KOMPAS.com - Misteri kasus kematian Akseyna Ahad Dori (19), mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang ditemukan meninggal pada Kamis (26/3/2015) silam masih belum terpecahkan hingga kini.
Padahal, kasus tersebut terjadi sejak sepuluh tahun atau satu dekade yang lalu.
Polisi telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di beberapa tempat, memeriksa saksi, termasuk mengusut ulang kasus kematian Akseyna pada 2024.
Namun, upaya tersebut masih belum membuahkan hasil dan pelaku serta penyebab pasti kematian Akseyna masih menyisakan tanda tanya.
Lalu, seperti apa perjalanan kasus Akseyna mahasiswa UI?
Baca juga: Teka-teki Kematian Akseyna, Kasus Pembunuhan yang Terbengkalai Selama 8 Tahun
Kronologi kasus Akseyna UI ditemukan meninggal
Kronologi kasus Akseyna UI bermula dari penemuan jenazah tanpa identitas yang mengambang di Danau Kenanga UI, Depok, Jawa Barat, Kamis (26/3/2015) sekitar pukul 09.00 WIB.
Jenazah tersebut ditemukan oleh seorang mahasiswa UI bernama Roni.
Berdasarkan catatan Kompas.com, Jumat (26/3/2021), saat itu Roni melihat jenazah masih mengenakan ransel.
Setelah tas dibuka, ia menemukan sejumlah batu di dalam ransel yang diduga digunakan pelaku untuk menenggelamkan korban.
Penemuan jenazah di Danau Kenanga menjadi perhatian banyak orang sehingga mereka berkumpul di tempat kejadian perkara (TKP).
Baca juga: Motif Pembunuhan Satu Keluarga di Kediri, Pelaku Residivis Kasus Pencopetan
Polisi kemudian melakukan olah TKP dan identifikasi terhadap jenazah untuk memastikan identitasnya.
Identitas jenazah baru diketahui pada Selasa (31/3/2015) setelah keluarga korban memastikan bahwa sosok yang mengambang di Danau Kenanga adalah Akseyna.
“Saat pihak keluarga memeriksa jenazah korban, ada kemiripan fisik dari bentuk hidung korban. Selain itu, pakaian dan sepatu pemberian orangtua menambah keyakinan keluarga jika itu memang anaknya,” ujar Kasat Reskrim Polresta Depok saat itu Kompol Agus dikutip dari Kompas.com, Selasa (31/3/2025).
Baca juga: Diduga Terlibat Kasus Pembunuhan, 6 WNI Ditangkap Polisi Jepang
Akseyna putus kontak dengan keluarga
Agus menjelaskan, pihak keluarga yang tinggal di Yogyakarta sempat mencari keberadaan Akseyna karena korban sudah putus kontak selama beberapa hari.
Pihak keluarga segera menghubungi UI, Polsek Beji, dan Polres Metro Depok setelah mendapat kabar penemuan jenazah di Danau Kenanga.
Setelah itu, ayah Akseyna mendatangi Polsek Beji pada Senin (30/3/2015) sore.
Petugas dari Polsek Beji dan Polresta Depok kemudian mendampingi keluarga Akseyna ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur untuk melakukan identifikasi jenazah.
Dari situlah, pihak keluarga memastikan bahwa jenazah yang ditemukan adalah Akseyna setelah mengecek ciri fisik dan sepatu pada jenazah.
Baca juga: Kronologi Kasus Ronald Tannur, Suap Hakim demi Bebas dari Pembunuhan
Polisi temukan tulisan tangan
Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, Selasa (7/4/2015), polisi menemukan tulisan tangan yang diduga milik Akseyna setelah jenazah korban ditemukan di Danau Kenanga.
Lokasi penemuan tulisan tangan berada di dinding indekos korban di Wisma Widya, Gang H. Usman, Kukusan, Depok.
Tulisan yang ditemukan polisi berisi pesan "will not return for please dont search for existence my apologies for everything eternally".
Meski begitu, polisi tidak langsung percaya bahwa tulisan tersebut adalah milik Akseyna.
Polisi memutuskan melakukan uji laboratorium dan membandingkan tulisan tangan dengan keterangan dari saksi untuk memastikan kebenarannya.
“Harus dipastikan itu tulisan tangan korban atau bukan untuk mengetahui motif kematiannya," ujar Kombes Martinus Sitompul yang saat itu masih menjabat sebagai Kabid Humas Polda Metro Jaya dikutip dari Kompas.com, Selasa (7/4/2015).
Baca juga: Misteri Black Dahlia, Pembunuhan Paling Brutal di AS, Pelaku Tak Pernah Tertangkap
Polisi sebut Akseyna diduga dibunuh
Kapolres Metro Depok Kombes Pol Ahmad Subarkah mengatakan, tulisan tangan yang ditemukan di Wisma Widya otentik dengan Akseyna.
Namun, saat itu polisi masih melakukan penelusuran untuk memastikan apakah Akseyna membuat tulisan tangan berdasarkan kemauan sendiri atau mendapat paksaan dari orang lain.
“Ya tulisannya otentik. Kita akan telusuri hingga tuntas,” jelas Ahmad dikutip dari Kompas.com, Senin (4/5/2015).
Di sisi lain, polisi juga menyimpulkan bahwa Akseyna menjadi korban pembunuhan berdasarkan temuan penyidik dan tulisan tangan yang ditemukan di Wisma Widya.
“Memang ada titik terang. Titik terangnya, (Akseyna korban) pembunuhan,” ungkap Ahmad.
Baca juga: 5 Fakta Kasus Pembunuhan Bocah dengan Wajah Dilakban di Lebak
Polisi periksa 20 saksi
Dilansir dari Kompas.com, Kamis (14/5/2015), polisi telah memeriksa 20 saksi terkait kasus Akseyna UI.
Saksi yang diperiksa berasal dari orang yang pertama kali menemukan jenazah Akseyna di Danau Kenanga UI, teman kuliah, kos korban, pihak kampus, dan orangtua.
Setelah itu, polisi mendalami keterangan dari seorang saksi yang terkait dengan kasus Akseyna mahasiswa UI.
Dari 20 saksi yang sudah diperiksa, ada satu saksi yang memberikan keterangan secara berubah-ubah sehingga polisi perlu melakukan pendalaman.
Namun, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Heru Pranoto enggan menjelaskan identitas saksi yang dimaksud dengan alasan proses penyelidikan.
“Jangan disebutkan lah,” ujar Heru.
Baca juga: Motif Pembunuhan dan Alasan Pelaku Lilit Lakban Wajah Bocah di Lebak
Ada tanda kekerasan pada jenazah Akseyna
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti menjelaskan, polisi menemukan tanda kekerasan pada jenazah Akseyna.
Temuan tersebut menguatkan dugaan bahwa korban sengaja dibunuh, bukan mengakhiri hidup.
Meski begitu, temuan luka pada jenazah Akseyna tidak serta merta membuat kasus kematian Akseyna semakin terang.
Sebabnya, pada saat itu polisi belum menetapkan satu pun tersangka padahal kasus sudah berlangsung selama dua bulan.
Baca juga: Kronologi Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan, NKS Sempat Disekap Pelaku
“Luka fisik di wajah yang bersangkutan, kalau bunuh diri harusnya mulus,” ujar Krishna dikutip dari Kompas.com, Sabtu (30/5/2025).
Selain itu, tidak ada tanda bahwa Akseyna bunuh diri sehingga bisa saja korban ditenggelamkan setelah tewas atau dimasukkan ke danau dalam kondisi tidak sadar.
Kemungkinan terakhir itu tengah didalami karena dari hasil visum ditemukan adanya air yang masuk ke dalam paru-paru korban.
Diduga Akseyna masih bernapas sehingga air danau masuk ke paru-paru.
Baca juga: Motif Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan Terungkap, Ini Kata Polisi
Keluarga Akseyna kirim surat ke Kapolri
Kasus Akseyna mahasiswa UI hilang bak ditelan Bumi setelah jenazahnya pertama kali ditemukan di Danau Kenanga.
Tujuh tahun tanpa kabar, keluarga Akseyna memutuskan mengirim surat kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada Selasa (8/3/2022).
Surat juga dikirimkan kepada Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran, Polda Jawa Barat, Polres Metro Depok, Polsek Beji, dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).
“Yang dilakukan keluarga terkait dengan penuntasan kasus ya pertama yang terbaru dulu ya, kita kirim surat ke Kapolri dan jajaran terkait juga Kompolnas,” ujar ayah Akseyna Marsekal Pertama TNI (Purnawirawan) Mardoto kepada Kompas.com, Minggu (27/3/2022).
Selain mengirim surat kepada pimpinan Polri, keluarga Akseyna juga mencari informasi secara mandiri mengenai kematian korban melalui Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube.
Baca juga: Fakta Baru Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan: Baju Korban Ditemukan, Ada Bekas Luka di Wajah
Penyelidikan kasus kematian Akseyna berlanjut
Polisi melanjutkan penyelidikan kasus Akseyna mahasiswa UI pada 2024 setelah sembilan tahun perkara ini jalan di tempat.
Kapolres Metro Depok Kombes Pol Arya Perdana mengatakan, pihaknya tidak akan melakukan penyelidikan terkait kematian korban dari awal.
Sebabnya, Polres Metro Depok melakukan penyelidikan berdasarkan laporan yang sudah ada.
“Tentu, kita tidak melakukan penyidikan dari awal, tidak, karena sudah ada tindakan penyidikan di awal dan kita tinggal melanjutkan,” ujar Arya dikutip dari Kompas.com, Rabu (5/6/2024).
Arya menambahkan, polisi mengalami kendala dalam menetapkan tersangka karena identitas korban tidak diketahui saat tenggelam.
"Akseyna itu ada kendala sejak awal, karena begitu korban tenggelam tidak diketahui identitasnya, jadi diketahui identitasnya itu dua hari setelah tenggelam, setelah itu empat hari kemudian dia baru dikenali, " katanya dikutip dari Antara, Kamis (27/6/2024).
Berdasarkan jarak waktu tersebut, pelaku pembunuhan diduga memiliki kesempatan untuk menghilangkan barang bukti mengubah apapun segala macam, seperti TKP.
"Nah, itu menjadi kendala pada saat penyidik awal dulu mencari alat bukti sehingga kehilangan enam hari merupakan hal yang luar biasa bagi penyidik untuk menemukan serpihan-serpihan alat bukti itu, " ujar Arya.
Baca juga: 5 Fakta Terbaru Kasus Pembunuhan Siswi SMP di Palembang
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.