Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 10 Persen tapi Tidak dengan China?

Baca di App
Lihat Foto
AFP/MANDEL NGAN
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat mengumumkan tarif impor kendaraan dan suku cadang sebesar 25 persen, di Oval Office, Gedung Putih, Washington DC, Rabu (26/3/2025).
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Presiden AS Donald Trump pada Rabu (9/4/2025), menurunkan tarif impor dari sebagian besar mitra dagang AS menjadi 10 persen selama 90 hari untuk memberikan waktu bagi negosiasi perdagangan dengan negara-negara tersebut.

Trump mengumumkan jeda ini beberapa jam setelah barang dari hampir 90 negara dikenai tarif impor baru yang lebih tinggi atau tarif resiprokal oleh Amerika Serikat.

Namun, hal itu tidak berlaku bagi rival dagang AS yakni China, yang justru dikenai tarif 125 persen dan berlaku segera.

Kedua negara tersebut belakangan saling bersitegang dengan mengancam kenaikan tarif impor satu sama lain.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelumnya, China telah menaikkan tarif impor AS menjadi 84 persen pada Rabu (9/4/2025).

Langkah tersebut dilakukan China sebagai bentuk retaliasi atau aksi pembalasan karena Trump telah menaikkan bea impor barang-barang China menjadi 104 persen.

Alih-alih ketegangan menurun, Trump justru membalas dengan mengecualikan China dalam penundaan kenaikan tarif barunya.

Lalu, apa alasannya Trump mengecualikan China dalam penundaan kenaikan tarif impor?

Baca juga: Respons China Usai Trump Ancam Tarif Tambahan 50 Persen jika Tak Cabut Tarif Balasan

Alasan Trump mengecualikan China

Keputusan Trump menunda kenaikan tarif impor baru nyatanya terjadi setelah lebih dari 75 negara memilih bernegosiasi dan tidak melakukan pembalasan.

Namun, Trump telah mengecualikan China. Trump justru menaikkan tarif atas impor dari China menjadi 125 persen dan berlaku segera karena "kurangnya rasa hormat" yang ditunjukkan Beijing terhadap Pasar Dunia.

Saat ditanya wartawan mengenai keputusan menunda penerapan tarif impor baru, Trump menjawab dengan gaya khasnya, “Yah, saya rasa orang-orang sedikit terlalu reaktif,” ujarnya di Gedung Putih.

“Mereka mulai panik, kalian tahu, mereka mulai agak panik, sedikit takut. Saya melihat tadi malam di mana orang-orang mulai sedikit gelisah,” tambahnya, merujuk pada gejolak pasar dan kekhawatiran global.

Meski demikian, Trump menegaskan bahwa kesepakatan dagang akan tetap dijalin dengan semua negara, termasuk China.

Namun, ia menilai bahwa "Negeri Tirai Bambu" belum siap menghadapi dinamika yang tengah berlangsung.

Jika China justru memilih meningkatkan ketegangan, Trump tidak menutup kemungkinan akan menaikkan tarif lebih tinggi dari yang sudah diberlakukan saat ini.

Sikap keras Trump menunjukkan bahwa perselisihan dagang antara kedua raksasa ekonomi ini belum akan mereda dalam waktu dekat, sekaligus menandai babak baru dalam eskalasi perang dagang global.

Baca juga: Mengapa Indonesia Tak Balas Saja Tarif Trump seperti China?

"Lawan" China dan Uni Eropa

Sejak pengumuman kebijakan tarif Trump, pasar telah kehilangan triliunan dollar AS seminggu sebelumnya.

Trump telah memberlakukan tarif dasar 10 persen untuk semua negara dan tarif yang lebih tinggi untuk mitra dagang terutama China dan Uni Eropa yang dituduhnya telah menipu Amerika Serikat.

Uni Eropa sebelumnya telah meluncurkan serangan balasannya sendiri, mengumumkan langkah-langkah yang menargetkan beberapa produk AS sebagai pembalasan atas bea masuk Amerika terhadap ekspor baja dan aluminium global.

Blok 27 negara ini berencana menghantam produk-produk AS senilai lebih dari Rp 368.4 triliun termasuk kedelai, sepeda motor, dan produk kecantikan.

Baca juga: Dokter di China Keliru Cabut Gigi dan Memasukkannya Kembali secara Paksa

Namun, Uni Eropa tidak membalas tarif Trump yang terpisah sebesar 20 persen yang mulai berlaku pada Rabu.

Penundaan kenaikan kebijakan tarif Trump ini juga membuat saham-saham di Wall Street kembali meroket.

Indeks saham The S&P 500 melonjak sebesar 9,5 persen menjadi 5.456,90 yang menunjukkan tren positif yang menandai berhentinya penurunan secara signifikan dalam sepekan terakhir.

Pasar-pasar saham Eropa dan sia yang sebelumnya juga telah jatuh bersama minyak dan dolar kini mulai membaik.

Begitu juga dengan hasil obligasi AS yang mengalami peningkatan di tengah aksi jual yang cukup tajam.

Baca juga: Respons Jepang Usai Trump Tunda Tarif Impor

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: AFP
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi