Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 31 Agu 2022

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Pemberian yang Memberdayakan: Mencari Titik Temu Kebaikan dan Kemandirian

Baca di App
Lihat Foto
freepik.com
Ilustrasi berbagi
Editor: Sandro Gatra

SALAH satu tindakan purba yang sudah lama dilakukan manusia adalah “pemberian”. Jika ditelisik lebih dalam pada praktik kehidupan sosial, tindakan memberi seringkali menjadi ekspresi tulus dari kepedulian dan keinginan membantu sesama.

Pemberian dianggap sebagai bagian dari kebaikan yang membawa manfaat tidak hanya bagi penerima, tetapi juga bagi pemberi yang merasa lega telah berbuat sesuatu yang bermakna.

Namun, tidak semua pemberian berujung pada kebaikan jangka panjang. Ketika bantuan diberikan tanpa visi pemberdayaan, maka yang terjadi bukanlah kemandirian, melainkan ketergantungan.

Inilah residu kebaikan yang kemudian kadang berujung pada hal-hal yang dalam beberapa kasus, ketergantungan itu berubah menjadi tekanan, tuntutan, hingga ancaman terhadap pihak yang memberi.

Kompas.com (05/04/2025) melaporkan peristiwa yang terjadi di pemukiman, seorang warga (dalam berita disebut “sang paman”) secara rutin membagikan sembako dan bantuan keuangan kepada masyarakat sekitar.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Viral Kasus Berbagi Berujung Teror, Terlalu Sering Diberi Memicu Mental Ketergantungan

Pada awalnya, bantuan ini sangat diapresiasi dan dianggap sebagai bentuk solidaritas sosial. Namun, ketika bantuan tersebut terhenti karena satu dan lain hal, sebagian warga bereaksi keras.

Mereka menuntut agar bantuan kembali diberikan, bahkan beberapa di antaranya melakukan tindakan negatif terhadap sang dermawan.

Tentu saja, peristiwa ini memperlihatkan sisi lain dari kebaikan yang tidak diiringi dengan pendekatan pemberdayaan: niat baik bisa berubah menjadi konflik sosial antartetangga.

Lalu, bagaimana kita membaca fenomena seperti ini?

Sebenarnya akar persoalan dari kejadian tersebut dan mungkin juga peristiwa serupa terkait pemberian, terletak pada absennya pendekatan pemberdayaan dalam praktik pemberian.

Pemberian memang merupakan instrumen paling “jitu” dalam merayu warga agar berkumpul, mendengarkan, dan menerima penjelasan.

Namun sebenarnya, memberi bukan sekadar menyerahkan bantuan. Di dalam tindakannya tersebut, sebaiknya juga menyertakan upaya untuk membuat penerima mampu berdiri di atas kakinya sendiri. Itulah pemberian yang memberdayakan.

Pemberdayaan adalah proses terencana, bertahap, sistematis, dan evaluatif yang bertujuan meningkatkan kapasitas seseorang atau kelompok agar dapat mandiri dan lepas dari ketergantungan.

Visi ini bisa dilakukan melalui pelatihan keterampilan, akses pada modal usaha, atau pendampingan usaha dari awal sampai diterminasi.

Tanpa itu semua, penerima akan terus berada dalam posisi pasif, menunggu dan menggantungkan hidupnya pada kemurahan pihak lain.

Secara ilustratif, konsep pemberdayaan sering dianalogikan dengan pepatah “memberikan kail, bukan ikan.”

Baca juga: Efisiensi Anggaran dan Hotel yang Sepi

Tujuannya adalah agar penerima dapat memanfaatkan bantuan untuk menciptakan atau menemukan solusi sendiri atas masalah yang mereka hadapi.

Adapun pihak pemberdaya lebih di posisi menjadi pendamping agar perencanaan menuju kemandirian bisa sesuai dengan target yang diharapkan.

Sebaliknya, bantuan yang hanya bersifat konsumtif (seperti pemberian langsung tanpa agenda memberdayakan) cenderung menyelesaikan masalah sesaat dan berisiko merendahkan martabat penerima.

Mereka bisa merasa kecil, tak berdaya, bahkan terbiasa untuk tidak berjuang karena selalu bergantung pada pemberian.

Sebenarnya dalam ajaran Islam, semangat memberi tidak hanya dianjurkan, tetapi juga diatur dalam sistem yang rapi, seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

Di Indonesia, bahkan sudah dilembagakan melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan lembaga serupa lainnya.

Lembaga-lembaga ini hadir untuk mengelola bantuan dengan pendekatan yang adil, tepat sasaran, dan berorientasi pada pemberdayaan.

Delapan golongan atau asnaf telah ditetapkan sebagai kelompok penerima zakat, dan distribusi dilakukan berdasarkan prinsip keadilan dan kebutuhan.

Dengan sistem seperti ini, pemberian menjadi bagian dari upaya pembangunan sosial, bukan sekadar aksi karitatif yang berulang.

Islam juga mengajarkan bahwa pemberian sebaiknya dilakukan secara sembunyi-sembunyi, seperti dalam ungkapan “tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu tahu.”

Ajaran ini bertujuan menjaga martabat penerima dan menghindari pencitraan dari pemberi. Ketika bantuan diberikan secara diam-diam, hubungan antara pemberi dan penerima tetap seimbang, tanpa beban moral atau rasa malu.

Baca juga: Desa Ditinggal, Kota Tak Menyambut

Sebaliknya, ketika kebaikan diumumkan secara terbuka dan berlebihan, maka muncul ekspektasi sosial yang justru bisa membebani semua pihak.

Melihat berbagai kasus yang terjadi, sudah saatnya paradigma dalam memberi diubah. Kebaikan tidak boleh berhenti pada niat dan tindakan spontan, tetapi harus disertai dengan strategi dan pemikiran jangka panjang.

Mereka yang ingin membantu perlu memahami bahwa bantuan sejati adalah yang membuat penerima tidak lagi membutuhkan bantuan.

Untuk itu, sinergi antara lembaga sosial, tokoh masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan untuk menciptakan sistem pemberdayaan berkeadilan, berkelanjutan, dan bermartabat.

Pemberian yang memberdayakan bukan hanya menyelamatkan penerima dari kesulitan sesaat, tetapi juga membuka jalan bagi mereka untuk berkembang, menciptakan kehidupan yang lebih baik, dan pada akhirnya turut berkontribusi bagi masyarakat luas.

Di sinilah makna kebaikan menjadi utuh: ketika memberi tidak sekadar melepas beban, tetapi menyalakan harapan dan mengubah masa depan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi