Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untung Rugi Kembalinya Penjurusan IPA, IPS, Bahasa di SMA

Baca di App
Lihat Foto
canva.com
ilustrasi penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di jenjang SMA.
|
Editor: Intan Maharani

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti berencana mengembalikan penjurusan di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Dengan kata lain, kini SMA akan kembali menerapkan penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa mulai tahun 2025 ini.

Baca juga: Penjurusan IPA, IPS, Bahasa di SMA Kembali, Pengamat: Gak Ada Masalah

Nantinya, mulainya penjurusan SMA itu akan diikuti dengan Tes Kompetensi Akademik atau Tes Kemampuan Akademik (TKA) sesuai dengan rumpun keilmuan. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Pendidikan, Doni Koesoema menilai bahwa kembalinya penjurusan di SMA merupakan langkah yang tepat. 

Penjurusan sendiri menurutnya bisa memperbaiki kesalahan fatal mantan Menteri Pendidikan Nadiem Makarim di era Kurikulum Merdeka atau Merdeka Belajar.

Meskipun sistem peminatan Kurikulum Merdeka membantu siswa fokus pada rumpun keilmuan sesuai jenjang kariernya, kelemahannya ada pada seleksi dan evaluasi. 

"Justru seleksi berdasarkan rumpun keilmuan oleh Mas Nadiem dihilangkan, inilah kesalahan fatalnya," kata Doni dalam tayangan di saluran YouTube Pendidikan Karakter utuh yang diunggah pada Selasa (15/4/2025). 

Keuntungan kembalinya penjurusan di SMA

Dengan dikembalikannya sistem penjurusan, pengajar di Universitas Multimedia itu menilai bisa mengurangi beban pendidikan tinggi dalam memajukan pendidikan nasional.

Pasalnya tanpa ujian TKA yang mengukur kemampuan mahasiswa sesuai rumpun keilmuan, banyak universitas tidak punya gambaran gambaran siapa saja yang punya kemampuan sesuai rumpun terbaik. 

"Tentu saja sudah banyak keluhan dari banyak universitas mahasiswa yang diseleksi itu nggak terpilih mereka yang terbaik," terang Doni. 

Baca juga: Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA Bakal Dihidupkan Kembali, Apa Alasannya?

"Karena apa? Tidak ada kemampuan, pengetahuan, kompetensi, keterampilan tertentu yang lebih spesifik, yang bisa membedakan antara mahasiswa satu dengan mahasiswa yang lain," sambungnya. 

Kemudian, dari sisi sekolah juga akan mendapatkan manfaat dengan kembalinya sistem penjurusan.  

"Dengan TKA sebenarnya kita punya banyak manfaat," ujar dia. 

Berdasarkan pemaparan Doni Koesoema, manfaat dari penjurusan SMA yang diikuti dengan TKA antara lain: 

Siapa yang dirugikan dari penjurusan di SMA?

Selain sambutan baik, Doni menyebutkan bahwa penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa akan menjadi masalah untuk beberapa pihak. Menurutnya, mereka yang tidak mau belajar akan dirugikan dari sistem ini. 

"Tetapi ini akan menjadi masalah bagi orang-orang memang tidak mau belajar. Mereka hanya menggunakan sistem hanya untuk enaknya sendiri," papar Doni. 

Penjurusan SMA ini pun mengembalikan penerapan sistem penilaian objektif yakni dengan ujian. 

"Mereka memilih peminatan tetapi nggak mau diuji apakah dia belajar sungguh-sungguh atau tidak. Kan, aneh," ucapnya. 

Baca juga: Kemendikbud Hapus Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA, Berlaku Mulai Kapan?

Ia beranggapan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari penjurusan ini. 

"Jadi para orang tua, guru yang serius mendidik nggak perlu khawatir. Karena proses pendidikan udah biasa ada ujiannya. Masa kita belajar nggak ada ujiannya? Hidup saja ada ujiannya kok," ucapnya.

Selain itu, berdasarkan pengamatan Doni terkait pernyataan Abdul Mu'ti untuk mengembalikan penjurusan di SMA bukan seperti apa yang diterapkan Kurikulum 13. 

Dahulu, penjurusan SMA saat era Kurikulum 13 dilakukan saat siswa berada di kelas X yang menurut Doni terlalu awal. 

Kelemahan Kurikulum 13 sebenarnya sudah diperbaiki pada masa Nadiem Makarim. Akan tetapi, kesalahan fatal untuk meniadakan TKA dalam seleksi masuk perguruan tinggi merupakan sebuah kesalahan fatal. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi