Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Warna Baru yang Diberi Nama Olo, Seperti Apakah Itu?

Baca di App
Lihat Foto
freepik.com
ilustrasi spektrum warna
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Para ilmuwan dari Universitas California, Berkeley, mengklaim telah menemukan warna baru yang belum pernah dilihat oleh manusia sebelumnya.

Dengan alat eksperimen yang disebut "Oz vision", terdapat lima orang, termasuk peneliti, yang berhasil melihat warna yang dijuluki dengan "Olo" ini.

Dilansir dari Live Science, Sabtu (19/4/2025), warna Olo digambarkan sebagai warna biru-hijau dengan saturasi jenuh yang belum pernah dilihat sebelumnya.

"Kami memperkirakan sejak awal bahwa sinyal itu akan tampak seperti sinyal warna yang belum pernah ada sebelumnya," ujar seorang insinyur listrik di Universitas California, Ren Ng.

"Tetapi kami tidak tahu apa yang akan dilakukan otak terhadap sinyal itu," tambahnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimana warna baru ini ditemukan?

Baca juga: Lautan Dulu Berwarna Hijau Bukan Biru, Bisakah Berubah Warna Lagi di Masa Depan?

Bagaimana warna "Olo" ditemukan?

Dilansir dari The Guardian, Jumat (18/4/2025), eksperimen dengan alat Oz vision ini dilakukan dengan cara menembakkan denyut laser ke mata lima orang bahan eksperimen.

Dengan menstimulasi sel-sel individual di retina, laser mendorong persepsi yang dibentuk retina melampaui batas alaminya.

Para peneliti menekankan bahwa rona Olo ini hanya dapat dialami melalui manipulasi laser pada retina.

Peneliti penglihatan dalam percobaan ini, Austin Roorda mengatakan bahwa tidak ada cara menggambarkan warna Olo dalam sebuah tulisan artikel ataupun layar ponsel.

Namun, proses penangkapan warna ini oleh retina dapat dijelaskan.

Pertama, untuk dapat melihat bermacam-macam warna, diperlukan kondisi saat cahaya mengenai sel-sel peka warna di retina, yang disebut dengan "sel kerucut".

Terdapat tiga jenis sel kerucut yang masing-masing peka terhadap panjang gelombang cahaya panjang (L), sedang (M), dan pendek (S).

Cahaya alami merupakan campuran dari beberapa panjang gelombang yang merangsang kerucut L, M, dan S pada tingkat yang berbeda.

Variasi yang terbentuk dipersepsikan sebagai warna yang berbeda.

Cahaya merah cenderung merangsang kerucut L, sedangkan cahaya biru cenderung mengaktifkan kerucut S.

Sementara itu, kerucut M berada di tengah dan tidak ada cahaya alami yang dapat merangsang kerucut ini.

Baca juga: 4 Kombinasi Warna Pakaian yang Bikin Kesan Elegan

Tim penelitian pun berupaya mengatasi kondisi keterbatasan tersebut.

Mereka memulai dengan memetakan sebagian kecil retina seseorang untuk menentukan posisi sel kerucut M mereka.

Laser kemudian digunakan untuk memindai retina.

Ketika sampai pada sel kerucut M, dan disesuaikan dengan gerakan mata, laser akan melepaskan denyut cahaya kecil untuk menstimulasi sel.

Baru kemudian beralih ke sel kerucut berikutnya.

Hasilnya, warna Olo dapat dilihat oleh 5 orang bahan percobaan. Warna ini berada di luar jangkauan mata telanjang.

Sebab, warna ini terlihat saat kerucut M terstimulasi secara ekslusif melalui laser. Kondisi ini tidak dapat dicapai melalui cahaya alami.

Nama Olo berasal dari biner 010, yang menunjukkan bahwa dari kerucut L, M, dan S, hanya kerucut M yang aktif.

Baca juga: Ilmuwan Berencana Meracuni Nyamuk Pakai Darah Manusia, untuk Apa?

Penelitian masih bersifat dasar, tetapi berkontribusi dalam sains

Seorang ilmuwan penglihatan di Universitas London, John Barbur tidak sepakat bahwa Olo adalah warna baru.

"Ini bukan warna baru," kata John.

"Ini adalah warna hijau yang lebih jenuh yang hanya dapat dihasilkan pada subjek dengan mekanisme kromatik merah-hijau normal ketika satu-satunya masukan berasal dari kerucut M," jelasnya.

Dengan begitu, dia berpendapat bahwa penelitian ini tidak terlalu istimewa karena hanya manipulasi terhadap sistem yang sudah ada.

Walaupun masih ditemukan banyak keraguan dan diperlukan studi lanjutan, teknologi Oz yang digunakan untuk menciptakan Olo ini bermanfaat dalam sains.

Para ilmuwan meyakini bahwa Oz dapat membantu manusia mempelajari bagaimana otak menciptakan persepsi visual.

Selain itu, alat ini juga dapat digunakan untuk mempelajari buta warna dan meneliti penyakit mata seperti retinitis pigmentosa, yang menyebabkan gangguan atau kehilangan penglihatan.

Ng mengatakan bahwa teknologi ini masih dalam tahap awal sehingga tidak dapat langsung dikomersialkan.

Karena itu, teknologi ini tidak akan segera muncul di layar ponsel atau TV dalam waktu dekat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi