KOMPAS.com - Memiliki banyak anak bisa menjadi anugerah besar dalam sebuah keluarga, namun terkadang, juga menciptakan kerepotan tersendiri bagi orang tua.
Hal kedua, adalah yang dirasakan oleh Mariam Nabatanzi (40), seorang ibu asal Uganda, Afrika Timur, yang memiliki 44 anak.
Nabatanzi, dengan rekornya memiliki 44 anak, dijuluki sebagai "wanita paling subur di dunia".
Namun ternyata, memiliki banyak anak tidak serta-merta membuat kehidupan Nabatanzi bahagia. Justru ia memiliki kisah pilu di masa lalu yang kemudian berlanjut saat ia harus membesarkan anak-anaknya seorang diri.
Berikut kisah Nabatanzi, wanita Uganda yang melahirkan 44 anak.
Punya 44 anak di usia 40 tahun
Dilansir dari Mothership (18/10/2019), saat masih berusia 12 tahun, Nabatanzi dinikahkan dengan seorang pria.
Setahun setelah pernikahannya, ia melahirkan anak kembar.
Karena persalinannya yang pertama, ia melakukan pemeriksaan ke dokter.
Setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa Nabatanzi memiliki ovarium yang sangat besar. Dokter juga menjelaskan, penggunaan alat kontrasepsi seperti pil, justru akan menyebabkan masalah kesehatan.
Hal inilah yang kemudian membuat Nabatanzi terus-menerus melahirkan anak.
Beberapa tahun kemudian, Nabatanzi melahirkan lima pasang anak kembar, disusul dengan empat pasang anak kembar tiga, dan lima pasang anak kembar empat.
Jika ditotal keseluruhan, di usia 40 tahun, Nabatanzi sudah memiliki 44 anak. Tetapi sayang, 6 anaknya meninggal karena komplikasi saat persalinan.
Baca juga: BPJS Kesehatan Luruskan Kabar Melahirkan Normal Tak Lagi Ditanggung, Ini Aturan Mainnya
Tantangan hidup harus dihadapinya hingga menginjak usia kepala tiga.
Di tahun 2016, atau saat Nabatanzi berusia 36 tahun, ia ditinggalkan suaminya.
Nama suaminya kini menjadi kutukan dalam keluarganya. Nabatanzi selalu menyebutnya dengan kata-kata umpatan.
Sejak saat itu, Nabatanzi sendirian menghidupi 38 anaknya yang masih hidup.
"Saya tumbuh besar dengan penuh air mata, suami saya telah membiarkan saya melalui banyak penderitaan," ujarnya saat diwawancarai Reuters (25/4/2019) di rumahnya.
"Seluruh waktu saya habiskan untuk mengurus anak-anak dan bekerja untuk mendapatkan uang," lanjut dia.
Karena sangat membutuhkan uang, Nabatanzi menekuni segala hal, seperti tata rambut, dekorasi acara, pengumpulan dan penjualan besi tua, pembuatan gin lokal, dan penjualan obat herbal.
Uang yang ia terima lalu dihabiskan untuk membeli makanan, perawatan medis, pakaian, dan biaya sekolah.
Dalam pekerjaan rumah, Nabatanzi dibantu oleh anak-anaknya.
"Ibu kewalahan, pekerjaannya sangat berat, kami membantu semampu kami, seperti memasak dan mencuci, tetapi dia tetap menanggung seluruh beban keluarga. Saya turut merasakan apa yang dialaminya," kata anak tertuanya, Ivan Kibuka (23).
Kibuka harus putus sekolah menengah karena keluarga mereka sudah tidak punya uang.
Baca juga: Dipilih Nikita Willy untuk Melahirkan, Apa Itu Metode Water Birth dan Berapa Biayanya?
Masa kecil yang tragis
Keinginan Nabatanzi untuk memiliki keluarga besar berakar pada suatu tragedi.
Tiga hari setelah ia lahir, ibu Nabatanzi meninggalkan keluarga, yang terdiri dari ayah, bayi perempuan (Nabatanzi), dan kelima saudaranya.
"Dia (ibuku) meninggalkan kami begitu saja," ujar Nabatanzi.
Setelah ayahnya menikah lagi, ibu tirinya meracuni kelima kakak Nabatanzi dan berujung meninggal dunia.
Nabatanzi melarikan diri dengan alasan mengunjungi kerabatnya.
"Saat itu saya berusia tujuh tahun, terlalu muda untuk memahami arti kematian sebenarnya. Saya diberi tahu oleh kerabat tentang apa yang telah terjadi," kata dia.
Dari situlah Nabatanzi tumbuh dan berkeinginan memiliki enam orang anak, sama seperti ibu kandungnya.
Tetapi, realita memberikan jumlah anak yang berlebih.
Setelah mengalami masa kecil yang menyakitkan, saat ini Nabatanzi hanya ingin anak-anaknya bahagia.
Baca juga: Ibu di AS Alami Mati Suri Setelah Melahirkan Anak Kembar 3 secara Caesar
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.