Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media Asing Soroti Kasus Keracunan MBG di Indonesia, Apa Kata Mereka?

Baca di App
Lihat Foto
Dok. BGN
Kepala BGN Dadan Hindayana meninjau langsung para siswa MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur, Jawa Barat, yang mengalami gejala gangguan kesehatan usai mengonsumsi makanan dari MBG, Rabu (23/4/2025). Kata Media Asing soal Kasus Keracunan MBG di Indonesia
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Sejumlah media asing menyoroti kasus keracunan MBG atau makan bergizi gratis di Indonesia.

MBG adalah salah satu program Pemerintahan baru untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Sayangnya, dalam pelaksanaannya, program tersebut justru menyebabkan beberapa kejadian keracunan massal.

Sepanjang 2025, setidaknya sudah ada 6 kasus keracunan MBG di sejumlah daerah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terbaru, keracunan massal karena MBG terjadi di Cianjur, Jawa Barat pada Rabu (23/4/2025).

Diberitakan Kompas.com, sebanyak 52 siswa MAN 1 Cianjur mengalami gejala keracunan massal. Begitu juga 20 siswa di PGRI 1 Cianjur.

Imbas insiden tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur menghentikan sementara produksi MBG yang disalurkan ke MAN 1 Cianjur dan menetapkan Cianjur berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB).

Lantas, apa kata media asing soal kasus keracunan MBG di Indonesia?

Baca juga: Kasus Keracunan MBG Terus Terjadi, Ahli Gizi Ingatkan Prinsip Keamanan Pangan

Kata media asing soal kasus keracunan MBG

Berikut ini sederet media asing yang menyoroti kasus keracunan massal akibat program MBG di Indonesia:

1. BBC: biaya mahal tapi menimbulkan masalah pangan

Media BBC memberitakan soal keracunan massal MBG di Indonesia melalui artikel berjudul "Mass food poisonings cast shadow over Indonesia's free school meals" yang terbitkan pada Jumat (25/4/2025).

Dalam artikel tersebut, program MBG disebut sebagai program ambisius yang tidak berjalan sesuai rencana awal.

"Hampir 80 siswa di dua sekolah menengah atas di Cianjur, sebelah selatan ibu kota Jakarta, jatuh sakit setelah mengonsumsi makanan tersebut minggu ini. Sebagian besar dari mereka yang dirawat di rumah sakit telah dipulangkan," tulisnya.

Mengutip keterangan pihak berwenang Indonesia, BBC menyebut, keracunan massal diduga disebabkan karena adanya kelalaian dalam menyiapkan makanan.

Sampel dari muntahan siswa dikirim untuk pengujian di laboratorium. Sementara pihak kepolisian telah memeriksa orang-orang yang menangani makanan tersebut, mulai dari juru masak, pengepak, hingga pekerja pengiriman.

Salah satu korban yang merupakan seorang pelajar berusia 16 tahun mengatakan, ayam suwir yang diterimanya dari program MBG memiliki bau yang tidak sedap.

"Saya merasa pusing, mual, dan muntah," kata korban, sebagaimana diberitakan BBC.

BBC menulis, program MBG yang menelan anggaran 28 miliar dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 471 triliun itu justru dinilai menimbulkan masalah keamanan pangan dan memicu terjadinya protes terhadap pemerintah.

Padahal, biaya tersebut terbilang mahal dibanding dengan program yang sama yang dilakukan di beberapa negara di dunia.

Peneliti tamu di ISEAS Yusof Ishak Institute Maria Monica Wihardja mengatakan kepada BBC, bahwa tidak ada bukti mengenai urgensi pelaksanaan program MBG yang menjadi janji Presiden saat kampenye untuk mengatasi stunting.

Menurut survei nasional 2024, kurang dari 1 persen rumah tangga Indonesia yang tidak makan satu hari dalam sehari.

Rentetan kasus keracunan massal ini justru membuat orang tua mulai menyiapkan makan siang buatan sendiri untuk anak-anak mereka.

Baca juga: Berkaca dari Kasus MBG, Apa Gejala dan Pertolongan Pertama Keracunan Makanan?

2. Malaymail: keracunan massal dan korupsi menjadi tantangan MBG

Media negara tetangga, Malaymail ikut menyoroti kasus keracunan massal MBG.

Melalui artikel berjudul "Budget cuts and food poisoning: The complex reality of Indonesia's free school meals" yang dipublikasikan pada Jumat (25/4/2025), mereka menyebut program yang ditujukan untuk 80 juta anak sekolah di Indonesia itu telah menghadapi tantangan yang signifikan sejak awal.

Sejak dimulai pada Januari 2025, program MBG telah mendapat kritik terkait dengan pendanaan dan pelaksanaannya.

Kekhawatiran soal keamanan pangang juga sudah mengganggu inisiatif program MBG sejak awal.

Malaymail kemudian mengutip keterangan dari Peneliti di Center of Reform on Economics Indonesia Eliza Mardian, yang menilai MBG terlalu tergesa-gesa sehingga pelaksanaannya kurang optimal.

"Ketergesaan ini akhirnya mengorbankan kualitas dan efektivitas, yang justru memperburuk persepsi publik terhadap program ini," kata dia.

Padahal, Pemerintah Indonesia telah mengalokasikan lebih dari 10 miliar dollar AS untuk program ini, yang berpotensi menjadi program makan gratis paling mahal di dunia.

Sebagai perbandingan, India menghabiskan 1,5 miliar dollar AS setiap tahun untuk memberikan makan gratis kepada 120 juta anak. Sementara Brasil juga menghabiskan dana yang sama untuk 40 juta anak sekolah.

Untuk membiayai program ambisius ini, Presiden telah mencari dukungan kepada pemimpin bisnis kaya di Indonesia dan menerima pendanaan dari China.

Yang lebih kontroversial, dia juga memerintahkan pemotongan anggaran sebesar 19 miliar dollar AS di berbagai sektor pemerintah untuk mendanai rencana ini.

Pemangkasan anggaran berdampak luas, baik dari kementerian, pendidikan, dan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Realokasi anggaran untuk MBG sempat memicu protes keras ketika ribuan ornag berdemonstrasi menentang pemotongan anggaran pada Februari 2025.

Selain tantangan keracunan, tuduhan korupsi juga membayangi program tersebut. Apalagi, fakta bahwa pihak kepolisian baru-baru ini melakukan penyelidikan setelah penyedia makanan di Jakarta Selatan menuduh pihak berwenang melakukan penggelapan dana dengan mengklaim bahwa mereka belum membayar tagihan sejak Februari 2025.

Baca juga: 5 Kasus Keracunan Massal MBG, dari Sukoharjo hingga Cianjur

3. Asia News: penetapan KLB usai keracunan MBG

Melalui artikel berjudul "Indonesian regency declares ‘extraordinary occurrence’ after 78 students suffer food poisoning" yang tayang pada Kamis (24/4/2025), Asia News Network menyoroti kasus keracunan massal akibat MBG yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat.

Korban adalah 55 siswa SMA Islam MAN 1 Cianjur dan 23 siswa SMP PGRI 1 Cianjur. Mereka dilaporkan mengalami gejala keracunan usia mengonsumsi makanan dari program MBG.

Akibat insiden tersebut, Dinas Kesehatan Cianjur menetapkan status KLB agar penanganan kejadian berlangsung lebih cepat dan terpusat.

"Tim medis kami sedang melakukan asesmen menyeluruh terhadap penyebabnya dan semua pihak yang terlibat," kata Kepala Dinas Kesehatan Cianjur Yusman Faisal.

Dia mengatakan, semua pasien akan menerima perawatan komprehensif hingga sembuh total. Petugas kesehatan di Puskesmas juga telah diinstruksikan untuk melakukan pendataan dan pemantauan terhadap semua siswa yang mengonsumsi makanan tersebut.

Saat ini, sampel dari dapur dan muntahan korban telah dikirim ke Laboratorium Kesehatan Jawa Barat untuk diuji. Hasil pengujian diharapkan bisa selesai dalam waktu satu minggu.

"Biasanya, hasilnya baru keluar dua minggu, tetapi kami minta waktu satu minggu. Syukurlah, Dinas Kesehatan Provinsi sudah merespons dengan positif, jadi kami berharap hasilnya bisa segera keluar," kata Yusman.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi