KOMPAS.com - Donald Trump akan mengenakan tarif semikonduktor untuk smartphone dan barang elektronik buatan China.
Sebelumnya, pengumuman resmi dari Gedung Putih menyebutkan bahwa produk-produk elektronik tersebut terbebas dari tarif impor sebesar 145 persen.
Namun, para pejabat Amerika Serikat mengatakan bahwa produk-produk tersebut akan dikenai tarif semikonduktor sebagai gantinya.
Lantas, bagaimana presiden AS mengumumkan kebijakan ini selengkapnya?
Baca juga: AS-China Saling Balas Naikkan Tarif Impor, Ini Sejarah Perang Dagang 2 Negara
Ponsel dikenai tarif semikonduktor sebagai ganti tarif timbal balik
Gedung Putih telah mengumumkan kebijakan pengecualian tarif untuk beberapa produk elektronik China pada Jumat (11/4/2025).
Namun, pada Minggu (13/4/2025), Menteri Perdagangan Trump, Howard Lutnick, mengatakan bahwa produk elektronik dari China akan dikenakan bea baru atau tarif semikonduktor dalam dua bulan ke depan.
Lutnick menyebutkan bahwa pungutan baru ini akan menjadi tambahan dari sejumlah tarif global yang diberlakukan AS pada awal bulan ini, yang kemudian ditangguhkan selama 90 hari.
“Kami membutuhkan obat-obatan kami dan kami membutuhkan semikonduktor dan elektronik kami untuk dibuat di Amerika,” ujarnya.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump turut mengumumkan tarif tambahan ini di media sosialnya pada Minggu (13/4/2025).
Dilansir dari The Guardian, Senin (14/4/2025), Donald Trump mengatakan dalam postingan media sosial bahwa tidak ada pengecualian tarif sehingga produk-produk elektronik akan dikenakan tarif Fentanyl 20 persen.
Selain itu, dalam platform Truth Social miliknya, Trump berjanji akan meluncurkan investigasi perdagangan keamanan nasional terhadap sektor semikonduktor dan seluruh rantai pasokan elektronik.
“Kita tidak akan disandera oleh negara lain, terutama negara dagang yang bermusuhan seperti China,” katanya.
Zhang Li, presiden Pusat Pengembangan Industri Informasi Tiongkok, mengatakan kepada China Daily bahwa kebijakan tersebut membuktikan betapa pentingnya China bagi perusahaan teknologi besar AS yang sangat bergantung dalam inovasi dan manufaktur.
Baca juga: Mengapa Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 10 Persen tapi Tidak dengan China?
AS dan China tidak ada rencana negosiasi
Dilansir dari BBC, Senin (14/4/2025), Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, mengatakan bahwa pihaknya tidak memiliki rencana berbincang dengan mitra dari China, Xi Jinping.
“Saat ini kami tidak memiliki rencana untuk itu,” jawabnya saat tampil di acara Face the Nation di CBS.
Diketahui bahwa Trump pada awalnya memberlakukan tarif sebesar 54 persen untuk produk impor dari China pada awal April dan naik menjadi 145 persen pada saat ini.
Sementara itu, China sendiri memberlakukan tarif sebesar 34 persen untuk produk Amerika Serikat sebelum naik hingga 84 persen dan menjadi 125 persen.
Pada saat mengumumkan tarif terbarunya, kementerian perdagangan China mengatakan bahwa mereka akan berjuang sampai akhir bila AS bersikeras memprovokasi perang dagang melalui kebijakan tarif ini.
Sementara itu, Gedung Putih berpendapat bahwa kebijakan tarif merupakan taktik negosiasi untuk mendapatkan persyaratan dagang yang lebih menguntungkan dari negara lain.
Trump mengatakan bahwa kebijakannya bertujuan membawa pekerjaan dan pabrik-pabrik kembali ke AS dan memperbaiki ketidakadilan dalam sistem perdagangan global.
China mengungkapkan akan mengabaikan kenaikan tarif apa pun yang dikeluarkan Trump di masa mendatang karena sudah terlalu tinggi.
Karena itu, tidak ada penerimaan untuk barang-barang AS di China.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.