KOMPAS.com - Belakangan, cerita mengenai kesenjangan sosial, sedang ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial.
Di media sosial TikTok, misalnya, tren kesenjangan sosial dikemas dalam sebuah video singkat yang berisi percakapan antara dua orang.
Biasanya, percakapan tersebut berisi seputar kehidupan sehari-hari yang menunjukkan adanya kesenjangan sosial di antara keduanya.
Percakapan bernada sindiran tentang isu kesenjangan sosial itu dianggap mencerminkan kondisi kehidupan di Indonesia saat ini.
Lantas, apa makna di balik tren kesenjangan sosial?
Baca juga: Ramai Perdebatan soal Vasektomi di Media Sosial, Apa Itu?
Ekspresi kesenjangan simbolik
Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono mengatakan, kesenjangan sosial merupakan kondisi ketimpangan atau ketidaksetaraan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, baik secara ekonomi, sosial, maupun budaya.
Menurutnya, tren ini menjadi ekspresi sindiran dengan menggunakan simbol kesenjangan.
"Jadi memang ini kan guyonan melalui sindiran dalam kondisi ekonomi lemah. Diungkapkan melalui perumpamaan yang tidak langsung mendiskriminasi dan mem-bully," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (23/4/2025).
Dia menuturkan, sindiran tren kesenjangan sosial menggambarkan karakter orang Indonesia sebagai masyarakat yang memiliki nilai-nilai budaya.
Baca juga: Ramai Tren Cozymaxxing di TikTok, Apa Itu?
Sebab, pengguna media sosial berusaha untuk menampilkan kesenjangan dalam bentuk-bentuk simbolik.
Karenanya, ketika seseorang menggunakan bahasa sindiran bernada humor, hal itu tidak akan tampak merendahkan orang lain.
Alih-alih disebut bully dan melakukan kekerasan simbolik, tren kesenjangan sosial justru menghadirkan percakapan jenaka atau humor yang disukai masyarakat.
"Kata-kata seperti itu selalu efektif dipakai selama tidak membuat pernyataan yang vulgar atau mem-bully," jelas dia.
Baca juga: Ramai di Media Sosial, Apa Itu Junta Militer?
Perlu perhatian serius
Terlepas dari tren ini, Drajat mengingatkan bahwa kesenjangan sosial di Indonesia memerlukan perhatian yang cukup serius.
Menurutnya, pemerintah perlu mengatasi kesenjangan ekonomi antara orang kaya dengan orang miskin, serta orang yang memiliki akses dengan orang yang tidak punya akses.
"Kesenjangan di Indonesia itu benar-benar ada dan memang kelihatannya serius," kata Drajat.
"Apakah ini bisa dihilangkan atau tidak? Ya tergantung masyarakat dan upaya pemerintah. Namun, sangat sulit menghilangkan ketimpangan dan kesenjangan itu," tandasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.