KOMPAS.com - Satelit terbesar Planet Saturnus, Titan, mempunyai danau di atas permukaannya.
Keberadaan danau itu membuat para ilmuwan mencari tahu tentang bagaimana kehidupan mungkin ada di salah satu bulan Saturnus tersebut.
Baca juga: Bukan Satelit, Ini Benda Buatan Manusia yang Letaknya Terjauh dari Bumi
Apabila dilihat dari karakteristiknya, Titan seperti dunia yang sama sekali asing.
Satelit itu memiliki permukaan yang dipenuhi batu-batu es, sungai, danau metana cair, diselimuti bukit pasir seperti jelaga, dan atmosfer tebal berkabut.
Untuk mengetahui kemungkinan adanya "alien" di Titan, suatu tim peneliti menciptakan skenario ilmiah sebagai pembuktian.
Mereka dipimpin oleh Antonin Affholder dari Departemen Ekologi dan Biologi Evolusi Universitas Arizona dan Peter Higgins dari Departemen Ilmu Bumi dan Planet Universitas Harvard.
"Dalam penelitian kami, kami berfokus pada apa yang membuat Titan unik jika dibandingkan dengan bulan es lainnya: kandungan organiknya yang melimpah," ujar Affholder seperti yang dikutip dari SciTechDaily pada Rabu (9/4/2025).
Permukaan Titan mendukung adanya kehidupan
Para peneliti memperkirakan lautan di Titan dapat mencapai kedalaman 300 mil. Mereka dalam jurnal The Planetary Science Journal (2025), menjabarkan kemungkinan akan danya kehidupan di Bawah permukaan tersebut.
Mereka berpendapat bahwa meskipun Titan mendukung kehidupan dalam skala mikrosopis yang hanya memakan senyawa organic, jumlahnya diperkirakan sangat terbatas.
Satelit itu digadang-gadang mirip dengan bumi karena punya Samudra yang dalam hingga menjadi misi Dragonfly NASA.
Muncul banyak dugaan tentang kemungkinan organisme bisa hidup dalam kondisi lingkungan Titan, tetapi Affholder punya pendapat berbeda.
"Ada anggapan bahwa karena Titan memiliki organik yang melimpah, tidak ada kekurangan sumber makanan yang dapat menopang kehidupan," ungkap Affholder.
Baca juga: Cincin Saturnus Akan Menghilang pada 23 Maret 2025, Kok Bisa?
"Kami menunjukkan bahwa tidak semua molekul organik ini dapat menjadi sumber makanan, samudra sangat besar, dan ada pertukaran terbatas antara samudra dan permukaan, tempat semua organik itu berada, jadi kami berpendapat untuk pendekatan yang lebih bernuansa," paparnya.
Penelitian Affholder pada dasarnya mengedepankan pendekatan yang "kembali ke dasar" untuk menemukan skenario masuk akal tentang kehidupan Titan.
Maka dari itu, mereka mengasumsikan bahwa fermentasi menjadi salah satu metabolisme biologis yang memungkinkan kehidupan bisa tercipta di Titan.
Di Bumi, fermentasi adalah metode mengolah makanan dengan membuang bagian yang tidak diinginkan menggunakan molekul organik. Dalam proses ini mereka tidak memerlukan oksidan seperti oksigen dalam prosesnya.
Mungkinkan Titan dihuni mikroba?
Berkaca pada proses kemunculan kehidupan di Bumi yang awalnya bermula dari mikroba, Affholder menyampaikan pertanyaannya alam penelitian ini.
"Fermentasi mungkin berevolusi di awal sejarah kehidupan Bumi, dan tidak mengharuskan kita untuk membuka pintu apa pun ke mekanisme yang tidak diketahui atau spekulatif yang mungkin terjadi atau tidak terjadi di Titan," ujar Affholder.
Mikroba-mikroba di Bumi muncul dengan memakan molekul organik sisa pembentukan planet ini.
"Kami bertanya, mungkinkah mikroba serupa ada di Titan?" tanyanya.
"Jika demikian, potensi apa yang dimiliki lautan bawah permukaan Titan untuk menjadi sumber makanan bagi biosfer.dari persediaan molekul organik abiotik yang tampaknya sangat banyak yang disintesis di atmosfer Titan, terakumulasi di permukaannya dan hadir di intinya?" lanjut sang peneliti.
Baca juga: Oposisi Saturnus di Langit Indonesia 8 September 2024, Ini Cara Mengamatinya
Kemudian, tim peneliti berfokus pada glisin, molekul organik yang merupakan asam amino paling sederhana.
"Kita tahu bahwa glisin relatif melimpah dalam segala jenis materi primordial di tata surya," kata Affholder.
Bahkan, glisin bisa ditemukan pada benda-benda langit lainnya seperti asteroid, komet, awan, partikel, serta gas pembentuk planet dan bintang.
Simulasi apakah Titan layak huni
Para peneliti tersebut melakukan simulasi menggunakan komputer yang menunjukkan bahwa hanya Sebagian kecil bahan organik Titan cocok untuk dimakan mikroba.
Apabila mikroba itu ada di lautan Titan, mereka akan bergantung pada pasokan asam amino stabil dari permukaan.
Sayangnya, lapisan es tebal menutupi samudra dan harus dilelehkan dengan tumbukan meteorit. Dari es yang mencair, material dari permukaan masuk ke lautan lewat tumbuhkan tersebut.
"Studi baru kami menunjukkan bahwa pasokan ini mungkin hanya cukup untuk menopang populasi mikroba yang sangat kecil dengan berat total hanya beberapa kilogram saja – setara dengan massa seekor anjing kecil," terang Affholder.
"Biosfer sekecil itu akan memiliki rata-rata kurang dari satu sel per liter air di seluruh lautan Titan yang luas," lanjutnya.
Baca juga: Memiliki 146 Bulan, Berikut 7 Fakta Menarik tentang Planet Saturnus
Sebagai kesimpulan, Affholder menyebutkan bahwa pasokan bahan organik di Titan tidak cukup untuk membuat satelit itu layak huni.
"Kami menyimpulkan bahwa persediaan organik Titan yang sangat kaya mungkin sebenarnya tidak tersedia untuk memainkan peran dalam kelayakhunian bulan tersebut sejauh yang mungkin dipikirkan secara intuitif," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.