KOMPAS.com - Central Intelligence Agency (CIA) mengonfirmasi kematian putra salah satu petinggi organisasi dalam perang Rusia dan Ukraina.
Menurut penuturan juru bicara badan intelejen tersebut, wakil direktur CIA untuk inovasi digital Juliane Gallina telah kehilangan putranya yang bernama Michael Gloss pada tahun 2024 lalu.
Baca juga: Kata Rusia Usai Trump-Zelensky Cekcok di Gedung Putih
Meskipun tidak disebutkan pihak mana yang dibela Gloss, pria berusia 21 tahun itu tewas dalam pertempuran.
"CIA menganggap meninggalnya Michael sebagai masalah keluarga pribadi bagi keluarga Gloss - bukan masalah keamanan nasional," kata juru bicara CIA pada Jumat (25/4/2025), seperti yang dilansir dari NBC News.
"Seluruh keluarga CIA berduka atas kehilangan mereka," lanjutnya.
Di sisi lain, pihak keluarga tidak ingin bicara banyak tentang kematian Gloss dan menjaga privasi mendiang.
"Juliane dan suaminya berbagi bahwa ‘kami memuja putra kami dan berduka atas kehilangannya setiap saat. Kami menghargai privasi di masa sulit ini," ujar juru bicara tersebut.
Kondisi kematian Michael Gloss tidak diketahui
"Kami tidak tahu apakah ia berpartisipasi dalam perang. Mereka tidak memberikan informasi terperinci lainnya," sambung teman Gloss.
Pihak yang menghubungkan kematian Gloss dengan pertempuran Rusia-Ukraina adalah Rusia Important Stories.
Mereka mengutip informasi pemerintah Rusia dan aktivitas media sosial mendiang. Unggahan-unggahan Gloss ternyata mendokumentasikan perjalanan ke luar negeri hingga bergabung ke tentara Rusia.
Dalam obituari yang disampaikan keluarga, Michael Alexander Gloss meninggal di "Eropa Timur" pada 4 April 2024.
Namun, keluarga tidak memberikan detail bagaimana keadaan terakhir Gloss dan pihak mana yang didukungnya.
Keluarga menyebutkan bahwa Gloss menjalani "kehidupan singkat tetapi sangat indah" sebelum meninggal dunia di luar negeri.
"Michael harus dikenang karena hatinya yang mulia, dan jiwa pejuangnya," bunyi obituari tersebut.
Baca juga: Mark Zuckerberg Sebut CIA Bisa Bobol Enkripsi dan Baca Pesan WhatsApp
Ibu dari Gallina sekaligus nenek Gloss, Marie Cook menolak memberikan informasi rinci tentang kematian cucunya dan mengarahkan wartawan untuk menghubungi putrinya.
"Putriku dan menantuku adalah orang tua terbaik yang pernah kulihat dalam hidupku, ini adalah tragedi," ungkap Cook.
Dilansir dari The Guardian, Jumat (25/4/2025), teman-teman mendiang juga tidak mendapatkan informasi apapun soal kematian Gloss.
Seorang temannya mengatakan bahwa keluarga Gloss mendapatkan informasi dari pemerintah Rusia tanpa tambahan detail lainnya.
"Dia dinyatakan meninggal di antara perbatasan Ukraina," kata teman Gloss dalam keterangan tertulis.
Latar belakang Michael Gloss
Semasa hidupnya, Gloss dikenal sebagai sosok yang aktif di kampusnya.
Ia merupakan anak Juliane Gallina dan Larry Gloss, yang sama-sama fokus bekerja di bidang kemanan siber.
Ibunya, Gallina diangkat sebagai wakil direktur CIA sejak 2024 lalu. Ia juga menjabat sebagai eksekutif di IMB.
Gallina memulai karier sebagai perwira kriptologi di Angkatan Laut AS dan pensiun pada 2013. Ia merupakan wanita pertama dalam sejarah Angkatan Laut AS yang memimpin brigade taruna.
Sedangkan sang ayah, Larry Gloss, adalah veteran Angkatan Laut AS. Ia bertugas dalam Operasi Badai Gurun dan bekerja di bidang kemanan siber di sektor swasta.
Baca juga: 7 Teori soal Pihak yang Jadi Dalang G30S, Ada Soeharto dan CIA
Sebelum meninggal dunia, Michael Gloss belajar di Oakton High School yang terletak di pinggiran utara Virginia, Vienna.
Menurut unggahan di media sosial, ia juga aktif dalam kegiatan olahraga seperti sepak bola dan lacrosse.
Lepas SMA, Gloss mengenyam pendidikan di College of the Atlantic di Bar Harbor, Maine. Ia mengambil jurusan ekologi manusia.
Kisah perjalanan Gloss hingga tertarik pergi ke Rusia
Kisah mengenai Gloss yang akhirnya pergi ke Rusia didasari pada kebenciannya pada fasisme.
Ia menunjukkan dukungan pada "dunia multipolar" dengan mengunggah bendera Rusia dan Palestina.
Di universitas, Gloss aktif mendukung kesetaraan gender dan protes lingkungan. Ia merupakan bagian dari Rainbow Family, kelompok protes lingkungan sayap kiri.
Dari keanggotaan itu, Gloss melakukan perjalanan ke Hatay, Turki pada 2023 lalu. Ia terlibat dalam misi kemanusiaan untuk membantu pemulihan pascgempa bumi dengan korban lebih dari 56.000 oramh.
Dalam perjalanannya itu, Gloss menjadi semakin marah kepada AS karena mendukung Israel dalam serangan di Gaza.
Kemudian, ia mengungkap keinginan melanjutkan perjalanan ke Rusia. Menurut kenalannya, Gloss ingin bertempur karena melihat-lihat video tentang perang.
Baca juga: 3 Kota Besar Indonesia Jadi Markas Rahasia CIA, Muncul di Berkas Pembunuhan JFK
Begitu mendapat visa ke Rusia, Gloss pun berkeliling hingga akhirnya tiba di Moskow dan bergabung dengan militer sebelum dokumennya kedaluwarsa.
Berdasarkan foto dan video dari iStories, Gloss mendapatkan pelatihan di kamp bersama tentara kontrak Nepal. Tiga bulan kemudian, kabarnya ia dikerahkan ke Ukrania sebagai anggota batalion perang.
Beberapa kenalannya mengatakan bahwa Gloss tidak tertarik berperang. Namun, mendiang berharap bisa tinggal di Rusia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.