Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Niat Hati Kurangi Kalori, Faktanya Pengganti Gula Justru Makin Picu Rasa Lapar

Baca di App
Lihat Foto
UNSPLASH/PAUL SIEWERT
Ilustrasi minuman berpemanis, minuman manis. Peneliti ungkap minuman manis berefek mematikan
|
Editor: Intan Maharani

KOMPAS.com - Para pelaku diet biasanya mengurangi gula untuk menjaga jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh.

Agar tetap bisa menikmati minuman manis, terkadang mereka mengonsumi minuman kemasan dengan pemanis buatan. Namun ternyata, niat mengurangi kalori dengan minuman berpemanis buatan dapat memicu masalah kesehatan lainnya.

Baca juga: Jarang Diketahui, Ini 5 Manfaat dan Efek Samping Mengonsumsi Pemanis Buatan

Alih-alih gula dalam bentuk glukosa, beberapa produk minuman kemasan menggunakan pemanis sukralosa yang rendah kalori. Beberapa minuman rendah gula seperti Diet Coke memakai pemanis buatan jenis sukralosa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baru-baru ini, sebuah studi menemukan fakta bahwa minuman dengan pemanis buatan lebih sering mengundang rasa lapar bagi manusia.

Melansir SciTechDaily, penelitian University of Southern California (USC) mengungkap bahwa sukralosa dapat menipu otak untuk mengirimkan sinyal yang memicu rasa lapar di hipotalamus. Namun, asupan kalori tidak sebesar yang diharapkan otak.

Studi baru USC menyebutkan bahwa konsumsi sukralosa akan mengaktifkan hipotalamus, bagian otak yang membantu mengatur nafsu makan dan berat badan, lebih dari gula biasa.

Namun, penelitian yang diterbitkan Nature Metabolism tersebut menemukan bahwa sukralosa mengubah cara hipotalamus berinteraksi dengan area otak lainnya, termasuk yang terlibat dalam motivasi.

Berdasarkan data dalam penelitian tersebut, sekitar 40 persen orang Amerika menggunakan pengganti gula untuk mengurangi kalori dan asupan glukosa.

Dari sana, direktur USC Diabetes and Obesity Research Institute dan wakil kepala Divisi Endokrinologi dan Diabetes di Keck School of Medicine Alanna Page, MD, terdorong untuk meneliti fenomena ini.

Pengaruh pemanis buatan dengan cara kerja otak

Page bersama timnya melakukan studi acak untuk mengukur bagaimana sukralosa memengaruhi aktivitas otak, kadar hormon dan rasa lapar.

Penelitian ini mengacu pada studi terhadap hewan dan data populasi yang menunjukkan hubungan pemanis buatan dan obesitas. Namun, hanya sedikit yang menguji pemanis bisa memengaruhi rasa lapar pada manusia.

Tim page mengambil sampel berupa respons dari 75 orang yang mengonsumsi air, minuman dengan sukralosa, atau minuman dengan glukosa.

Mereka menghimpun pemindaian otak dengan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI), sampel darah, dan penilaian rasa lapar sebelum serta sesudah mengonsumsi minuman tersebut.

Mereka menemukan bahwa sukralosa meningkatkan rasa lapar dan aktivitas di hipotalamus, terutama pada orang dengan obesitas. Tidak seperti gula, sukralosa tidak meningkatkan kadar hormorn tertentu dalam darah yang menciptakan rasa kenyang.

Baca juga: Apakah Gula Berbahaya atau Bermanfaat bagi Tubuh?

Perubahan interaksi hipotalamus berkomunikasi dengan daerah otak lainnya menunjukkan bahwa sukralosa telah membingkungkan otak. Apalagi, zat itu memberikan rasa manis tanpa dibarengi energi dan kalori yang diharapkan.

Ketidaksesuaian asupan kalori dengan rasa manis yang didapatkan ternyata memicu perubahan dalam keinginan dan perilaku makan.

"Jika tubuh Anda mengharapkan kalori karena rasa manis, tetapi tidak mendapatkan kalori yang diharapkan, hal itu dapat mengubah cara otak disiapkan untuk menginginkan zat tersebut dari waktu ke waktu," kata Page dikutip dari artikel SciTechDaily pada Minggu (30/4/2025).

Lebih lanjut, penelitian ini melibatkan 75 peserta yang dibagi ke dalam kategori jenis kelamin dan status berat badan. Pada tiga kunjungan terpisah, setiap peserta diuji dengan tiga larutan minuman berbeda hingga memungkinkan tim peneliti menemukan perbedaan dalam setiap diri individu.

Masing-masing dari mereka mengonsumsi 300 ml air, minuman berperisa buatan sukralosa, dan minuman dengan pemanis gula.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, konsumsi sukralosa menyebabkan otak kebingungan menangkap sinyal. Efek ini paling banyak dirasakan sampel yang tergolong obesitas.

Selain itu, Page dkk menemukan interaksi area otak lewat pemindaian fMRI. Dari sana, mereka menemukan bahwa konsumsi sukralosa meningkatkan hubungan hipotalamus dengan beberapa area otak.

Bagian otak ini berinteraksi dengan area yang mengatur komunikasi, proses sensorik, dan termasuk korteks cingulate anterior yang berperan dalam pengambilan keputusan.

Baca juga: 8 Tanda Tubuh Kelebihan Gula, Apa Saja?

Dalam penelitian tersebut, Page dkk menemukan bahwa sukralosa memengaruhi perilaku makan. Konsumsi gula sendiri meningkatkan gula darah beserta hormon-hormon seperti insulin dan glukagon-like peptide 1 (GLP-1).

Namun, minum sukralosa tidak mengundang hormon tersebut aktif. Padahal, tubuh memerlukan hormon ini agar rasa lapar tidak lagi hinggap.

"Tubuh menggunakan hormon ini untuk memberi tahu otak bahwa Anda telah mengonsumsi kalori, untuk mengurangi rasa lapar," kata Page.

"Sukralosa tidak memiliki efek itu—dan perbedaan respons hormon terhadap sukralosa dibandingkan dengan gula bahkan lebih jelas pada peserta dengan obesitas," imbuhnya.

Studi lanjutan telah dimulai

Penelitian ini memang menjawab bagaimana sukralosa direspons otak manusia. Namun, peneliti menganggap perlu ada studi lain untuk mengamati aktivitas otak dan hormon ini punya efek jangka panjang.

Terkait perbedaan efek berdasar jenis kelamin, studi Page dan timnya mengungkap peserta perempuan menunjukkan perubahan aktivitas otak lebih besar daripada laki-laki.

Kini, para peneliti telah memulai studi lanjutan untuk mengetahui pengaruh pemanis bebas kalori pada otak anak-anak dan remaja. Seperti diketahui, kelompok usia ini lebih banyak mengonsumsi gula dibanding kelompok usia lainnya.

"Apakah zat-zat ini menyebabkan perubahan pada perkembangan otak anak-anak yang berisiko mengalami obesitas? Otak rentan selama masa ini, jadi ini bisa menjadi peluang penting untuk melakukan intervens," pungkas Page.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi