KOMPAS.com - Hidangan Lebaran identik dengan makanan bersantan seperti opor ayam, gulai, lontong sayur, atau rendang.
Menu makanan Lebaran sering ditemui saat berhalal bihalal ke sanak keluarga dan teman. Tuan rumah biasanya akan menawari tamunya untuk mencicipi hidangan tersebut.
Meski hidangan Lebaran enak dan tawaran tuan rumah sulit ditolak, konsumsi makanan bersantan dalam jumlah banyak terus-menerus tetap saja tak dianjurkan.
Selain itu, makanan bersantan yang menjadi hidangan Lebaran tidak boleh dipanaskan berulang kali agar tidak merusak makanan tersebut dan tetap bisa dimakan.
Lantas, berapa batas aman konsumsi makanan bersantan saat Lebaran?
Baca juga: Kapan Sidang Isbat Idul Fitri 2025? Berikut Jadwal Resmi dari Kemenag
Batas aman konsumsi makanan bersantan
Dokter spesialis gizi, Amalia Primahastuti, mengatakan mayoritas makanan khas Lebaran terbuat dari santan yang mengandung lemak jenuh.
"Lemak jenuh merupakan jenis lemak yang konsumsinya perlu dibatasi, jadi tips aman menyantap hidangan lebaran tersebut adalah dengan tidak berlebihan," kata Amalia, diberitakan Antara (12/5/2021).
Dia menuturkan, santan termasuk golongan lemak jenuh yang perlu dibatasi.
Batas aman asupan santan kurang dari tujuh persen total kalori harian atau sekitar 15 gram lemak dengan perkiraan kebutuhan 2.000 kalori.
"Satu penukar santan (40 gram) mengandung sekitar 9 gram lemak, jadi dalam satu hari konsumsi santan yang aman sekitar 1,5 penukar (60 gram)," kata dia.
Menurut Amalia, seseorang sebaiknya hanya memilih satu makanan bersantan untuk dimakan pada satu waktu. Misalnya, seporsi rendang, gulai, atau opor ayam saja.
Makanan bersantan juga perlu dibatasi hanya untuk satu waktu makan. Contohnya, konsumsi hidangan khas Lebaran saat sarapan atau makan siang.
Dia pun mengingatkan, jumlah kuah santan yang diambil perlu dikurangi. Jika makanan bersantan dimasak sendiri, dapat juga mengganti santan dengan susu atau krimer.
"Jangan lupa tetap konsumsi sayur dan buah," lanjutnya.
Untuk mengontrol porsi makanan bersantan yang dikonsumsi, imbangi dengan makan buah sebelum makanan berat.
Ini cara mengontrol asupan makanan dengan membuat lambung terisi buah yang sehat tapi rendah kalori. Perut cepat kenyang tanpa mengonsumsi makanan bersantan dalam porsi banyak.
Baca juga: 50 Link Unduh Kartu Ucapan Idul Fitri 2025 Gratis, Bisa untuk Hampers
Risiko kebanyakan makan santan
Ahli gizi Universitas Gadjah Mada (UGM) Toto Sudargo menjelaskan, makanan bersantan baik dikonsumsi jika tidak berlebihan.
Sebab selain lemak jenuh, santan mengandung asam laurat atau asam lemak rantai sedang yang baik bagi tubuh.
"Asam laurat ini memiliki sifat antimikroba dan antiinflamasi. Mengonsumsi santan yang tidak berlebihan otomatis melindungi tubuh dari beberapa penyakit,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com, Kamis (21/5/2020).
Toto menambahkan, santan juga salah satu sumber energi yang dibutuhkan tubuh selama dikonsumsi secukupnya.
Namun, santan mengandung kalori dalam jumlah tinggi sehingga berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi berlebihan.
Menurutnya, penelitian membuktikan, orang yang kerap mengonsumsi santan lebih berisiko mengalami obesitas, dislipidemia atau kadar lemak dalam darah abnormal, dan hipertensi.
Toto pun menyarankan, makanan bersantan lebih baik dikonsumsi saat pagi atau siang hari agar kalori dari santan dapat digunakan untuk sumber energi saat beraktivitas.
“Dikonsumsi malam hari, berarti ada sisa kalori yang digunakan sehingga bisa menyebabkan obesitas,” lanjut dia.
Daripada memakai santan, Toto lebih menyarankan memakai bahan pengganti lain seperti susu cair segar, susu kedelai atau jenis kacang-kacangan lain, maupun yogurt plain.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.