KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, baru-baru ini mengumumkan rencananya menggandeng TNI-Polri untuk melaksanakan pendidikan militer bagi siswa yang terindikasi nakal di barak selama 6 bulan.
Menurut laporan Kompas.com, Minggu (27/4/2025), siswa prioritas program pendidikan militer ini adalah yang terindikasi terlibat dalam pergaulan bebas dan tindakan kriminal.
"TNI yang akan menjemput langsung siswa ke rumah untuk dibina karakter dan perilakunya," kata Dedi.
Menanggapi rencana tersebut, pengamat pendidikan Darmaningtyas memberi apresiasi.
Darmaningtyas juga menyebut cara ini memang bisa efektif. Namun, kebijakan ini juga bukti pendidikan karakter di lingkungan sekolah tidak berjalan dengan baik.
Lantas apakah program pendidikan militer Pemprov Jabar menandai lemahnya pendidikan karakter di sekolah?
Baca juga: TK di Bekasi Adakan Wisuda Biaya Tinggi, Apa Kata Pengamat Pendidikan?
Jika pendidikan karakter berjalan dengan baik, tak perlu pendekatan militer
Darmaningtyas mengungkapkan, jika memang pendidikan karakter di sebuah institusi pendidikan berjalan dengan baik, maka tidak perlu menggunakan pendekatan militer untuk mendisiplinkan siswa.
"Kalau pendidikan karakternya jalan, maka untuk mendidik yang nakal pun cukup melalui pendidikan karakter, tidak perlu pendidikan militer lagi," jelas Darmaningtyas kepada Kompas.com, Senin (28/4/2025).
Dilansir dari Kompas.com, Senin (28/3/2025), mulai 2 Mei 2025 mendatang, Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan memberlakukan program pendidikan karakter bagi siswa SMA yang terindikasi nakal.
Siswa yang terlibat pergaulan bebas dan tindakan kriminal di Jawa Barat akan menjalani pendidikan militer khusus
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi akan menggandeng TNI dan Polri dalam menjalankan program tersebut.
Baca juga: Pengamat Sebut Efisiensi Anggaran Bisa Turunkan Kualitas Pendidikan Indonesia, Kenapa?
Program pendidikan karakter tersebut diharapkan sebagai bentuk pembinaan agar para siswa tak lagi terlibat tawuran, perkelahian, atau bentuk kenakalan remaja lainnya.
Menanggapi hal ini, Darmaningtyas pun tak menampik bahwa pendidikan karakter dengan pendekatan militer efektif untuk mencegah dan mengatasi kenakalan remaja.
Menurutnya, pendidikan karakter melalui pendekatan militer sebaiknya memang hanya ditujukan kepada siswa yang sulit diatur dan kenakalannya sudah melampaui batas seperti melakukan tindakan kriminal.
"Pendidikan militer yang fokus membentuk karakter siswa bisa menjadi cara efektif. Biasanya ada faktor psikologis pada siswa yang kemudian harus lebih berhati-hati," terang Darmaningtyas.
Baca juga: Efisiensi Anggaran Pendidikan Disebut Bisa Picu UKT Naik, Begini Kata Pengamat
Kurikulum wajib militer tidak perlu untuk semua siswa
Namun, Darmaningtyas tak sepakat jika pendidikan karakter melalui pendekatan militer diterapkan kepada siswa lainnya yang tidak terlibat dalam kenakalan.
Apalagi terkait rencana Dedi mulyadi memasukkan kurikulum wajib militer di jenjang SMA/SMK.
Pasalnya, selain program pendidikan karakter, Gubernur Jawa Barat tersebut juga hendak menerapkankurikulum wjib militer di satuan pendidikan SMK/SMA mulai tahun ajaran baru.
"Tidak perlu (kurikulum wajib militer), untuk apa? Yang dibutuhkan sekarang adalah kompetensi dalam bidang ilmu pengetahuan dan komunikasi, bukan dalam kemiliteran," tegas Darmaningtyas.
Ia juga menyebut bahwa kedisiplinan tidak selalu identik dengan militer.
"Contoh sekolah-sekolah calon pastur (seminari) dan juga sekolah-sekolah swasta lainnya yang dapat menerapkan kedisiplinan secara baik. Sekolah-sekolah tersebut bahkan sama sekali tidak perlu menghadirkan militer di dalamnya," ujarnya.
Alih-alih militer, menurut Darma lebih baik mendatangkan sastrawan, seniman, dan kritikus ke sekolah. Justru hal itu lebih bermanfaat karena bisa mengajarkan sikap kritis, kreatif, dan inovatif.
"Seniman juga disiplin, karena hanya mereka yang disiplin berlatih dan berkarya hingga menjadi seniman unggul," tandasnya.
Baca juga: Anggaran Pendidikan Kena Imbas Efisiensi, Apa Saja Rinciannya?
(Sumber: Kompas.com/ Penulis: David Oliver Purba)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.