KOMPAS.com - Setelah Paus Fransiskus berpulang, para kandidat penggantinya sudah mulai menjadi perbincangan.
Seperti diketahui, Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin (21/4/2025). Vatikan menyebutkan bahwa Bapa Suci meninggal karena stroke otak dan gagal jantung.
Baca juga: Siapa Pengganti Paus Fransiskus? Ini Penjelasannya
Setelah kematiannya, proses pemilihan untuk menduduki Tahta Suci akan dilakukan segera.
Prosesi tertutup yang disebut Konklaf ini akan digelar 15-20 hari setelah Sang Paus meninggal.
Siapa saja kandidat yang akan menggantikan Paus Fransiskus?
Profil singkat kandidat pengganti Paus Fransiskus
Dilansir dari The Guardian, Selasa (22/4/2025), berikut profil singkat para kardinal yang diprediksi menjadi pemimpin Takhta Suci:
1. Piero Parolin (Italia)Berusia 70 tahun, Pietro Parolin dianggap sebagai "kandidat berkesinambungan" yang moderat. Selain itu, ia memiliki hubungan dengan Fransiskus.
Punya peran penting dalam hal diplomatik, Parolin telah menjabat sebagai menteri luar negeri Vatikan sejak 2013. Ia bahkan pernah berjasa dalam negosiasi rumit dengan China dan pemerintah Timur Tengah.
Sosoknya dianggap sebagai wakil Vatikan yang dapat diandalkan dan dipercaya oleh diplomat sekuler.
Pada tahun 2018, ia mendorong perjanjian mengenai pemerintah China tentang pengangkatan uskup. Keputusan ini dinilai kontroversial dan menuai kritik sebagai pengkhianatan rezim komunis China.
Sosok Parolin di mata para kritikus adalah seorang yang modernis dan pragmatis. Ia menempatkan ideologi dan solusi diplomatik di atas kebenaran iman yang mengikat.
Sedangkan para pendukung memandang Parolin merupakan seorang idealis yang berani dan bersemangat dalam mendukung perdamaian.
2. Luis Antonio Tagle (Filipina)Mantan uskup agung Manila ini akan menjadi paus Asia pertama apabila terpilih. Luis Antonio Tagle juga dianggap sebagai penerus pilihan Fransiskus.
Pria berusia 67 tahun ini merupakan pesaing kandidat lain yang kuat dengan membawa agenda progresif mendiang.
Namun, Tagle menuai kritik karena menilai sikap gereja Katolik yang keras terhadap pasangan gay dan pasangan bercerai. Akan tetapi, ia menolak hak aborsi di Filipina.
Baca juga: Paus Fransiskus Sempat Alami Pneumonia Bilateral Sebelum Wafat, Penyakit Apa?
Apabila terpilih, Peter Turkson akan menjadi paus kulit hitam pertama setelah berabad-abad. Pria berusia 76 tahun itu vokal terhadap isu-isu iklim, kemiskinan, dan keadilan ekonomi sambil posisi tradisional gereja.
Ia merupakan sosok yang kritis terhadap korupsi dan hak asasi manusia.
Namun, pandangan Turkson tentang homoseksualitas telah mengendur dan berpendapat bahwa hukum di banyak negara Afrika terlalu keras.
4. Peter Erdo (Hongaria)Selama ini, Peter Erdo menjadi pendukung ajaran dan doktrin Katolik tradisional yang kuat. Sosok berusia 73 tahun ini merupakan salah satu kandidat paling konservatif.
Selain itu, ia adalah sosok intelektual yang dikenal hebat dan memegang teguh budaya.
Sebagai favorit mendiang kardinal George Pell, ia dipercaya akan memulihkan supremasi hukum di Vatikan setelah meninggalnya Fransiskus.
Pada 2015, Erdo bersekutu dengan perdana menteri nasionalis Hungaria Viktor Orban yang menentang imbauan Fransiskus agar gereja-gereja menerima para migran.
Baca juga: Obituari Paus Fransiskus, Sederhana sampai Akhir Hayat
5. Matteo Zuppi (Italia)Kardinal berusia 68 tahun ini diangkat oleh Fransiskus pada 2019.
Matteo Zuppi mempunyai citra progresif di gereja dan diharapkan meneruskan warisan mendiang. Ia mempunyai kepedulian tinggi terhadap orang miskin dan terpinggirkan.
Zuppi menunjukkan sikap liberal terhadap hubungan sesama jenis. Ia bahkan pernah dikirim ke Moskow untuk mendorong "gerakan kemanusiaan" sebagai duta perdamaian Vatikan untuk Ukraina.
6. Jose Tolentioa Calaca de Mendonca (Portugal)Salah satu kandidat termuda, Tolentino dianggap akan menutup kemungkinan kardinal yang lebih senior mencapai jabatan puncak di gereja.
Kardinal berusia 59 tahun ini menuai kontroversi akibat simpatinya dengan pandangan toleran terhadap hubungan sesama jenis. Ia juga bersekutu dengan biarawati Benediktin feminis yang mendukung penahsiban wanita dan pro-choice.
Dalam banyak isu, Tolentino dekat dengan Fransiskus dan berpendapat bahwa gereja harus menggandeng budaya modern.
7. Mario Grech (Malta)Sebagai seorang tradisionalis, Grech mulai menganut pandangan yang lebih progresif setelah Fransiskus terpilih.
Para pendukung Kardinal berusia 69 tahun ini berpendapat bahwa perubahan menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang.
Grech juga telah mengkritik pemimpin politik Eropa dalam upaya membatasi kegiatan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan menyatakan dukungan terhadap dekan perempuan.
Baca juga: Vatikan Ungkap Kondisi Medis yang Jadi Penyebab Paus Fransiskus Meninggal
8. Pierbattista Pizzaballa (Italia)Sejak 2020, Peierbattista Pizzaballa mengemban peran penting dalam advokasi minoritas Kristen di Tanah Suci..
Setelah serangan Hamas pada Israel yang berujung upaya genosida, Pizzaballa menawarkan dirinya sebagai sandera untuk ditukar dengan anak-anak yang ditahan Hamas.
Pada Mei 2024, ia mengunjungi Gaza dan melakukan perundingan selama berbulan-bulan. Sementara diharapkan menjadi penerus Fransiskus, ia membuat beberapa pernyataan publik tentang isu kontroversial.
9. Robert Sarah (Guinea)Sebahai seorang kardinal Ortodoks, Robert Sarah adalah sosok yang berusaha membuat dirinya menjadi "otoritas paralel" bagi Fransiskus.
Pada 2020, Sarah menulis buku dengan Paus Benediktus yang saat itu telah pensiun. Tindakan mereka dipandang sebagai tantangan terhadap otoritas Fransiskus.
Menurutnya, "ideologi gender" adalah ancaman bagi masyarakat. Ia juga menentang fundamentalisme Islam.
Seperti Turkosn, ia bisa membuat sejarah sebagai paus kulit hitam pertama dalam beberapa abad terakhir.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.