KOMPAS.com - Para ilmuwan tidak ada habisnya mencari kehidupan di luar Bumi dan mencari misteri alam semesta yang belum terpecahkan.
Baru-baru ini, sekelompok peneliti menemukan indikasi kuat tentang adanya kehidupan di luar tata surya.
Dilansir dari New York Times, Rabu (16/5/2025), penemuan itu bermula ketika mereka yang tergabung dalam tim University of Cambridge tengah mempelajari atmosfer sebuah planet bernama K2-18b menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) milik NASA.
K2-18b mengorbit sebuah bintang dan berukuran dua setengah kali Bumi. Jarak planet itu dengan Bumi diperkirakan 700 triliun mil atau sekitar 120 tahun cahaya.
Lantas, bukti seperti apa yang diungkap ilmuwan tim Cambridge terkait dugaan adanya kehidupan di planet K2-18b?
Baca juga: Ada Fenomena Planet Sejajar pada 17 April 2025, Bisa Dilihat dengan Mata Telanjang
Temukan gas sumber kehidupan
Penelitian yang membuktikan adanya kehidupan di planet K2-18b dipublikasikan pada hari Rabu di Astrophysical Journal Letters.
JWST sendiri sangat canggih, bisa menganalisis komposisi kimia atmosfer planet dari cahaya yang melintas di matahari merah kecil yang diorbitnya.
Dari penelitian itu, didapati bukti tanda-tanda kehidupan berupa molekul seperti di Bumi yang diproduksi oleh organisme sederhana.
Tim Cambridge menemukan bahwa atmosfer K2-18b tampaknya mengandung ciri kimiawi, setidaknya satu dari dua molekul yang terkait dengan kehidupan, yaitu dimetil sulfida (DMS) dan dimetil disulfida (DMDS).
Di Bumi, gas-gas ini diproduksi oleh fitoplankton laut dan bakteri.
Namun, para peneliti masih membutuhkan lebih banyak data untuk mengonfirmasi hal ini.
"Ini adalah bukti terkuat bahwa kemungkinan ada kehidupan di luar sana. Saya dapat mengatakan secara realistis bahwa kita dapat mengonfirmasi sinyal ini dalam waktu satu hingga dua tahun," ujar peneliti utama, Prof Nikku Madhusudhan, dikutip dari BBC, Kamis (17/4/2025).
Madhusudhan mengatakan terkejut dengan banyaknya gas yang terdeteksi selama satu jendela pengamatan.
“Jumlah yang kami perkirakan untuk gas ini di atmosfer adalah ribuan kali lipat lebih tinggi daripada yang ada di Bumi,” katanya.
“Jadi, jika keterkaitannya dengan kehidupan adalah nyata, maka planet ini pasti penuh dengan kehidupan,” tambahnya.
Lebih jauh, Madhusudhan mengatakan, jika kehidupan di K2-18b terkonfirmasi, hal tersebut juga akan mengonfirmasi bahwa kehidupan itu sangat umum di galaksi.
Dr Subir Sarkar, dosen astrofisika di Universitas Cardiff dan bagian dari tim peneliti mengatakan, penelitian ini menunjukkan bahwa K2-18b mungkin memiliki lautan yang berpotensi memiliki kehidupan. Meskipun, ia mengatakan bahwa ilmuwan belum tahu dengan pasti hal ini.
"Ini adalah sebuah petunjuk. Tapi kita belum bisa menyimpulkan bahwa planet ini bisa dihuni," ujar Stephen Schmidt, seorang ilmuwan planet di Johns Hopkins University.
Baca juga: Analisis Struktur Planet Mars Sebagai Bukti Adanya Kehidupan
Awal mula K2-18b ditemukan
Para astronom Kanada menemukan K2-18b pada tahun 2017, melalui pengamatan menggunakan teleskop berbasis darat di Cile.
K2-18b merupakan jenis planet yang umum ditemukan di luar tata surya. Tetapi, tidak ada planet serupa di dekat Bumi sehingga para ilmuwan tidak bisa secara saksama mendapatkan petunjuk.
Planet-planet ini, yang dikenal sebagai sub-Neptunus, jauh lebih besar daripada planet-planet berbatu di tata surya bagian dalam.
Namun planet ini lebih kecil dari Neptunus dan planet-planet lain yang didominasi gas di tata surya bagian luar.
Pada tahun 2021, Madhusudhan dan rekan-rekannya mengusulkan bahwa sub-Neptunus ditutupi oleh lautan air yang hangat dan terbungkus dalam atmosfer.
Atmosfer tersebut mengandung hidrogen, metana, dan senyawa karbon lainnya.
Untuk menggambarkan planet-planet ini, mereka menciptakan istilah baru, yaitu hycean, dari gabungan kata "hidrogen" dan "ocean" atau lautan.
Baca juga: Penelitian Terbaru Ungkap Alasan Mengapa Planet Mars Berwarna Merah
Bagaimana ilmuwan mengidentifikasi adanya gas?
Teleskop Luar Angkasa James Webb sendiri diluncurkan pada bulan Desember 2021. Teloskop tersebut memungkinkan para astronom mengamati lebih dekat sub-Neptunus dan planet-planet jauh lainnya.
Saat sebuah eksoplanet (planet yang mengorbit bintang di luar tata surya) melintas di depan bintang induknya, maka atmosfernya secara otomatis akan terterangi.
Gas-gas atmosfer eksoplanet itu akan mengubah warna cahaya bintang yang mencapai teleskop Webb.
Dengan menganalisis panjang gelombang yang berubah ini, para ilmuwan dapat menyimpulkan komposisi kimia di dalam atmosfer.
Baca juga: NASA Temukan Bukti Ada Dugaan Kehidupan di Planet Mars, Apa Wujudnya?
Saat memeriksa K2-18b, Madhusudhan menemukan bahwa planet itu memiliki banyak molekul yang mereka prediksi dimiliki oleh planet Hycean.
Pada tahun 2023, mereka melaporkan mendeteksi petunjuk samar tentang molekul lain, dan salah satu molekul yang sangat penting adalah dimetil sulfida, yang terbuat dari sulfur, karbon, dan hidrogen.
Di Bumi, satu-satunya sumber dimetil sulfida yang diketahui adalah kehidupan. Di lautan, beberapa bentuk alga menghasilkan senyawa tersebut, yang tertiup ke udara dan menambah bau khas laut.
Jauh sebelum teleskop Webb diluncurkan, para ahli astrobiologi juga telah bertanya-tanya apakah dimetil sulfida dapat berfungsi sebagai tanda kehidupan di planet lain.
Baca juga: 7 Fenomena Astronomi Februari 2025, Ada Hujan Meteor dan Parade Planet
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.