Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bumi Makin Panas, Ilmuwan Inggris Jajal Eksperimen Meredupkan Sinar Matahari

Baca di App
Lihat Foto
canva.com
ilustrasi ilmuwan Inggris akan halangi sinar Matahari sampai ke Bumi dengan tujuan untuk mendinginkan suhu bumi.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sejumlah ilmuwan Inggris dikabarkan akan menjajal eksperimen untuk meredupkan sinar Matahari yang sampai ke Bumi.

Tujuannya adalah untuk memerangi perubahan suhu Bumi yang kian memanas akibat global warming.

Pemerintah Inggris melalui Badan Penelitian dan Penemuan Lanjutan (ARIA) telah menyiapkan dana sebesar 50 juta poundsterling atau sekitar Rp 1,1 triliun.

Meski belum diumumkan kapan akan direalisasikan, dana ini ditujukan untuk mendukung eksperimen tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Permukaan Laut Naik Lebih Cepat pada 2024, Bukan karena Pemanasan Global

Mekanisme eksperimen meredupkan Matahari

Dilansir dari GB News, Rabu (23/4/2025), Direktur Program ARIA, Profesor Mark Symes mengatakan saat ini Bumi sedang berada dalam titik kritis.

Beberapa tandanya adalah seperti mencairnya es laut musim dingin di Arktik, hilangnya hutan hujan Amazon, dan runtuhnya lapisan es utama di daratan yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut global.

"Dekarbonisasi sangat penting, tetapi kemajuan kita saat ini menempatkan kita pada risiko memicu sejumlah besar titik kritis iklim yang disebabkan oleh suhu," ujar Symes kepada Independent, Jumat (25/4/2025).

Ia menambahkan, program ini akan mencari cara teraman untuk mendinginkan Bumi, termasuk bertanggung jawab untuk menghindari bencana iklim.

Salah satu eksperimen yang bakal dilakukan untuk "mendinginkan Bumi" adalah memantulkan sinar Matahari kembali ke luar angkasa.

Cara ini diharapkan dapat menahan sementara peningkatan suhu global sembari terus mengupayakan pengurangan emisi.

Baca juga: Ramai soal Kinerja Panel Surya Disebut Tingkatkan Pemanasan Global, Ini Kata Ahli

Percobaan tersebut dapat mencakup "penyuntikan" aerosol ke atmosfer atau mencerahkan awan untuk memantulkan sinar Matahari menjauh dari Bumi.

Salah satu bidang penelitian utama adalah Metode Refleksi Cahaya Matahari (SRM), yang mencakup injeksi aerosol stratosfer.

Injeksi itu dilakukan dengan melepaskan partikel-partikel kecil ke stratosfer.

Solusi potensial lainnya adalah Marine Cloud Brightening. Dalam metode ini, kapal akan menyemprotkan partikel garam laut ke langit untuk meningkatkan reflektivitas awan.

Gagasan lain adalah menyemai awan cirrus. Tujuannya agar lebih banyak panas bisa keluar menjauh dari Bumi, karena awan tinggi seperti ini biasanya memerangkap panas layaknya selimut.

Baca juga: Rusa Kutub Bisa Membantu Melawan Pemanasan Global, Bagaimana Caranya?

Dampak eksperimen bagi siklus alam

Meski proyek geo-engineering tersebut terbilang masuk akal, namun tetap dinilai kontroversial oleh beberapa pihak.

Para kritikus berpendapat bahwa tindakan itu dapat menimbulkan dampak atau efek samping yang merusak.

Selain itu, para kritikus khawatir hal ini mengalihkan fokus dari upaya pengurangan emisi.

Beberapa ilmuwan senior baru-baru ini memperingatkan bahwa upaya mengelola radiasi Matahari justru mengganggu usaha kita menurunkan emisi dan bisa berbahaya.

Mereka bahkan menyamakannya dengan upaya “menyembuhkan kanker hanya dengan aspirin”.

Tak hanya itu, ada juga kekhawatiran bahwa eksperimen tersebut dapat mengubah pola curah hujan yang penting bagi produksi pangan atau menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan lainnya.

Sementara itu, para ilmuwan semakin cemas karena kadar karbon dioksida di udara belum turun cukup cepat untuk menghentikan pemanasan global yang semakin parah.

Selain itu, kekhawatiran akan “titik kritis” iklim (misalnya arus laut penting yang bisa tiba-tiba berhenti atau lapisan es besar yang bisa runtuh) membuat beberapa orang mencari cara-cara baru untuk menanganinya.

Sampai sekarang, belum ada perjanjian internasional yang mengatur skema geo-engineering, dan para ahli meminta penerapannya dihentikan sementara.

Baca juga: Hujan Terasa Semakin Jarang, Benarkah karena Pemanasan Global?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi