Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Pengganti Paus Fransiskus? Ini Penjelasannya

Baca di App
Lihat Foto
Kemenag
Momen Menteri Agama Nasaruddin Umar saat mencium kening Paus Fransiskus ketika melakukan kunjungan apostolik ke Indonesia pada 2024 lalu.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin (21/4/2025), setelah 12 tahun mengabdi menjadi Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik.

Kini, Camerlengo Vatikan (Kepala Rumahtangga Negara Vatikan) Kardinal Kevin Farrell memegang tugas sementara untuk memimpin Vatikan.

Kevin Farrell pun akan bertugas pula untuk menangani jenazah Paus Fransiskus.

Dikutip dari BBC, Senin (21/4/2025), setelah mengonfirmasi Paus Fransiskus tutup usia, Kardenal Farrell akan bertanggung jawab untuk menghancurkan cincin dan segel timah milik Paus.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Paus Fransiskus Meninggal Dunia di Usia 88 Tahun

Proses ini menandakan masa kepemimpinan seorang Paus berakhir. Cincin dan segel itu diketahui digunakan untuk mengotentikasi dokumen resmi.

Farrel dan tim yang terdiri dari tiga kardinal akan menetapkan jadwal berkabung untuk Paus Fransiskus, termasuk tanggal pemakaman dan penguburan.

Periode upacara berkabung biasanya berlangsung selama sembilan hari, dan acara-acara tersebut harus dimulai antara hari keempat dan keenam setelah kematian Paus.

Farrell dan timnya juga akan memutuskan kapan jenazah Paus akan dipindahkan ke Basilika Santo Petrus untuk memberikan kesempatan kepada publik memberikan penghormatan terakhir.

Saat ini, pengganti Paus Fransiskus belum dipilih karena masih dalam masa berkabung dan perlu melalui proses pemilihan yang panjang.

Lantas, siapa yang bakal menggantikan Paus Fransiskus?

Baca juga: Vatikan Ungkap Kondisi Medis yang Jadi Penyebab Paus Fransiskus Meninggal

Proses pemilihan Paus baru

Dilansir dari AlJazeera, Senin (21/4/2025), ketika seorang Paus meninggal dunia atau mengundurkan diri, para kardinal yang berusia di bawah 80 tahun memberikan suara dalam konklaf kepausan.

Untuk mencegah pengaruh dari luar, konklaf akan mengunci diri di Kapel Sistina, Vatikan dan berunding tentang calon pengganti.

Meskipun jumlah pemilih kepausan biasanya dibatasi hingga 120 orang, saat ini ada 138 pemilih yang memenuhi syarat.

Para anggotanya memberikan suara mereka melalui pemungutan suara rahasia, sebuah proses yang diawasi oleh sembilan kardinal terpilih secara acak.

Mayoritas dua pertiga secara tradisi diperlukan untuk memilih Paus baru. Sementara proses pemungutan suara ini akan terus berlanjut hingga ambang batas tersebut terpenuhi.

Biasanya konklaf berlangsung dua atau tiga minggu setelah kematian atau pengunduran diri paus yang sedang menjabat.

Baca juga: Obituari Paus Fransiskus, Sederhana sampai Akhir Hayat

Hal ini memungkinkan masa berkabung selama sembilan hari dan para kardinal datang ke Vatikan dari seluruh dunia.

Prosesnya bisa memakan waktu berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan lebih lama dari itu.

Setiap hari, konklaf dapat mengadakan hingga empat putaran pemungutan suara untuk mencoba mencapai mayoritas dua pertiga yang dibutuhkan.

Apabila setelah 33 putaran masih belum ada keputusan, dua kandidat teratas akan berhadapan dalam pemungutan suara ulang.

Setelah setiap putaran pemungutan suara selesai, surat suara dibakar dengan bahan kimia yang menghasilkan asap hitam atau putih, menandakan kepada dunia tentang hasilnya.

Asap hitam menandakan bahwa tidak ada keputusan yang diambil, sementara asap putih berarti paus baru telah terpilih.

Setelah paus terpilih, seorang kardinal tertinggi akan mengumumkan namanya dari Basilika Santo Petrus, Vatikan.

Baca juga: 5 Warisan Pemikiran Paus Fransiskus untuk Dunia

Kandidat terkuat pengganti Paus Fransiskus

Dari 138 kardinal yang berhak memberikan suara dalam konklaf, sebanyak 110 di antaranya ditunjuk oleh Paus Fransiskus.

Para kardinal ini lebih beragam dibandingkan pemilihan Paus sebelumnya, dengan representasi yang lebih tinggi dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Hal tersebut mencerminkan tujuan Paus Fransiskus untuk merefleksikan jangkauan global Gereja Katolik.

Kardinal termuda yang terpilih baru berusia 45 tahun, seorang rohaniwan Ukraina yang tinggal di Australia.

Dengan begitu, terdapat potensi lebih tinggi bahwa Paus berikutnya dapat berasal dari Afrika atau Asia, atau wilayah lain yang secara tradisi kurang terwakili dalam kepemimpinan Gereja.

Kardinal Afrika di antaranya adalah mantan kepala Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian Peter Turkson dari Ghana dan Uskup Agung Kinshasa dari Republik Demokratik Kongo Fridolin Ambongo.

Keduanya merupakan tokoh konservatif yang berkomitmen vokal untuk perdamaian di negara mereka masing-masing.

Sementara Uskup Agung Manila dari Filipina, Luis Tagle juga salah satu kandidat kuat lainnya sebagai Paus selanjutnya.

Baca juga: Paus Fransiskus Meninggal Dunia, Apa yang Akan Terjadi Setelahnya?

Kardinal Luis Tagle menekankan keadilan sosial dan kepedulian terhadap orang miskin, sama halnya yang dilakukan oleh Paus Fransiskus.

Kardinal Hongaria Peter Erdo dipandang sebagai kandidat konservatif terkemuka dan dapat menjadi jembatan atau penghubung bagi umat Kristen Timur.

Uskup Agung Esztergom-Budapest Erdo adalah seorang tradisionalis yang telah memperjuangkan penjangkauan kepada umat Kristen Ortodoks.

Dia menekankan kebutuhan yang sangat mendesak akan persatuan di antara gereja-gereja.

Lalu, kandidat lainnya adalah Sekretaris Negara Takhta Suci Kardinal Pietro Parolin, yang peran diplomatiknya memastikan bahwa ia dikenal baik oleh semua kardinal.

Kandidat pengganti Paus Fransiskus lain yang mungkin termasuk yakni Uskup Agung Bologna, Italia, Matteo Zuppi.

Sekretaris Jenderal Sinode Waligereja Mario Grech dari Malta, juga menjadi salah satu kandidat kuat.

Jabatan tersebut merupakan sebuah posisi yang membuatnya tetap berhubungan dekat dengan Paus Fransiskus.

Baca juga: Paus Fransiskus Sempat Alami Pneumonia Bilateral Sebelum Wafat, Penyakit Apa?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: BBC, Al Jazeera
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi