Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Ungkap Bukti Banjir Terbesar di Bumi, Mengisi Laut Mediterania dalam Waktu Singkat

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Banjir terbesar dalam sejarah Bumi melanda Gibraltar dan Sisilia.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sekitar 5 juta tahun yang lalu, air dari Samudra Atlantik menemukan jalan melalui Selat Gibraltar yang sekarang menghubungkan Benua Afrika dan Spanyol.

Selat Gibraltar membatasi wilayah dari sisi utara, yaitu Spanyol dan Gibraltar, serta pada sisi selatan Maroko dan Ceuta.

Menurut teori ini, air dari Samudra Atlantik mengalir sangat cepat, menuruni lereng setinggi satu kilometer dan menuju Laut Mediterania yang kosong, menciptakan palung dengan kedalaman setinggi gedung pencakar langit.

Laut Tengah atau Laut Mediterania pada saat itu merupakan cekungan yang sebagian besar kering, gersang, dan asin.

Banyaknya air dari banjir itu membuatnya terisi penuh hanya dalam waktu beberapa tahun saja, bahkan mungkin, hanya dalam beberapa bulan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada puncaknya, banjir tersebut menghasilkan sekitar 1.000 kali lipat air dari sungai Amazon di zaman modern.

Itulah tesis yang diajukan oleh salah satu peneliti dalam studi tahun 2009 tentang ngarai bawah laut yang digali di sepanjang Selat Gibraltar, yang diduga diukir oleh banjir besar ini.

Jika benar, maka apa yang disebut sebagai banjir Zanclean akan menjadi banjir terbesar yang pernah tercatat di Bumi. Meski demikian, klaim ini membutuhkan bukti yang sangat kuat.

Baca juga: BMKG Merilis Peringatkan Wilayah yang Berpotensi Banjir Rob Imbas Bulan Purnama dan Super New Moon


Bagaimana cara ilmuwan melacak banjir besar?

Penelitian terbaru yang menyelidiki batuan sedimen dari era Zanclean tampaknya merekam bagaimana air melonjak melalui celah antara Sisilia modern dan daratan Afrika untuk mengisi kembali bagian timur Mediterania.

"Temuan kami merupakan babak baru dalam kisah yang dimulai pada akhir abad ke-19," kata peneliti, dikutip dari The Conversation, Jumat (11/4/2025).

Saat itulah para ahli geologi yang mempelajari bongkahan batuan yang kaya garam di sekitar Mediterania semakin menyadari sesuatu yang tidak biasa telah terjadi antara sekitar 5-6 juta tahun yang lalu.

Mereka menamai zaman itu “Messinian”, dan pengeringan tersebut akhirnya dikenal sebagai Krisis Salinitas Messinian.

Saat itu, Laut Mediterania hampir sepenuhnya mengering dan terjadi peningkatan salinitas (kadar garam) yang ekstrem.

Krisis Salinitas Messisian terjadi karena terputusnya hubungan antara Laut Mediterania dan Samudra Atlantik, kemungkinan besar akibat kenaikan daratan di wilayah Selat Gibraltar atau penurunan permukaan laut global.

Kemudian diketahui, pada 1970-an, para ilmuwan untuk pertama kalinya mengebor jauh di bawah Laut Tengah untuk mencari batuan sedimen dari zaman Messinian. Mereka membuat tiga penemuan mengejutkan ini:

Baca juga: Ilmuwan Temukan Lautan Raksasa 700 Km di Bawah Permukaan Bumi, Tidak dalam Bentuk Cair

1. Lapisan garam yang sangat besar

Pertama, mereka menemukan lapisan garam yang sangat besar, setebal beberapa kilometer di bawah sebagian besar dasar laut.

Hal ini menegaskan perubahan lingkungan yang sangat besar telah terjadi sekitar 6 juta tahun yang lalu, tepat ketika lempeng tektonik bergeser dan sebagian besar lautan menjadi terisolasi dari Samudra Atlantik.

2. Penemuan sedimen fosil

Kedua, tepat di atas lapisan garam ini, para ilmuwan menemukan sedimen dengan fosil dari danau dangkal dengan kadar garam rendah.

Hal ini menunjukkan bahwa Laut Mediterania turun hingga lebih dari satu kilometer di bawah permukaan saat ini dan karena sebagian besar air menguap, garam pun tertinggal di area paling rendahnya.

Sedangkan serangkaian danau tetap berada di bagian terendah cekungan, relatif bebas garam berkat aliran sungai.

Penafsiran ini juga didukung oleh survei seismik dasar laut yang mengungkap ada sungai pernah membelah lanskap kering.

3. Lapisan berbatu bergeser 

Ketiga, diketahui oleh peneliti bahwa lapisan batu di atas garam tiba-tiba bergeser kembali ke sedimen laut dalam.

Dari sinilah, hipotesis soal banjir Zanclean diciptakan pada 1970-an dan merujuk pada kejadian yang mengakhiri krisis di Mediterania, tanpa para ilmuwan benar-benar mengetahui apa yang terkandung di dalamnya atau skala waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kembali cekungan Mediterania yang kering.

Baca juga: Lautan Dulu Berwarna Hijau Bukan Biru, Bisakah Berubah Warna Lagi di Masa Depan?

Pengisian ulang yang dahsyat

Temuan berikutnya terjadi pada 2009, ketika data geofisika untuk terowongan Afrika-Eropa yang direncanakan melalui Gibraltar menunjukkan palung bawah laut yang besar antara Samudra Atlantik dan Laut Mediterania yang dipastikan telah terbentuk oleh banjir yang tiba-tiba dan dahsyat.

"Penelitian terbaru kami mendukung hipotesis ini. Sebagai bagian dari tim yang dipimpin oleh ilmuwan dasar laut Malta Aaron Micallef, kami menjelajahi wilayah tempat air banjir yang mengisi cekungan barat Mediterania seharusnya mengalir ke punggungan dataran tinggi yang menghubungkan Afrika dan Italia modern, yang dikenal sebagai Sill Sisilia," kata peneliti.

"Kami bertanya-tanya, apakah ada bukti tentang banjir besar kedua saat Mediterania timur terisi?" tambahnya.

Salah satu rekan penulis yang tumbuh besar di Sisilia selatan, Giovanni Barreca mengatakan telah lama menyadari bukit-bukit rendah di dekat pantai merupakan perpanjangan dari Sill Sisilia yang dilalui banjir besar dari barat ke timur.

Tim kemudian mengunjungi bagian Sisilia tersebut dan menyadari bukit-bukit itu memang tidak biasa.

Baca juga: Benua Australia Bergerak Makin Dekat ke Asia, Apa Dampaknya bagi Bumi?

Bentuknya yang sejajar dan ramping yang dipisahkan oleh cekungan yang terkikis dalam, sangat mirip dengan bukit-bukit ramping di negara bagian Washington di AS.

Bukit-bukit Washington itu terbentuk oleh banjir besar pada akhir Zaman Es ketika Danau Missoula yang luas terbendung di balik gletser dan terkuras secara dahsyat.

Jika bukit-bukit dan cekungan di Sisilia itu juga terbentuk oleh banjir besar, maka puing-puing batu yang terkikis dari dasar cekungan itu seharusnya ditemukan di atas bukit-bukit itu, lebih dari 5 juta tahun kemudian.

Mereka pun menemukan puing-puing batu yang berantakan dan terpelintir hingga seukuran bongkahan batu di sepanjang puncak bukit. Adapun jenis batu tersebut sama dengan yang ditemukan di cekungan dan juga di kedalaman.

Untuk memeriksa ulang, para peneliti mengembangkan simulasi komputer tentang bagaimana banjir dapat melintasi satu bagian Sill Sisilia.

Simulasi itu menunjukkan, aliran banjir memang akan meniru arah bukit-bukit yang ramping.

Model tersebut juga menunjukkan bahwa bukit-bukit tersebut terbentuk oleh air sedalam 40 meter atau lebih, yang mengalir dengan kecepatan 115 kilometer per jam (71mph).

"Di satu area yang dimodelkan, 13 juta meter kubik air per detik membanjiri cekungan Mediterania timur (sebagai referensi: Amazon saat ini mengalir sekitar 200.000 meter kubik per detik)," pungkas peneliti.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi