Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal "Penguin Dance", Asal Tarian Hari Raya yang Populer di TikTok Saat Lebaran 2025

Baca di App
Lihat Foto
TikTok
Tangkap layar konten Tarian THR yang viral di TikTok Indonesia
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Tarian hari raya (THR) pada Lebaran 2025 belakangan populer di media sosial TikTok.

Tarian hari raya dilakukan oleh sekumpulan orang dengan baris berdiri. Mereka menggerakkan kaki ke kanan dan kiri, serta melompat ke depan dan belakang.

Selesai menari, mereka akan menerima uang THR (tunjangan hari raya).

Meski menjadi tren di media sosial, tarian THR menuai kontroversi karena diduga berasal dari tarian bangsa Yahudi. 

Kenyataannya, tarian THR dikenal sebagai Penguin Dance atau Bunny Hop yang populer di dunia. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Tutorial Slick Back, Tarian yang Viral di TikTok


Asal tarian THR

Tarian THR yang belakangan populer memiliki gerakan mirip tarian Bunny Hop yang diciptakan pada 1952 di Balboa High School, San Francisco, AS.

Menurut Edinburgh University Swing Dance Society, tarian tersebut diciptakan para pelajar dari tarian tradisional Finlandia bernama Jenkka.

Kala itu, musisi Finlandia menggubah aransemen musik rakyat modern untuk tari Jenkka. Namun, orang-orang justru menarikan Bunny Hop.

Bunny Hop merupakan variasi tarian conga. Para penari berbaris sambil memegang pinggang orang di depannya. Mereka lalu menari sesuai irama musik.

Baca juga: Ramai Jastip Cek SNBP 2025 lewat Siaran TikTok, Pakar Ingatkan Bahayanya

Tarian ini diawali dengan dua ketukan kaki kiri ke arah kiri dan dua ketukan kaki kanan ke arah kanan. Kemudian, diikuti kedua kaki melompat maju, mundur, dan terakhir tiga kali melompat maju.

Musisi bernama Ray Anthony yang mengetahui tarian itu menciptakan lagu Bunny Hop. Lagu itu disiarkan di televisi dan menjadi lagu resmi tarian tersebut.

Tarian conga seperti Bunny Hop tidak hanya populer di Amerika Serikat. Selain Bunny Hop, ada pula tarian lain dengan gerakan yang mirip bernama Letkajenkka di Finlandia pada 1960-an.

Tarian Letkajenkka dilakukan sebagai tarian baris schottische dengan mengikuti lagu berjudul sama yang dibuat komposer Finlandia, Erik Lindstrom.

Pada akhir 1963, komposer Rauno Lehtinen menggubah lagu Letkajenkka lain yang disebut Letkis. 

Baca juga: Ramai Tren Cozymaxxing di TikTok, Apa Itu?

Video Penguin Dance populer di Arab Saudi

Tarian THR juga memiliki gerakan yang sama dengan Penguin Dance atau "Tarian Penguin" yang populer di Arab Saudi sejak 2014.

Diberitakan Al Arabiya (20/5/2020), tarian itu disebut Raqsat al-Batriq yang berarti "Tarian Penguin" dalam bahasa Arab.

Pada 2014, tarian ini banyak ditampilkan dalam pesta pernikahan Arab Saudi. Video-video penampilannya pun menjadi populer di situs berbagi video daring.

Tarian Penguin di Arab Saudi ditampilkan dengan musik kartun penguin oleh seorang pria Albania. Dia mendedikasikan penampilan itu untuk saudara perempuannya yang menikah.

Video Tarian Pengun kemudian viral usai tersebar luas di berbagai jejaring sosial, termasuk Twitter, Facebook, Snapchat, dan Instagram.

Baca juga: TikTok Bikin Paket Kit Agar Pengguna Android di AS Bisa Unduh Aplikasi

Dikutip dari WNYC (18/4/2014), Penguin Dance populer di Arab Saudi karena banyak orang di sana menonton video online. Negara itu bahkan termasuk konsumen YouTube terbesar dunia.

Tarian ini dapat dilakukan bersama keluarga di tengah banyak hiburan lain yang dilarang di Arab Saudi.

Meski videonya viral, Tarian Penguin mendapat penolakan dari warga yang konservatif. Sebab, tarian ini dinilai berasal dari luar negeri dan tidak seharusnya dilakukan umat Muslim.

Jurnalis Wall Street Journal, Ellen Knickmeyer yang meneliti tarian ini menyatakan, banyak pihak menyebut Penguin Dance sebagai produk Yahudi atau upaya mengubah warga Saudi menjadi penganut Kristen.

Meski begitu, sejauh ini, belum ada kebijakan pemerintah Arab Saudi yang melarang penampilan tarian tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi