KOMPAS.com - Hari ini 14 tahun lalu, tepatnya 11 Maret 2011, gempa bumi berkekuatan M 9,0 mengguncang Jepang yang disusul tsunami besar hingga setinggi 40 meter.
Tak hanya itu, tsunami juga menyebabkan tiga reaktor nuklir aktif dan berdampak tersebarnya paparan radioaktif.
Peristiwa ini disebut bencana terparah kedua di dunia setelah tsunami Banda Aceh tahun 2004 di Sumatera.
Baca juga: Tsunami Jepang: Belasan Kapal Terbalik, 27 Penerbangan Dibatalkan
Gempa berpusat di dasar samudra
Dilansir dari Britannica (4/3/2022), gempa bumi dengan kekuatan M 9,0 terjadi di lepas pantau timur Jepang, tepatnya di wilayah Tohoku pada 11 Maret 2011 pukul 14.46 waktu setempat.
Guncangan itu berlangsung sekitar 6 menit.
Menurut Survei Geologi Amerika Serikat, pusat gempa terletak sekitar 130 km di sebelah timur kota Sendai, prefektur Miyagi, dengan kedalaman sekitar 30 km di bawah dasar Samudra Pasifik bagian barat.
Gempa disebabkan oleh pecahnya bentangan zona subduksi yang terkait dengan Palung Jepang, yang memisahkan Lempeng Eurasia dari subduksi Lempeng Pasifik.
Pergerakan lempeng ini menyebabkan ratusan gempa susulan.
Kuatnya getaran gempa juga terasa di beberapa negara di sekitar Jepang, seperti Rusia, Taiwan, dan China.
Baca juga: Erupsi Gunung Semeru, Peringatan Tsunami Jepang, dan Penjelasan BMKG
Tsunami 40 meter terjang bangunan bertingkat
Dikutip dari National Centers for Environmental Information (11/3/2021), pergerakan tiba-tiba Lempeng Pasifik secara horizontal dan vertikal, yang perlahan-lahan bergerak maju di bawah Lempeng Eurasia di dekat Jepang, menggeser air di atasnya dan menimbulkan serangkaian gelombang tsunami.
Tsunami bergerak dengan kecepatan sekitar 800 km/jam dari pusat gempa ke pesisir laut.
Gelombang tsunami setinggi 40 meter melewati tanggul laut dan meluluh-lantakkan rumah warga, gedung kantor, dan bangunan tiga lantai yang menjadi tempat berlindung warga.
Menurut laporan, gelombang tsunami menghantam pesisir prefektur Iwate, Fukushima, Ibaraki, dan Chiba.
Saat air surut kembali ke laut, banjir membawa serta sejumlah besar puing, serta ribuan korban yang terperangkap dalam banjir.
Badan Rekonstruksi Jepang mengumumkan, jumlah kematian yang dikonfirmasi adalah 19.747 jiwa hingga Desember 2021. Selain itu, lebih dari 2.500 orang dilaporkan hilang.
Sebagian besar korban tewas karena tenggelam dan terseret gelombang tsunami.
Selain itu, lebih dari separuh korban berusia 65 tahun atau lebih.
Baca juga: Gempa M 7,6 Guncang Karibia, Ada Peringatan Tsunami di Beberapa Negara
Tsunami hantam PLTN Fukushima
Dikutip dari Live Science (25/2/2022), tsunami juga menghantam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang mengakibatkan pelelehan nuklir tingkat 7 dan pelepasan bahan radioaktif.
Tenaga listrik dan generator cadangan tidak dapat berfungsi karena terkena tsunami, sehingga pembangkit listrik tersebut kehilangan kemampuan pendinginannya.
Akibatnya, sistem pendingin reaktor mengalami kegagalan dan menyebabkan kebocoran radiasi yang mengharuskan evakuasi ratusan ribu orang.
Berdasarkan laporan Live Science, tingkat bahan kimia radioaktif yang sangat rendah yang bocor dari Fukushima telah terdeteksi di sepanjang pantai Amerika Utara di lepas pantai Kanada dan California.
Sejumlah kecil cesium-134 dan cesium-137 (isotop radioaktif) ditemukan di air laut yang dikumpulkan pada tahun 2014 dan 2015.
Akibat dari bencana yang terjadi, lebih dari 120.000 bangunan hancur, 278.000 bangunan hancur setengahnya, dan 726.000 bangunan hancur sebagian.
Menurut Pemerintah Jepang, kerugian finansial langsung akibat bencana tersebut diperkirakan mencapai 16,9 triliun yen atau sekitar Rp 1.887 triliun (kurs 1 yen setara Rp 111,7).
Baca juga: Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh, Thulaashi Dikenal sebagai Bayi Ajaib, Dikembalikan Ombak ke Pantai
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.