Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti AS Ciptakan e-Taste, Alat Pendeteksi Rasa Makanan Secara Virtual

Baca di App
Lihat Foto
Thinkstockphotos
Peneliti temukan alat e-Taste untuk mencicipi rasa makanan secara virtual
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Sejumlah ilmuwan di Amerika Serikat sedang mengembangkan alat untuk mengetahui rasa makanan dan minuman secara virtual.

Menurut jurnal Science Advances yang dipublikasikan pada Jumat (28/2/2025), alat itu disebut e-Taste.

Perangkat ini berbentuk kubus dengan ukuran sekitar 15 milimeter dan di salah satu sisinya terdapat seperti tali yang menjulur pendek. Di dalamnya, ada sensor listrik yang bisa mensimulasikan lima rasa berbeda.

Menurut peneliti, adanya alat ini akan meningkatkan sistem virtual reality (VR) dan augmented reality (AR), serta memberikan pengalaman yang imersif. e-Taste juga berguna untuk penelitian biomedis.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Aplikasi yang potensial (digunakan) untuk game imersif, belanja online, pembelajaran jarak jauh, manajemen berat baddan, pengujian sensorik, rehabilitasi fisik, dan lainnya," tulis peneliti dalam jurnal, dikutip dari The Guardian, Jumat.

Baca juga: Ilmuwan Sebut Mikroplastik Sudah Masuk ke Otak Kita, Apa Bahayanya?


Cara kerja e-Taste

Perangkat e-Taste melibatkan penggunaan bahan kimia untuk meniru lima rasa dasar.

Natrium klorida untuk rasa asin, asam sitrat untuk rasa asam, glukosa rasa manis, mangnesium klorida untuk rasa pahit, dan glutamat untuk rasa gurih atau umami.

Bahan kimia tersebut dimasukkan ke dalam kubus dan dapat diisi ulang dengan jumlah yang disesuaikan untuk bisa menghasilkan rasa tertentu.

Sensor yang ada di dalam kubus akan mendeteksi kadar bahan kimia dari suatu makanan, mengubahnya menjadi pembacaan digital, lalu hasilnya dikirimkan ke pompa elektromagenetik.

Selanjutnya, pompa ini akan mendorong cairan berisi perpaduan berbagai rasa melalui tabung kecil yang ada pada untaian tali menuju lidah.

Para ilmuwan menambahkan, alat ini juga bisa digunakan untuk mengirimkan rasa ke daerah tertentu di lidah.

"Orang-orang akan mendapatkan sesuatu mirip sedotan di mulut mereka dan bisa ditempatkan ke lokasi tertentu saat dibutuhkan," kata salah satu penulis studi dari Ohio State University, Yizhen Jia.

Bisa meniru rasa makanan dan minuman

Untuk membuktikan alat berfungsi dengan baik, mereka melakukan sejumlah tes. Tes pertama dilakukan untuk menguji apakah alat dapat mendeteksi rasa tunggal.

Sebanyak 10 orang diminta untuk "mencicipi" rasa asam yang dihasilkan oleh alat tersebut dengan intensitas yang berbeda-beda.

Mereka diminta untuk membandingkan rasa asam buatan itu dengan rasa asam sebenarnya. Hasilnya, tingkat akurasi alat bisa meniru rasa asam mencapai 70 persen.

Tim kemudian melakukan uji kedua untuk mengetahui apakah e-Taste bisa meniru rasa yang lebih kompleks, seperti limun, kue, telur goreng, sup ikan, dan kopi.

Pada tes kedua, sebanyak enam orang diminta untuk mengidentifikasi rasa apa yang cipitakan oleh perangkat dan apakah rasanya bisa dibedakan.

Hasilnya, alat ini disebut bisa meniru rasa makanan dan minuman hingga hampir 87 persen.

Baca juga: Peneliti Ungkap Kafein Dalam Darah Pengaruhi Kadar Lemak Tubuh dan Risiko Diabetes

Butuh penelitian lanjutan

Meski cukup akurat, menurut para ahli alat ini belum sempurna dan dibutuhkan penelitian lanjutan, salah satunya karena e-Taste belum bisa meniru rasa pedas.

Selain itu, profesor visualisasi dari University of Warwick, Alan Chalmers menuturkan bahwa percobaan yang berfokus hanya pada rasa saja tidak terlau berguna.

Sebab, pada kenyataannya saat kita mengecap atau memakan sesuatu ada indra lain yang ikut terlibat.

"Saat makan stroberi, tutup hidung dan mata Anda. Stroberi memang sangat asam, tetapi dianggap manis karena aroma dan warna merahnya," kata Chalmers, dilansir dari New Scientist, Jumat.

"Jadi, jika hanya merasakan rasa asam, Anda tidak akan pernah tahu bahwa itu sebenarnya berasal dari stroberi," sambungnya.

Sementara, para ilmuwan studi ini mencatat, ada beberapa tantangan yang menjadi kendala.

Pertama, penggunaan bahan kimia kemungkinan tidak bisa menciptakan rasa yang sangat akurat.

Kedua, setiap bagian lidah berfungsi mendeteksi rasa yang berbeda, sehingga alat ini harus diletakkan di area tertentu untuk menciptakan rasa yang diinginkan.

Baca juga: Peneliti Ungkap, 60 Persen Nenek Moyang Indonesia Timur Berasal dari Migrasi Papua

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi