Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angkara Murka Perang Tarif Trump

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock.com
Ilustrasi perang dagang
Penulis: Jaya Suprana
|
Editor: Sandro Gatra

SEJAK awal masa pagebluk Corona, saya sudah mengkhawatirkan sejarah buruk akan berulang.

Saya khawatir sejarah pagebluk Flu Spanyol memicu depresi ekonomi kemudian meledakkan Perang Dunia II akan terulang pada pagebluk Corona memicu depresi ekonomi untuk kemudian meledakkan Perang Dunia III.

Kekhawatiran saya kini terbukti tidak terlalu keliru. Sementara Rusia masih berperang melawan Ukraina dan Israel bertekad melenyapkan Palestina, ternyata Donald Trump memaklumatkan Perang Dunia III, meski untuk sementara belum dalam bentuk Perang Militer, tetapi baru dalam bentuk angkara murka Perang Tarif terhadap produk luar negeri yang dijual ke dalam negeri Amerika Serikat.

Jika Rahwana memaklumatkan perang melawan Ayodhya, maka Trump melakukan perang dagang melawan nyaris seluruh negara di marcapada ini.

Pemerintah China langsung menyampaikan keberatan mereka atas kebijakan baru Trump dan mendesak Washington untuk segera membatalkan tarif tersebut. Sebagai balasan, China menetapkan tarif 34 persen untuk semua produk AS.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Perdagangan Jepang, Yoji Muto, spontan mengkritik langkah AS sambil mempertimbangkan serangkaian langkah balasan, termasuk menerapkan tarif tinggi kepada AS atau membawa sengketa ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Perdana Menteri Kanada Mark Carney mengenakan tarif 25 persen pada mobil bikinan AS. Uni Eropa juga siap meladeni Perang Tarif Trump dengan menyerang layanan daring Amerika Serikat sebagai balasan kebijakan tarif baru yang diprakarasai Presiden Donald Trump.

Masih belum jelas bagaimana sikap Indonesia dalam menghadapi gemuruh genderang perang tarif yang ditabuh oleh Donald Trump.

Tersedia beberapa opsi sikap antara lain diam sambil watch and see apa yang akan lanjut dilakukan Trump mengingat keadikuasaan ekonomi AS tetap memiliki batasannya.

Fakta membuktikan potensi industri senjata juga dimiliki oleh Rusia, China, Turkiye, Perancis dll yang memungkinkan mereka untuk tidak harus membeli senjata dari Amerika Serikat sambil menjual senjata ke para konsumen produk senjata produksi USA.

Mayoritas negara Afrika sebagai para emerging forces di planet bumi masa kini juga secara ekonomis lebih dekat ke China ketimbang Amerika Serikat.

BRICS merupakan peluang bagi Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu ketergantungan perdagangan dengan Amerika Serikat.

Tak kalah penting bagi Indonesia adalah memperkuat kedaulatan dan kebugaran demi meningkatkan ketahanan ekonomi dalam negeri sendiri terutama dengan lebih konsekuen dan konsisten mereformasi birokrasi, mengurangi impor, meningkatkan ekspor, memantapkan swasembada sandang-pangan serta membasmi korupsi yang sudah terbukti merupakan angkara murka utama yang ganas menggerogoti sendi-sendi daya ekonomi nasional Indonesia.

Sementara saya pribadi berdoa agar angkara murka Perang Tarif yang dilancarkan oleh Donald Trump secara membabibutatuli jangan sampai lepas kendali sehingga mengalami eskalasi untuk akhirnya - seperti yang dikhawatirkan seluruh umat manusia di planet bumi masa kini - meledak menjadi benar-benar Perang Dunia III pembawa kiamat bagi umat manusia di planet bumi yang cuma satu dan satu-satunya di alam semesta ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi