Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 20 Mar 2020

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

TikTokification: Fenomena Short Attention Span Gen Z

Baca di App
Lihat Foto
ViewApart
Ilustrasi media sosial
Editor: Sandro Gatra

Oleh: Aurora Jovani dan Niken Widi Astuti*

WAIT! They don’t love me like I love you”, “O ii a i o u iii ai”, “Queen never cry”. Apakah anda mengenal ungkapan ketiga hal tersebut?

Jika iya, mungkin Anda perlu mengetahui fenomena berikut ini.

Saat hari libur, Anda berencana menonton film di laptop. Namun 5 menit setelah film mulai, justru menjadi bosan dan membuka gawai menggulirkan layar melihat video TikTok yang tidak ada habisnya.

Sama halnya ketika sedang belajar, tidak lama kemudian merasa bosan dan mencari lagu untuk menemani belajar. Namun, menjadi lupa waktu karena terlalu asyik mencari lagu yang sesuai.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waktu yang seharusnya kita gunakan untuk menyelesaikan berbagai tugas menjadi tidak efektif dan seluruh kegiatan tidak dilakukan dengan sepenuh hati.

Baca juga: FOBO: Terlalu Banyak Pilihan, Terlalu Banyak Keraguan

AI generated image

Mengutip dari Cambridge Dictionary, attention span atau rentang perhatian adalah periode di mana Anda dapat tetap tertarik atau mendengarkan sesuatu dengan saksama.

Seseorang yang memiliki masalah attention span sulit untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan fokus lama atau berkelanjutan, seperti membaca buku, bekerja, bahkan menonton film.

Fakta bahwa banyak media sosial yang memberikan ruang untuk membuat video pendek, seperti YouTube Shorts, TikTok, dan Instagram Reels menjadikan rentang perhatian manusia semakin menurun.

Menurut Bushan (2021), platform media sosial tersebut membuat otak terus mencari hal yang dapat secara cepat memberikan kepuasan (gratification) dan sesuatu yang baru. Setiap kita scroll TikTok, akan selalu ada konten baru yang disediakan.

Membuat video pendek sudah menjadi tren baru dalam seluruh konten platform media sosial yang disebut dengan "TikTokification".

Platform berbentuk video berdurasi pendek yang rata-rata tidak mencapai 1 menit telah menjadi lahan mempromosikan barang, membuat video lucu singkat, video tutorial, video a day in my life, dan sebagainya.

Baca juga: Parental Alienation: Orangtua yang Diasingkan

Penelitian oleh Asif dan Kazi (2024) menemukan bahwa konten video berdurasi pendek memengaruhi prestasi akademik murid-murid.

Beberapa murid yang menonton video pendek selama lebih dari 4 jam menyampaikan bahwa mereka lebih sulit konsentrasi, sulit menyimpan informasi, dan lebih memilih gratifikasi instan daripada konten yang lebih panjang.

Tak dapat dipungkiri bahwa hal ini telah menjadi masalah yang mendunia. Dilansir dari Business of Apps, jumlah pengguna aktif bulanan TikTok mencapai 1,73 miliar di kuartal III tahun 2024. 

Melihat angka yang besar ini, tidak heran rentang perhatian manusia secara keseluruhan mengalami penurunan.

Namun, tidak terlambat untuk mengubah rentang perhatian menjadi lebih panjang. Dengan rentang perhatian yang lebih baik, seseorang dapat fokus melakukan suatu tugas tanpa terdistraksi sehingga lebih efisien dan efektif.

Tentu saja tanpa distraksi, kita dapat menyelesaikan banyak hal dalam satu waktu yang membuat diri kita lebih produktif.

Dilansir dari National Health Services (NHS), menyelesaikan tugas dapat memberi kontribusi dalam meningkatkan well-being kita secara keseluruhan karena mendorong kepercayaan diri dan membangun sense of purpose atau perasaan bahwa hidup kita memiliki makna dan tujuan.

Apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rentang perhatian?

Baca juga: Self Affirmation agar Mental Sehat

Pertama, membuat batasan waktu bermain TikTok dan media sosial lainnya. Lebih baik jika handphone Anda memiliki fitur di mana Anda tidak dapat menggunakan aplikasi tersebut lagi setelah melewati waktu yang telah diatur sebelumnya.

Kedua, kurangi begadang dan tidur secukupnya. Tidur yang teratur dapat memengaruhi fokus secara keseluruhan, terutama fokus yang berkelanjutan.

Ketiga, melatih memusatkan perhatian kepada ‘momen sekarang’, perasaan, pikiran, dan sekitar kita.

Banyak artikel dan jurnal telah membahas tentang keuntungan dari praktik mindfulness, sebagian mengatakan praktik ini dapat mengurangi stres, meningkatkan well-being, bahkan meningkatkan daya ingat kita.

Contoh aspek kebiasaan mindfulness yang dapat langsung dilakukan adalah menikmati makanan tanpa bermain handphone atau menonton YouTube atau kegiatan apapun (mindful eating).

Keempat, dan ini paling penting, yaitu konsisten dalam usaha meningkatkan attention span.

Memang tidak mudah untuk mengubah kebiasaan. Namun otak, tubuh, dan mata kita harus dijaga dengan baik agar kesehatan fisik dan mental tetap maksimal. Melangkah sedikit demi sedikit dapat membawa kita kepada masa depan yang lebih baik.

*Aurora Jovani, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Niken Widi Astuti,Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi