies terlebih dulu, kalau tidak tertular rabies, meskipun menggigit tetap tidak dapat menularkan karena tidak membawa virus rabies," jelas Slamet.
Baca juga: Indomaret Buka Suara soal Otter yang Terjebak di Tumpukan Tabung Elpiji
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.