KOMPAS.com - Ilmuwan menemukan bukti terbaru terkait kemungkinan adanya kehidupan di luar tata surya.
Para astronom menggunakan teleskop Luar Angkasa James Webb dalam pengamatan ini.
Misteri kehidupan di luar tata surya selalu menjadi pembahasan yang menarik karena memiliki metode pembuktian yang sulit dan terbatas.
Selain itu, tidak semua planet dapat ditinggali makhluk hidup karena terdapat beberapa syarat planet yang layak dihuni.
Dilansir dari Kompas.com (15/12/2022), planet yang layak huni memiliki kriteria memiliki jarak yang nyaman dari bintangnya (zona layak huni), memiliki inti planet yang cair, hingga memiliki air cair dan senyawa lain yang dibutuhkan untuk kehidupan.
Penemuan terbaru ini menemukan bahwa terdapat senyawa kimia yang biasanya dihasilkan oleh makhluk hidup di bumi, yaitu dimetil sulfida (DMS) dan dimetil disulfida (DMDS).
Lantas, bagaimana hasil penemuan selengkapnya?
Baca juga: Apa itu Garis Karman yang Dilewati Katy Perry Saat ke Luar Angkasa bersama Blue Origin?
Penemuan senyawa tanda kehidupan di planet K2-18 b
Dilansir dari Reuters, Kamis (17/4/2025), penemuan ini dipimpin oleh Profesor Nikku Madhusudhan dari Universitas Cambridge.
Melalui penelitian ini, senyawa DMS dan DMDS ditemukan di planet ekstrasurya bernama K2-18 b yang terletak sekitar 124 tahun cahaya dari Bumi.
Senyawa DMS dan DMDS biasanya dihasilkan oleh mikroba seperti fitoplankton.
"Ini adalah momen transformasional dalam pencarian kehidupan di luar tata surya, di mana kami telah menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk mendeteksi tanda-tanda biologis di planet-planet yang berpotensi layak huni dengan fasilitas saat ini. Kita telah memasuki era astrobiologi observasional," kata Madhusudhan.
Planet K2-18 b terletak di konstelasi Leo dan memiliki massa sekitar 8,6 kali lebih besar dari Bumi.
Planet ini memenuhi kriteria layak huni karena mengorbit di zona layak huni.
Astronom menggunakan metode transit dalam memastikan komposisi kimia di planet ini.
Baca juga: Dua Astronot NASA yang Terjebak di Luar Angkasa, Bertahan Hidup dari Sup yang Dibuat dari Urine
Metode ini dilakukan dengan menganalisis cahaya dari bintang induknya saat planet tersebut melintas di depannya dari perspektif Bumi.
Saat planet tersebut transit, teleskop dapat mendeteksi penurunan kecerahan bintang, dan sebagian kecil cahaya bintang melewati atmosfer planet tersebut sebelum terdeteksi oleh teleskop.
Hal ini memungkinkan para ilmuwan menentukan gas-gas penyusun atmosfer planet
Pengamatan baru ini berhasil menemukan bukti DMS dan DMDS tadi.
Temuan perlu pembuktian lebih lanjut
Madhusudhan mengimbau untuk tetap berhati-hati terhadap kesimpulan penemuan ini.
Dia mengatakan bahwa dimungkinkan adanya proses tidak diketahui yang dapat menghasilkan molekul DMD dan DMDS.
"Pertama-tama kita perlu mengulang pengamatan dua hingga tiga kali untuk memastikan sinyal yang kita lihat kuat dan meningkatkan signifikansi deteksi," kata Madhusudhan.
"Kedua, kita memerlukan lebih banyak studi teoritis dan eksperimental untuk memastikan apakah ada mekanisme abiotik lain (yang tidak melibatkan proses biologis) untuk membuat DMS atau DMDS di atmosfer planet seperti K2-18 b," tambahnya.
Dilansir dari The Guardian, Kamis (17/4/2025), ahli yang lain juga turut mengimbau untuk berhati-hati dengan hasil penemuan ini.
Ahli kimia di Institut Fisika Universitas Berne, Dr. Nora Hanni mengatakan, "Kita harus benar-benar mengesampingkan semua pilihan lain sebelum mengklaim adanya kehidupan."
Yang lain mengatakan bahwa pengukuran atmosfer planet mungkin tidak akan pernah menghasilkan bukti kuat untuk kehidupan.
Baca juga: Katy Perry Terbang ke Luar Angkasa, Apa Saja yang Perlu Diketahui?
Astrofisikawan Universitas Texas, Dr. Caroline Morley mengatakan, "Hal ini kurang dihargai di bidang ini, tetapi tanda-tanda teknologi, seperti pesan yang disadap dari peradaban maju, bisa menjadi bukti kuat yang lebih baik, meskipun kecil kemungkinan menemukan sinyal seperti itu" .
Namun, dia juga menambahkan bahwa temuan tersebut, bagaimanapun, merupakan kemajuan penting.
Ilmuwan planet di Open University, Dr. Jo Barstow, juga memandang bahwa penemuan tersebut sebagai sesuatu yang signifikan, walaupun memerlukan pembuktian lebih lanjut.
“Skeptisisme saya terhadap klaim apa pun yang berkaitan dengan bukti kehidupan selalu meningkat ke 11, bukan karena saya tidak yakin bahwa ada kehidupan lain di luar sana," katanya.
"Tetapi karena saya merasa bahwa untuk penemuan yang begitu mendalam dan signifikan, beban pembuktian harus sangat, sangat tinggi. Saya tidak yakin karya terbaru ini melampaui ambang batas itu," tambah Barstow.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.