Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentuk Sungai Disebut Tidak Tetap dan Selalu Bergerak, Benarkah?

Baca di App
Lihat Foto
Freepik
Ilustrasi sungai terpanjang di Indonesia. Bentuk sungai disebut tidak tetap, melainkan selalu bergerak.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Unggahan yang menginformasikan bahwa sungai selalu bergerak atau bergeser, beredar di X (Twitter).

Informasi itu dibagikan oleh akun @sere*****eu, Selasa (4/3/2025), disertai video ilustrasi yang menunjukkan sungai bergeser ke kiri dan ke kanan, "memakan" tanah yang ada di pinggirnya.

"sungai itu gak diam, selalu bergerak berubah. Makanya di pinggir sungai baiknya emang harus steril dari bangunan..," tulis pengunggah.

Mendukung pernyataannya, pengunggah juga membagikan video pergerakan Sungai Gangga di India selama tiga dekade, dari tahun 1987-2019.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, benarkah lekuk aliran sungai selalu bergerak dan bergeser?

Baca juga: Ketika Gurun Sahara Banjir, tapi Sungai Amazon Justru Mengering...


Benarkah sungai bergerak?

Guru besar bidang rekayasa sumber daya air dan lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Maryono membenarkan bahwa sungai dapat bergerak atau bergeser.

Pergerakan sungai ini disebabkan karena dua faktor. Pertama adalah pengaruh statistik hujan.

"Penyebabnya satu, karena hujan yang tidak selalu sama (intensitasnya), kadang tinggi kadang rendah," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (5/3/2025).

Kedua, sungai bisa bergerak karena aliran sekunder atau aliran air yang terbentuk di lapisan batas dasar sungai. Aliran ini didorong oleh gradien tekanan.

Semakin lama, aliran tersebut bisa menggerus sisi kanan-kiri dan membentuk meander, yaitu bentuk sungai yang berkelok-kelok seperti huruf "S".

"Aliran sekunder mengakibatkan meander, itu kan melengkung, melengkung terus akhirnya terputus meandernya," kata Agus.

Meski bergerak, lanjutnya, panjang sungai biasanya hampir selalu sama dan tidak berubah.

Selain dua faktor utama itu, Agus menambahkan, pergerakan sungai juga dipicu oleh kondisi geologi batuan sedimen.

Semakin keras sedimen di sekitar sungai, proses pergerakannya akan lambat dan sebaliknya, sedimen yang lunak atau berpasir akan mempercepat sungai bergerak.

Kendati demikian, proses pergerakan sungai hingga meander atau lekukannya terputus terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama.

"Waktunya lama itu, termasuk sekitar 500 tahun atau ribuan tahun. Jadi danau-danau yang di Kalimantan berbentuk melengkung sebenarnya itu sungai lewat situ tapi waktunya lama sekali itu," tutur Agus.

Baca juga: Pakar Geologi Ungkap Fenomena Lubang Misterius di Blitar yang Serap Air Sungai hingga Kering

Sungai butuh ruang bergerak

Agus mengatakan, sebaiknya wilayah di pinggir sungai tidak dibangun bangunan atau rumah-rumah karena sungai membutuhkan ruang gerak.

Sungai besar yang ada di luar perkotaan idealnya membutuhkan ruang antara 50-100 meter, sedangkan sungai kecil di dalam kota antara 10-15 meter.

"Itu untuk memberikan ruang bagi sungai bergeser secara dinamis, tapi kalau sampai meander-nya putus itu waktunya masih lama," jelasnya.

Apabila ingin mencegah pergerakan sungai, Agus mengungkapkan, cara yang paling baik adalah dengan menanam tanaman. Tanaman bisa melindungi agar alur sungai relatif stabil.

Konsep ini diesebut dengan sempadan, yaitu zona penyangga antara sungai dan daratan yang umumnya didominasi oleh tumbuhan berupa rumput, semak atau pepohonan di kiri atau kanan sungai. 

"Karenanya perlu penerapan konsep sempadan untuk menjamin ekosistem sungai karena sungai berkaitan dengan air dan tanah," imbuhnya.

Baca juga: Sungai Sao Paulo Brasil Tiba-tiba Berwarna Hijau Zamrud, Ada Apa?

Dipengaruhi topograf

Peneliti dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Atriyon Julzarika menjelaskan bahwa Bumi hidup dan bergerak dinamis.

Bagian pasak yang berada di wilayah gunung berapi memiliki gerakan yang vertikal, sedangkan semakin jauh dari gunung gerakannya dominan horizontal.

Demikian pula dengan sungai yang membentang dari gunung hingga ke hilir dan bergerak seperti ular.

"Kepala (hilir) banyak geraknya, sedangkan ekor (hulu) geraknya sedikit karena jadi titik keseimbangannya. Kalau terganggu, otomatis memengaruhi yang lain," jelasnya kepada Kompas.com, Rabu (5/3/2025).

Artinya, semakin jauh dari gunung atau semakin datar kondisi topografinya, gerak horizontal sungai akan semakin besar. Karena itulah potensi banjir besar biasanya terjadi di wilayah hilir yang didominasi rawa dan bantaran banjir.

Sementara, semakin ke arah gunung dengan kondisi topografi yang tinggi,  gerakan sungai dominan vertikal. Akibatnya, potensi longsor, gerakan tanah, dan gempa bumi pun lebih besar.

"Parameter arus, deformasi, volume air, curah hujan, topografi dinamis, debit, dan lainnya memengaruhi semua gerakan dinamika sungai tersebut," kata Atriyon.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi