KOMPAS.com - Fenomena bulan purnama yang disebut Pink Moon (bulan merah muda) akan terjadi pada Sabtu, 12 April 2025.
Bulan Purnama terjadi ketika Bumi tepat berada di antara Matahari, dan bulan ini akan terjadi ketika bulan terbit di timur menjelang matahari terbenam.
Pink Moon juga dikenal dengan sebutan micromoon karena posisi Bulan mendekati titik apogeenya, yakni titik terjauh dari Bumi dalam orbitnya.
Baca juga: Ada Strawberry Moon di Indonesia, Apa Bedanya dengan Purnama Biasa?
Kondisi tersebut membuat Bulan tampak sedikit lebih kecil dari biasanya, berbeda dengan bulan purnama supermoon.
Untuk mendapatkan pemandangan menyaksikan fenomena Pink Moon terbaik, carilah titik pandang ke langit yang tidak terhalang dan menghadap ke cakrawala timur.
Tempat terbaik adalah berada di lokasi yang tinggi atau lapangan terbuka. Meski bisa dengan mata telanjang, untuk menyaksikan dengan baik, Anda bisa menggunakan teropong atau teleskop.
Baca juga: Fenomena Langka, Berikut Perbedaan Blue Moon Musiman dan Bulanan
Sayangnya fenomena bulan purnama Pink Moon sulit disaksikan di wilayah Asia, termasuk Indonesia.
Menurut laman Live Science, Pink Moon dapat terlihat di AS bagian timur pada malam hari 12 April 2025, pukul 8:22 malam waktu setempat.
Bulan purnama ini juga akan muncul bersama Spica (bintang terang pada rasi Virgo) dan bisa diamati di Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan pesisir paling selatan Afrika Selatan.
Baca juga: Akan Terjadi Blood Moon di Ramadhan 2025, Fenomena Apa Itu?
Asal-usul julukan Pink Moon
Meski dikenal dengan nama Pink Moon atau bulan merah muda, warna bulan purnama ini tidak benar-benar tampak merah muda. Nama tersebut hanya merupakan sebuah julukan.
Ada berbagai macam nama khusus yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis atau waktu terjadinya Bulan Purnama.
Dilansir dari laman Astronomy.com, nama-nama tersebut biasanya berasal dari gabungan pengamatan budaya, pertanian, dan alam tentang Bulan.
Baca juga: Bulan Purnama Cacing Hiasi Langit Malam Ini, Fenomena Apa Itu?
Tujuannya agar manusia tidak hanya dapat memprediksi perubahan musim, tetapi juga melacak perjalanan waktu.
Bulan Purnama yang muncul setiap bulan memiliki nama berbeda, umumnya bersumber dari tradisi penduduk asli Amerika, Amerika Kolonial, atau tradisi Amerika Utara lainnya.
Nama-nama tersebut diberikan untuk mencerminkan pergeseran musim dan kondisi alam lainnya.
Baca juga: 9 Fenomena Langit yang Bisa Disaksikan pada 2025, Ada Blood Moon di Bulan Maret
Nama Pink Moon sendiri diberi untuk fenomena bulan purnama yang terjadi pada April karena bertepatan dengan mekarnya bunga-bunga liar yang berwarna merah muda.
Dikutip dari laman NASA, suku-suku asli Amerika menyebutnya Pink Moon karena menandai munculnya lumut merah muda, atau phlox tanah liar, yang merupakan salah satu bunga musim semi pertama.
Beberapa suku pesisir juga menyebut fenomena purnama pada bulan April sebagai Fish Moon (bulan ikan) karena pada saat itu ikan shad berenang ke hulu untuk bertelur.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.