KOMPAS.com – Banyak orang tua mungkin tidak sadar, bahwa lagu yang didengarkan anak-anak bisa memengaruhi cara berpikir, berperilaku, bahkan perkembangan emosional mereka.
Hal itu disampaikan Psikolog Anak, Rahmani Widyaningrum, M.Psi, saat ditemui Kompas.com, Rabu (16/4/2025)
Di tengah gempuran media sosial dan akses digital yang luas saat ini, anak-anak kini mudah sekali terpapar lagu-lagu dewasa, bahkan sejak usia balita hingga Sekolah Dasar (SD). Lagu bertema cinta, galau, hingga konflik orang dewasa pun tak jarang mereka nyanyikan ulang, tanpa tahu arti sebenarnya.
Rahmani menyebutkan bahwa kondisi ini bisa berdampak serius pada perkembangan anak.
Baca juga: Disorot Mendikdasmen, Mengapa Lagu Anak Kini Kurang Diminati?
Otak anak seperti spons, serap apa saja yang didengar
Menurut Rahmani, anak-anak terutama di usia balita hingga kelas dua SD masih berada dalam fase penyerapan. Apa pun yang mereka lihat dan dengar akan mereka serap tanpa filter.
“Otak anak itu kan seperti spons, mudah sekali menyerap. Nah, kalau yang diserap adalah hal yang belum sesuai tahap perkembangannya, tentu bisa mengganggu proses tumbuh kembang mereka,” jelasnya.
Lagu-lagu dewasa sering kali memuat tema yang kompleks, seperti asmara, perselingkuhan, atau emosi negatif. Jika diperdengarkan terus-menerus ke anak, konten seperti ini bisa membentuk cara pandang yang keliru terhadap dunia sekitar.
Anak bisa lebih cepat memahami konsep yang belum waktunya, atau bahkan mengalami kebingungan emosional karena tidak mampu memproses makna lagu yang mereka dengar.
Baca juga: Mendikdasmen: Anak-anak Lebih Sering Nyanyi Lagu Dewasa Dibanding Lagu Anak
Lagu anak tak sekadar hiburan
Berbeda dengan lagu dewasa, lagu anak-anak dirancang sesuai usia mereka. Liriknya lebih sederhana, bahasanya mudah dipahami, dan umumnya mengandung pesan positif, seperti nilai persahabatan, gotong royong, atau keceriaan dalam bermain.
“Selain menjaga perkembangan psikologis anak, lagu anak juga menjadi cara kita menyelami dunia mereka,” ujar Rahmani.
Tak hanya itu, lagu anak juga dapat membantu mengembangkan kemampuan bahasa, emosi, hingga mempererat hubungan anak dengan orang tua.
Baca juga: Lestarikan Lagu Anak, Saga Putra Anji dan 4 Artis Cilik Rilis Album Kolaborasi
Anak terlalu vepat “dewasa”, ini risikonya
Rahmani mengingatkan bahwa paparan lagu dewasa bisa membuat anak “terlalu cepat dewasa” dalam tanda kutip. Maksudnya, anak bisa mulai memahami atau menirukan topik-topik yang belum semestinya mereka pahami, seperti konflik hubungan atau bahkan kekerasan.
Hal ini bukan hanya soal pemahaman, tetapi juga tentang dampaknya terhadap keseimbangan emosional. Anak bisa jadi lebih mudah cemas, bingung, atau kehilangan kepolosan yang seharusnya masih mereka miliki.
Mengutip dari Journal of Applied Developmental Psychology menunjukkan bahwa paparan terhadap musik dengan lirik yang rumit atau penuh dengan tema negatif dapat meningkatkan kecemasan dan gangguan emosi pada anak-anak.
Baca juga: Lagu Dewasa Bisa Ganggu Perkembangan Psikis Anak, Ini Kata Psikolog
Orangtua perlu lebih selektif
Lalu, bagaimana jika orang tua sendiri ingin menikmati lagu-lagu dewasa?
Menurut Rahmani, penting untuk menciptakan batasan. “Kalau mau mendengarkan lagu dewasa, pastikan anak-anak tidak berada di ruangan yang sama,” ujarnya.
Dengan begitu, anak tidak ikut menyerap konten yang belum sesuai dengan tahapan perkembangan mereka. Orang tua juga diimbau untuk secara aktif memperkenalkan kembali lagu-lagu anak yang positif, bukan hanya mengandalkan konten acak dari media digital.
Rahmani juga berharap dunia industri musik bisa lebih peduli dengan pentingnya konten ramah anak. Lagu anak bukan hanya nostalgia masa lalu, tapi juga bagian penting dari tumbuh kembang generasi masa kini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.