Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Laki-laki Lebih "Drama" Saat Sakit Demam, Apa Penyebabnya?

Baca di App
Lihat Foto
canva.com
ilustrasi laki-laki saat demam cenderung bersikap drama atau aleman.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Warganet di media sosial ramai membahas soal mengapa jika sakit demam, laki-laki cenderung lebih "drama" alias mendramatisirnya, tidak seperti wanita.

Awalnya, seorang warganet mengeluh tengah demam via media sosial X pada Rabu (23/4/2025).

"Kenapa kalo demam bawaannya udah ga ada kesempatan untuk terus hidup ya? Badan lemes, mata kunang-kunang, nafas rasanya sesak, dan ga nafsu makan. Sender cowok btw," tulisnya melalui akun menfess @tanya***.

Unggahan tersebut kemudian dibalas oleh akun X lain, yakni @WishfulHira***.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"I suppose, ada benarnya ya pernyataan cowok kalau sakit bakal drama banget. XDD. Anyway, get well soon, Nder," tulisnya.

Sedangkan akun @zakkthe*** memberikan alasan mengapa laki-laki selalu mendramatisir penyakit demamnya.

"menurut pengalamanku ya, cowo itu jarang banget sakit dan ga melalui perjuangan fisik kayak perempuan (haid). jadi kalo kena demam tuh seolah-olah "masa iya si bakal secepet ini.." krn ga terbiasa sakit fisik aja jadi sekali sakit rasanya kyk mau udahan," tulisnya.

Baca juga: Lagu Bertema Dewasa Kian Dikenal Anak, Psikolog Ingatkan Dampaknya

Lalu, mengapa laki-laki cenderung bersikap "drama" saat demam?

Penyebab laki-laki lebih mendramatisir penyakitnya

Psikolog dari Universitas Aisyiyah Yogyakarta, Ratna Yunita Setiyani Subardjo mengatakan, alasan laki-laki disebut lebih "drama" atau aleman (manja) saat sakit demam, karena mereka memiliki ambang batas rasa sakit yang berbeda dari perempuan.

"Ambang rasa sakit laki-laki dan perempuan itu berbeda, kalau laki-laki merasakan demam seperti di skor 7/10 atau 9/10," ujar Ratna kepada Kompas.com, Kamis (24/4/2025).

"Sementara, perempuan jika mengalami demam, mungkin berada di ambang 3/10 atau 4/10," lanjut dia.

Menurut Ratna, ambang rasa sakit perempuan itu lebih tinggi. Sebab, perempuan lebih familiar mengalami rasa sakit itu atau bahkan lebih sakit lagi, seperti melahirkan.

Baca juga: Ramai soal Tanda Trauma Sering Dianggap sebagai Perilaku Normal, Ini Kata Psikolog

Selain itu, perempuan juga cenderung dibutuhkan untuk merawat orang yang sakit atau menjadi care giver.

Sehingga kaum perempuan sudah paham terkait cara merawat orang, baik itu untuk keluarganya atau orang lain.

"Kita (perempuan) cenderung membantu orang yang memiliki rasa sakit itu, dan seolah-olah kita menjadi tokoh yang bisa bikin nyaman," ucap Ratna.

Baca juga: Tips Kerja dari Rumah Anti-Burnout dari Psikolog

Cara mengeluarkan emosi

Alasan lain yang membuat laki-laki lebih "drama" daripada perempuan ketika demam, terkait cara mereka mengeluarkan emosi.

Ratna mengatakan, cara mengeluarkan emosi antara laki-laki dan perempuan itu berbeda.

"Saat perempuan mengalami rasa sakit itu dikeluarkan secara verbal, jadi kita (perempuan) tidak ada beban lain lagi," kata Ratna.

Sementara pada laki-laki, kaum mereka cenderung memendam, termasuk saat mereka sakit atau demam.

Sehingga laki-laki tidak punya pelampiasan emosi secara verbal.

"Jadi, kemampuan mereka (laki-laki) dan kita (perempuan) dalam mengelola stres berbeda, meskipun perempuan lebih stres karena harus multitasking," ucap Ratna.

"Tapi karena perempuan ada tempat untuk mengeluarkan dalam bentuk verbal, jadi it's okay bagi perempuan, sementara bagi laki-laki berat," imbuhnya.

Baca juga: Psikolog Ingatkan Belajar Tak Merasa Sendiri dari Drama Korea When Life Gives You Tangerines

Ada juga pengaruh hormon

Direktur Pusat Studi Psikologi Bencana Universitas Surabaya, Listyo Yuwanto mengungkapkan, salah satu penyebab laki-laki lebih "drama" saat demam adalah karena adanya pengaruh hormon.

"Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hormon testosteron pada pria dapat menekan sistem imun, sementara estrogen pada perempuan meningkatkan respons kekebalan tubuh," ucap Listyo saat dihubungi secara terpisah oleh Kompas.com, Kamis (24/4/2025).

Akibatnya, Listyo menambahkan, beberapa pria memang dapat mengalami gejala lebih berat saat infeksi virus, seperti demam dan flu.

Dengan menurunnya imun tersebut, beberapa pria tidak terbiasa menghadapi kelemahan fisik, sehingga responsnya menjadi berlebihan.

Hal ini, menurutnya, sebagai bentuk ketidakmampuan mengelola ketidaknyamanan yang jarang dialami, seperti saat kondisi demam.

Baca juga: Kenapa THR dan Libur Lebaran Ditunggu Para Karyawan? Begini Kata Psikolog

Laki-laki tidak terbiasa mengeluh

Tak hanya itu, Listyo menyampaikan, dalam segelintir budaya, laki-laki diharapkan tidak mengeluh kecuali dalam kondisi parah.

"Saat mereka akhirnya mengakui sakit, secara tidak sadar mereka mungkin melebih-lebihkan gejala untuk membenarkan pelanggaran terhadap norma gender karena adanya kebutuhan akan perhatian," ucap Listyo.

Misalnya, laki-laki itu mengatakan, "Aku tidak lemah, tapi penyakitnya memang sangat berat".

Selain itu, maskulinitas tradisional disebut dikaitkan dengan kontrol diri ketika laki-laki mengalami demam.

"Demam membuat laki-laki merasa kehilangan kendali atas tubuhnya, memicu kecemasan yang memperburuk persepsi sakit," kata dia.

Sementara itu, apabila seorang pria tumbuh dengan pesan "pria harus kuat," maka ketidakmampuan menahan sakit dianggap sebagai kegagalan.

Menurut Listyo, stres psikologis ini bisa memperparah persepsi gejala demam.

Baca juga: Mengapa Orang Indonesia Tega Menjarah Barang Korban Kecelakaan? Ini Kata Psikolog

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi