Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dokter, Aktivis Sosial, Kritikus
Bergabung sejak: 5 Sep 2024

Saya adalah seorang dokter dengan latar belakang pendidikan manajemen rumah sakit, serta pernah menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) sebelum memutuskan keluar karena menyaksikan langsung dinamika perundungan dan ketidakadilan. Sebagai aktivis sosial dan kritikus, saya berkomitmen untuk mendorong reformasi dalam pendidikan kedokteran dan sistem manajemen rumah sakit di Indonesia. Pengalaman saya dalam manajemen rumah sakit memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya sistem yang berfungsi baik, bukan hanya dalam aspek klinis, tetapi juga dalam melindungi kesejahteraan tenaga kesehatan.

Paus Fransiskus Berpulang: Tentang Frailty, Penuaan, dan Martabat Manusia

Baca di App
Lihat Foto
INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE/KOMPAS/DANU KUSWORO
Paus Fransiskus menyapa satu persatu peserta penerima manfaat dari organinasi amal di Gedung KWI, Jakarta, Kamis (5/9/2024).
Editor: Sandro Gatra

WAFAT seorang pemimpin rohani bukan hanya peristiwa teologis. Dalam dunia yang kelelahan secara moral, kehilangan seorang tokoh yang tetap berbicara tentang keadilan, bahkan dalam tubuh yang sudah rapuh, adalah kehilangan yang dirasakan melampaui batas kepercayaan.

Paus Fransiskus tutup usia pada 21 April 2025, dalam usia 88 tahun, setelah mengalami stroke yang menyebabkan koma dan diikuti gagal jantung. Diagnosa ini disampaikan secara resmi oleh otoritas kesehatan Vatikan.

Namun, perjalanannya menuju akhir hayat bukan hanya perjalanan klinis. Ini adalah rangkaian ketabahan yang diam-diam mengajarkan dunia tentang apa arti hadir, bahkan saat tubuh tidak lagi bisa bicara.

Baca juga: Obituari Paus Fransiskus, Sederhana sampai Akhir Hayat

Stroke dan Frailty: Ketika tubuh menyampaikan waktunya

Sebelum wafat, Paus Fransiskus memiliki riwayat medis kompleks: bronkiektasis kronis, hipertensi, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung ringan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kombinasi ini meningkatkan risiko stroke iskemik, yang pada lansia seringkali berujung pada penurunan multisistemik, termasuk gagal jantung terminal.

Dalam literatur medis, ini dikenal sebagai puncak dari frailty syndrome, yaitu sindrom kerapuhan yang terjadi ketika cadangan fisiologis tubuh tak lagi mampu menghadapi stresor ringan sekalipun.

Frailty bukan sekadar menjadi tua. Ini adalah fase ketika fungsi organ melambat, sistem imun melemah, dan tubuh masuk ke dalam mode bertahan paling minimal.

Namun, di antara semua statistik, Paus Fransiskus menunjukkan satu anomali yang tidak tercatat di rekam medis mana pun, fungsi kognitif dan kesadaran moralnya tetap utuh.

Hingga akhir hayat, beliau tetap menyampaikan pesan Paskah, menyerukan gencatan senjata di Gaza, dan menyebut situasi kemanusiaan sebagai “dramatis dan menyedihkan”.

Baca juga: Mengenang Paus Fransiskus dan Kemanusiaan

Tidak ada keraguan kognitif. Tidak ada keruntuhan batin. Hanya tubuh yang perlahan menyampaikan bahwa waktunya telah dekat.

Tentang nurani yang bertahan dan pikiran yang tetap menyala

Pertanyaan yang banyak muncul, “bagaimana seseorang yang mengalami stroke dan sindrom frailty tetap mampu berpikir jernih dan menyampaikan pesan bernas hingga akhir hayat?”

Penelitian neurosains terbaru memberikan sejumlah penjelasan. Fungsi kognitif dan moral seseorang sangat dipengaruhi oleh integritas lobus prefrontal dan default mode network (DMN), jaringan otak yang berkaitan dengan empati, refleksi diri, dan kesadaran spiritual.

Selama stroke tidak mengenai pusat kesadaran utama, seseorang masih bisa lucid, berpikir reflektif, dan menyampaikan nilai-nilai secara utuh.

Lebih dari itu, keterlibatan aktif dalam aktivitas spiritual dan sosial sepanjang hidup terbukti memperkuat konektivitas neural dalam DMN, membuat seseorang lebih tahan terhadap degenerasi.

Dalam hal ini, latihan moral yang konsisten menjadi semacam proteksi alami terhadap penurunan kognitif.

Artinya: ketekunan dalam berpikir adil, menyerap penderitaan orang lain, dan menata batin secara sadar dan sepanjang hidup adalah fondasi yang mampu menopang kejernihan hingga akhir.

Paus Fransiskus adalah contoh hidup dari hal itu. Seorang pemimpin spiritual yang tidak hanya belajar dari teks, tapi hidup dalam penderitaan umat, hadir dalam luka dunia, dan tidak pernah berhenti bersuara, meski tubuhnya satu per satu mulai mundur.

Baca juga: Paus Fransiskus Berpulang: Selamat Tinggal Sosok Welas Asih, Pesanmu Akan Abadi

Perjalanan akhir Paus Fransiskus menjadi refleksi penting tentang bagaimana merawat lansia. Perawatan yang ideal bukan hanya tentang memperpanjang waktu, tapi tentang memastikan ruang untuk bermakna.

Dalam The Journal of the American Geriatrics Society, disebutkan bahwa pendekatan terhadap frailty harus mencakup dukungan emosional dan spiritual, bukan hanya pengobatan.

Ketika seseorang berada di titik terlemahnya, martabat tetap harus dijaga. Paus Fransiskus menunjukkan bahwa dalam kerapuhan fisik pun, manusia masih bisa memberi arah, memperjuangkan nilai, dan menyentuh hati dunia.

Mungkin inilah warisan terakhir yang diberikan untuk kita. Bahwa kesakitan bukan halangan untuk menyampaikan kasih. Tubuh bisa saja runtuh, tapi kebaikan nurani tidak pernah padam.

Requiescat in pace et vivat ad aeternam.

Semoga warisan itu tetap hidup, bukan dalam upacara, tetapi dalam cara kita memperlakukan sesama manusa dengan lebih manusiawi, dalam keberanian untuk bersikap adil, meski tubuh tak lagi kuat.

Dan dalam keyakinan bahwa pemimpin sejati tidak hanya ditentukan oleh kekuasaan, tapi oleh keteguhan untuk menjadi terang hingga akhir.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi