Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

X Twitter Sulit Diakses Termasuk di Asia, Elon Musk Ungkap Penyebabnya

Baca di App
Komentar Lihat Foto
WIKIMEDIA COMMONS/TESLA OWNERS CLUB BELGIUM
Pendiri dan CEO Tesla Elon Musk.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

SAN FRANCISCO, KOMPAS.com - Platform media sosial X mengalami gangguan hingga sulit diakses di sejumlah negara pada Senin (10/3/2025).

Menurut situs pemantau Downdetector, laporan mengenai gangguan di X mulai muncul sejak Senin pagi, dengan pengguna di Asia, Eropa, dan Amerika Utara mengeluh tak bisa mengakses media sosial yang dulunya bernama Twitter itu.

Pada gilirannya, Elon Musk mengungkapkan bahwa platform media sosial X mengalami serangan siber besar-besaran pada Senin.

Baca juga: Elon Musk Luncurkan Chatbot Grok-3, Diklaim Jadi AI Paling Canggih

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Insiden ini pun menimbulkan pertanyaan apakah Musk benar-benar menjadi target serangan atau keputusan bisnisnya untuk memangkas jumlah karyawan di X mulai berdampak pada stabilitas platform tersebut.

"Ada (dan masih berlangsung) serangan siber besar-besaran terhadap X," ujar Musk dalam sebuah unggahan di platformnya,

Bos SpaceX dan Tesla itu juga menyalahkan serangan siber atas gangguan yang terjadi tahun lalu ketika platformnya akan menayangkan wawancara dengan Donald Trump, meskipun ia tidak memberikan bukti konkret.

Musk membagikan unggahan dari akun bernama DogeDesigner yang menyebutkan bahwa serangan siber terbaru ini merupakan bentuk permusuhan terhadap dirinya.

Hal ini sejalan dengan protes terhadap "Departemen Efisiensi Pemerintah" (DOGE), lembaga yang dipimpinnya, serta aksi vandalisme terhadap fasilitas Tesla.

Musk berspekulasi bahwa serangan ini membutuhkan sumber daya besar dan kemungkinan dilakukan oleh sebuah negara atau kelompok terorganisir.

Dalam wawancara dengan Fox Business, ia menuding komputer yang digunakan dalam serangan siber ini memiliki alamat digital yang berasal dari wilayah Ukraina. Namun, Musk mengatakan, X masih terus menyelidiki kejadian tersebut untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Para ahli keamanan siber menyampaikan, sulit untuk bisa menilai situasi ini tanpa akses langsung ke sistem internal X. Namun, mereka beranggapan, gangguan yang berlangsung lama bisa jadi indikasi kuat dari adanya serangan siber.

"Ini adalah perang siber dalam skala penuh. Dengan Musk menjadi pusat perhatian dan ketegangan politik yang memuncak, serangan ini memiliki semua tanda-tanda agresi dari negara tertentu," ujar Chad Cragle dari platform pertahanan siber Deepwatch.

Baca juga: Saat Elon Musk Tunjukkan Gestur Hormat Nazi pada Pelantikan Donald Trump...

Pemangkasan anggaran yang kontroversial

Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump menanggapi kritik yang semakin meningkat terhadap pemangkasan anggaran besar-besaran di pemerintahan AS yang diawasi oleh Musk. Ia mengatakan, pemangkasan tersebut harus dilakukan secara selektif.

"Kami memilih 'pisau bedah' daripada 'kapak besar'," tulis Trump di platform media sosialnya, Truth Social.

Pernyataan Trump ini merupakan langkah signifikan pertama dalam membatasi kekuasaan Musk, yang melalui DOGE berusaha memangkas jumlah pegawai pemerintah dan mengurangi pengeluaran negara secara drastis.

Kampanye efisiensi yang dijalankan DOGE telah menghadapi berbagai tantangan, termasuk gugatan di pengadilan serta tekanan dari anggota parlemen.

Trump juga mengonfirmasi bahwa ia telah mengumpulkan kabinetnya untuk menyampaikan pesan bahwa mereka, bukan Musk, yang memiliki kendali atas departemen mereka masing-masing.

Gangguan di platform X sendiri telah membuat puluhan ribu pengguna mengalami kesulitan mengakses layanan secara berkala selama berjam-jam, menurut laporan dari pemantau jaringan.

Baca juga: Donald Trump Menang, Apa Untungnya bagi Elon Musk?

Sebagaimana dilansir AFP, pada puncak gangguan, lebih dari 40.000 pengguna melaporkan masalah akses ke platform, menurut data pemantauan.

Sejak Musk membeli Twitter seharga 44 miliar dollar AS pada akhir 2022, sebagian besar karyawannya telah mengundurkan diri atau dipecat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran apakah X masih memiliki tenaga kerja yang cukup untuk menjaga keamanan dan stabilitas platformnya.

Di bawah kepemilikan Musk, X sering mengalami masalah teknis serta mengembalikan akun-akun yang sebelumnya diblokir, termasuk milik penganut teori konspirasi sayap kanan dan Donald Trump.

Kelompok advokasi menilai bahwa di bawah kepemimpinan Musk, penyebaran misinformasi di X semakin tidak terkendali. Musk sendiri juga mendapat kecaman karena menyebarkan informasi yang tidak akurat kepada jutaan pengikutnya di media sosial.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: AFP, FOX Business
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi