KOMPAS.com - Sebuah video anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dengan Ketua Umum DPP GRIB Jaya, Hercules Rosario Marshal, tengah menjadi sorotan. Karena video itu, Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus) Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Djon Afriandi menyampaikan permintaan maaf.
Dalam video unggahan akun X @Bos****wa, tampak Hercules mendapat sambutan dari para anggota Kopassus berbaret merah.
Baca juga: TNI Masuk Kampus, Pengamat: Tumpulkan Daya Kritis
Tak hanya bersalaman, beberapa di antaranya bahkan meminta foto bersama dengan Hercules yang saat itu mengenakan baju batik.
"Pasukan elit TNI AD, Kopassus, 'mengidolakan seorang preman?" tulis pemilik akun tersebut.
Pengunggah video itu pun menyertakan sebuah potongan pidato Hercules yang menyerang Penyidik Tindak Pidana Utama Tingkat II Bareskrim Polri Kombes Hengki Haryadi pada 2023 lalu.
Untuk diketahui, Hercules melontarkan serangan lisan kepada Kombes Hengki Haryadi setelah mendengar informasi ditetapkan sebagai target operasi (TO).
Video anggota Kopassus yang terlihat menyambut akrab Hercules tersebut kemudian menuai polemik di media sosial.
Penyebab interaksi anggota Kopassus dan Hercules jadi polemik
Tak lama setelah video itu beredar, para pengguna internet memberikan reaksi beragam. Banyak dari mereka mempertanyakan mengapa para anggota Kopassus bersikap seolah menunjukkan kekaguman pada Hercules.
Reaksi-reaksi warganet dapat dilihat melalui balasan dan kutipan dalam unggahan video tersebut.
"Dia ini siapa ya? Tokoh apa, maksudnya ngapain kok sampe tentara tuh ngefans????" tanya akun @ang*****lfia.
"Ya Allah ini negara apa.. preman sampai dielu-elukan seperti ini.. bukannya dibrantas," komentar @Ibr*****681.
Dalam video yang beredar, tampak prajurit mengenakan pakaian dinas lengkap sehingga berpotensi menimbulkan kontroversi. Hal ini dianggap tidak etis oleh sebagian besar masyarakat.
Apalagi, Hercules selama ini dikenal sebagai mantan preman yang pernah menguasai kawasan Tanah Abang.
Bukan hanya masyarakat, Djon dalam permintaan maafnya juga menyiratkan bahwa keluarga besar Kopassus ternyata merasakan dampak beredarnya video tersebut.
Permintaan maaf Danjen setelah anggota Kopassus pose bersama Hercules
Setelah video itu menjadi perhatian publik, Djon menyampaikan permintaan maaf sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat dan Korps Baret Merah.
"Kepada seluruh atasan, senior, rekan-rekan prajurit korps baret merah, dan masyarakat luas yang begitu cinta dan punya harapan besar kepada Kopassus, saya selaku pribadi dan Danjen Kopassus mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya," kata Djon di Lapangan Ateng Sutresna, Cijantung, Jakarta Timur, pada Sabtu (26/4/2025) seperti yang dilansir dari Kompas.com.
Danjen Kopassus itu menjelaskan bahwa anggotanya berfoto bersama Hercules dalam sebuah acara internal.
Dalam acara yang bersifat kekeluargaan itu, hadir seorang pejabat yang memiliki kedekatan emosional dengan Hercules.
"Ini kejadian yang tidak terduga. Setelah kami selidiki, memang ada sisi manusiawinya. Tapi, anggota kami mungkin saat itu tidak memikirkan dampak negatif dari tindakan tersebut," terang Djon.
Baca juga: Syarat Nikah bagi Anggota TNI dan Polri, Harus Punya Dokumen Ini
Lebih lanjut, Djon menilai bahwa persoalan lahir bukan sekadar karena foto bersama melainkan waktu dan konteks pengambilannya.
Selain itu, ia meminta maaf kepada pihak keluarga besar Kopassus juga tidak terima.
"Ternyata ada dampak yang dirasakan sebagian masyarakat, termasuk dari keluarga besar Kopassus yang juga tidak menerima. Maka, kami mohon maaf sekali lagi,” ujar dia.
Sebagai tindak lanjut, Kopassus akan melakukan pembinaan bagi para prajurit agar lebih memahami sensitivitas sosial.
Djon berpendapat bahwa prajurit juga harus diberi pemahaman tentang konsekuensi dari tindakan mereka di ruang publik.
"Kami yakinkan akan ada pembinaan kembali yang lebih mendalam. Kami juga introspeksi diri sebagai pimpinan, barangkali ada kekurangan dalam menyampaikan pesan soal situasi yang berkembang," sambungnya.
Tegas perangi premanisme
Dalam pernyataannya kepada Kompas.com, Djon juga menyebutkan bahwa TNI tidak bersisian dengan premanisme.
Ia juga menekankan agar masyarakat bisa membedakan antara ormas dan premanisme. Anjuran ini disampaikan agar tidak terjadi generalisasi negatif terkait ormas di Indonesia.
"Kita harus pisahkan. Ormas itu tidak semuanya preman, dan premanisme juga tidak semuanya tergabung di ormas," ujar Djon.
Kemudian, Djon memaparkan perbedaan ormas dan premanisme.
Menurutnya, kegiatan ormas bersifat positif dan mendukung kebijakan pemerintah dalam menjaga ketertiban. Sedangkan premanisme menghambat dan mengganggu kestabilan serta ketertiban masyarakat.
Baca juga: Kronologi TNI Datangi UI Malam-malam Saat Mahasiswa Gelar Konsolidasi, Benarkah Lakukan Intimidasi?
Djon berpendapat bahwa sedikit saja aksi premanisme pantas untuk ditindak secara hukum.
"Premanisme itu sudah pasti negatif. Mereka ingin penghasilan besar tanpa mau bekerja keras, dan biasanya memaksakan kepentingan pribadi atau kelompok dengan cara yang salah. Itu jelas salah," ungkapnya.
Meskipun yang berhak menindak preman adalah kepolisian, Djon juga menyarankan agar masyarakat berani melawan.
"Tugas menindak itu tentu ada pada kepolisian. Tapi masyarakat juga harus berani melawan karena premanisme itu tidak baik dan tidak boleh dibiarkan," tambah Djon.
(Sumber: Kompas.com/Irfan Kamil | Editor: Abdul Haris Maulana)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.