KOMPAS.com - UNESCO telah merilis 16 geopark di dunia yang termasuk ke dalam daftar Global Geoparks, pada Kamis (17/4/2025).
Dengan begitu, total geopark dalam jaringan Global Geoparks UNESCO berjumlah 229 situs dari 50 negara.
Jaringan geopark global ini menyatukan berbagai daerah yang memiliki kekayaan warisan geologis, seperti pegunungan, formasi batuan, situs fosil, gua, ngarai, atau laskap gurun kuno.
Setiap tahun, UNESCO menambahkan daftar situs baru berdasarkan keputusan Dewan Ekeskutif, setelah melakukan evaluasi pengaplikasian oleh para ahli internasional.
16 daftar Global Geoparks terbaru berasal dari negara Tiongkok, Ekuador, Italia, Norwegia, Republik Korea, Arab Saudi, Spanyol, Vietnam, Britania Raya, dan Indonesia.
Sebelum mengetahui 2 geopark dari Indonesia yang masuk ke dalam daftar tersebut, sebenarnya apa itu geopark atau taman bumi?
Baca juga: Potret Geopark Kebumen The Mother Earth of Java yang Resmi Diakui Dunia
Konsep geopark
Dilansir dari laman Kaldera Geopark, secara terminologi, geopark dimaknai sebagai geo-park dalam artian "earth", dan bukan berarti "geological park".
Dengan begitu, dalam bahasa Indonesia geopark dimaknai sebagai "taman bumi" .
Dilansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (12/7/2018), geopark adalah suatu wilayah geografi yang memiliki warisan dan keanekaragaman geologi bernilai tinggi (outstanding).
Warisan geologi yang dimaksud meliputi keanekaragaman hayati dan budaya yang melengkapi.
Sementara itu, UNESCO Global Geoparks adalah wilayah-wilayah geopark yang menjadi aset geologis internasional dan dikelola dengan konsep konservasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat.
Melalui konsep ini, geopark yang mendapat pengakuan dari UNESCO dikembangkan dengan tiga pendekatan tersebut.
Dengan begitu, geopark dikembangkan melalui konservasi dan edukasi, serta berdampak menciptakan peluang kerja bagi masyarakat lokal, melalui industri geowisata atau pariwisata lainnya terkait dengan geopark.
Baca juga: Penjelasan Kemenparekraf soal Kartu Kuning Geopark Kaldera Toba
Adapun 2 geopark dari Indonesia yang ditetapkan sebagai Global Geoparks oleh UNESCO adalah Geopark Kebumen dan Geopark Meratus dari Kalimantan Selatan.
Profil Geopark Kebumen
Dilansir dari laman UNESCO, Kamis (17/4/2025), Geopark kebumen memamerkan warisan formasi batuan tertua di Pulau Jawa.
Fitur utama dari geopark ini adalah situs Karangsambung, yaitu laboratorium alami yang berasal dari batuan tepi samudra dan benua sejak puluhan tahun lalu.
Batuan ini menggambarkan teori lempeng tektonik yang menunjukkan bagaimana dasar samudra purba terdorong ke permukaan.
Area ini mengungkap fosil dari ekosistem laut dan prasejarah purba, serta sungai dan gua bawah tanah yang menakjubkan.
Selain itu, terdapat kegiatan konservasi di geopark ini, yaitu melalui stasiun konservasi penyu di Pantai Jogosimo, Tambak Mulyo, dan Lembu Purwo.
Stasiun konsevasi ini menjadi tempat yang mana untuk penetasan telur-telur penyu yang sebelumnya terancam oleh pemburu.
Sementara itu, konsep pemberdayaan masyarakat diwujudkan dalam kegiatan ekonomi masyarakat melalui anyaman pandan.
Dalam aspek edukasi, terdapat program geopark Jiemat di Desa Wonorejo yang mengajarkan anak-anak sekolag menganyam pandan menjadi tas dan sandal.
Tidak hanya itu, forum Pemuda Kebumen di Desa Grenggeng juga melakukan pelatihan pemasaran digital untuk mendukung inovasi para pengrajin pandan.'
Baca juga: 4 Geopark Indonesia yang Kembali Diakui UNESCO, Mana Saja?
Profil Geopark Meratus
Berbeda dengan Geopark Kebumen, Geopark Meratus menawarkan catatan geologis mengenai evolusi tektonik yang kompleks sejak zaman Jurassic, yakni 201 hingga 145 juta tahun yang lalu.
Geopark ini menjadi rumah bagi rangkaian ofiolit tertua di Indonesia. Ofiolit sendiri adalah kompleks batuan beku yang terdiri dari anggota basal, gabro, dan peridotit.
Tidak hanya itu, taman bumi ini juga menjadi wadah bagi keberadaan berlian yang signifikan.
Selain itu, wilayah ini memiliki berbagai jenis anggrek , yaitu anggrek bulan dan anggrek tebu.
Dalam bidang konservasi, geopark ini memainkan peran dalam pemulihan ekosistem mangrove sebagai habitat bekantan yang terancam punah.
Dengan begitu, spesies ini sudah mengalami pemulihan populasi secara bertahap.
Sebagai penerapan pemberdayaan masyarakat lokal, pasar terapung di Lok Baintan di oleh suku Banjar dan Dayak menjadi daya tarik geopark ini.
Pasar apung diselenggarakan memakai perahu kecil yang disebut Jukung dan juga transportasi bambu yang disebut dengan "Balanting Paring" oleh suku Dayak Meratus.
Geopark Meratus juga mengadakan berbagai festival kebudayaan, meliputi Karnaval Budaya Besar Meratus, Meratus Geopark Run, dan festival pasar terapung.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.