Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Apa Itu Konklaf, Metode Gereja Katolik Memilih Paus Baru

Baca di App
Lihat Foto
Kemenag
Momen Menteri Agama Nasaruddin Umar saat mencium kening Paus Fransiskus ketika melakukan kunjungan apostolik ke Indonesia pada 2024 lalu.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin (21/4/2025).

Dengan meninggalnya Paus Fransiskus, Gereja Katolik dunia akan mulai mempersiapkan penggantinya melalui prosesi yang dikenal sebagai Konklaf Kepausan (Papal Conclave). 

Dilansir dari NPR, ketika seorang Paus yang sedang berkuasa meninggal dunia, tugasnya langsung jatuh ke tangan camerlengo, seorang kardinal yang gelarnya diterjemahkan menjadi "chamberlain".

Camerlengo Vatikan (Kepala Rumahtangga Negara Vatikan) menyatakan bahwa Paus telah wafat dan ia akan mengelola Takhta Suci sampai seorang pengganti dipilih.

Adapun camerlengo saat ini adalah Kardinal Kevin Farrel, orang Amerika pertama yang menduduki jabatan tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara itu, upacara pemakaman Paus diadakan selama sembilan hari. Sedangkan sidang konklaf harus dimulai dalam waktu 15 hingga 20 hari setelah Paus meninggal atau mengundurkan diri.

Lantas, apa itu konklaf?

Baca juga: Siapa Pengganti Paus Fransiskus? Ini Penjelasannya


Apa itu konklaf?

Conclave atau konklaf adalah metode para kardinal untuk memilih Paus baru, di mana sistem pengasingan ketat akan mereka patuhi selama proses pemilihan.

Istilah konklaf sendiri berasal dari frasa Latin cum clave, yang berarti "dengan kunci."

Secara resmi, calon Paus harus laki-laki dan beragama Katolik, meskipun pada kenyataannya Paus hanya dipilih dari jajaran kardinal selama berabad-abad.

Adapun setelah kematian Paus Fransiskus, dekan dari College of Cardinals memanggil para kardinal terpilih ke Vatikan dan saat ini ada 135 orang.

Untuk mengikuti konklaf, para kardinal harus berusia di bawah 80 tahun dan selama konklaf, para kardinal tinggal di Domus Sanctae Marthae, sebuah fasilitas seperti hotel di sebelah Basilika Santo Petrus.

Di sinilah Paus Fransiskus memilih untuk tinggal, bukan di apartemen kepausan di Istana Apostolik. Tempat tinggal ini telah dibandingkan dengan hotel bintang tiga.

Baca juga: Vatikan Ungkap Kondisi Medis yang Jadi Penyebab Paus Fransiskus Meninggal

Konklaf dimulai dengan sumpah kerahasiaan

Ritual berlangsung sesuai dengan aturan yang telah disempurnakan oleh para Paus selama berabad-abad, memperjelas kerangka waktu dan kewajiban.

Tetapi konklaf itu sendiri harus dikaburkan dengan “kerahasiaan total,” seperti yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II.

Para pemilih kardinal harus menandatangani sumpah kerahasiaan dan pengasingan diri di bawah ancaman pengucilan.

Itulah mengapa proses ini membuat banyak orang penasaran, kata Gregg Gassman, seorang pustakawan yang mengedit podcast Pontifacts.

“Beberapa misteri memang berasal dari sifat tertutup dari konklaf itu sendiri. Sangat menarik," ujarnya.

Setelah para kardinal berkumpul, dekan dari College of Cardinals memimpin misa. Mereka kemudian berjalan bersama dari Kapel Paulus ke Kapel Sistina, menyanyikan lagu-lagu pujian untuk memohon Roh Kudus.

Di Kapel Sistina, para peserta konklaf mengucapkan sumpah kerahasiaan dalam bahasa Latin, sambil menyentuh Kitab Suci.

“Ketika upacara itu selesai, Anda memiliki pemimpin upacara kepausan yang dengan dramatis mengatakan, Extra omnes,” kata profesor Hukum Kanon di Sekolah Hukum Kanon di Universitas Katolik Amerika, Kurt Martens.

“Secara kasar, itu berarti, ‘Pergilah dari sini, kalian semua yang tidak pantas berada di sini,’ yang berarti hanya para kardinal yang boleh tinggal," tambahnya.

Di luar kapel, Pasukan Pengawal Kepausan Swiss yang terkenal berjaga-jaga dan saat itulah pintu-pintu dikunci.

"Saat itulah gerbang verbal dan komunikatif diturunkan. Setelah Extra omnes, tidak ada komunikasi lebih lanjut sampai seorang paus terpilih, selain asap," kata pembawa acara podcast Pontifacts, Bry Jensen.

Baca juga: Obituari Paus Fransiskus, Sederhana sampai Akhir Hayat

Konklaf dimulai dengan pemungutan suara

Martens mengatakan, hanya ada satu putaran pada malam pertama, dan kemudian Anda akan melihat asap hitam atau asap putih.

Biasanya, katanya, putaran pertama hanyalah sebuah indikasi prioritas para kardinal.

Pada hari berikutnya, konklaf mulai mengadakan dua putaran pemungutan suara setiap pagi, dan dua putaran lainnya di sore hari.

Setelah setiap pemungutan suara, sebuah jarum ditusukkan ke dalam surat suara untuk menyatukannya.

Jika tidak ada pemenang yang muncul dengan mayoritas dua pertiga, kedua paket tersebut disatukan dalam tungku yang ada di sudut Kapel Sistina untuk dibakar.

Asap dari pembakaran tungku ini bisa bewarna putih atau hitam.

Gereja pernah menggunakan jerami basah atau jerami kering untuk menghasilkan warna yang tepat, tetapi untuk menghindari kebingungan, prosesnya sekarang mengandalkan bahan kimia.

Bahan kimia ditambahkan untuk membuat asap menjadi hitam atau putih.

Asap hitam yang muncul dari cerobong asap setinggi 60 kaki menunjukkan surat suara yang tidak meyakinkan, sementara asap putih mengumumkan kepada dunia bahwa seorang Paus baru telah terpilih.

Sementara itu, para kardinal akan terus berdoa dan merenung dan memberikan suara sampai Paus baru terpilih.

Baca juga: Cerita di Balik Lukisan Siti Maryam, Hadiah Megawati untuk Paus Fransiskus

Berapa lama konklaf berlangsung?

Sejak tahun 1900-an dan seterusnya, semua konklaf berlangsung kurang dari empat hari dan biasanya Fransiskus terpilih sebagai Paus pada hari kedua konklaf.

Setelah pemungutan suara berhasil, kandidat yang menang akan ditanyai dua pertanyaan.

Pertama, adalah apakah mereka menerima pemilihan mereka sebagai Paus. Kemudian pertanyaan kedua adalah, "Nama apa yang Anda pilih sebagai Paus".

Para kardinal berjanji patuh kepada Paus baru yang dibawa ke Stanza delle Lacrime atau Ruang Air Mata untuk merenung dan berdoa. 

Disebut ruangan air mata lantaran di sini Paus baru biasanya akan menangis karena menyadari tanggung jawab besar yang diembannya.

Di ruangan tersebut, Paus baru juga akan mengenakan jubah putih, topi zucchetto, dan sandal merah.

Tiga set jubah dalam berbagai ukuran dibuat oleh penjahit Vatikan sebelumnya.

Kemudian, Dekan Kardinal melangkah ke balkon utama Basilika Santo Petrus, di depannya ribuan umat Katolik dan wisatawan akan berkumpul, dikutip dari The Guardian, Senin.

Dekan akan menyatakan "Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus papam".

Artinya: "Saya mengumumkan kepada Anda dengan sukacita besar: Kami memiliki seorang Paus."

Setelah itu, Paus yang baru akan muncul di balkon dan memberikan berkat pertamanya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi