KOMPAS.com - Negara anggota BRICS melalui para menteri luar negeri mengikuti Pertemuan Tingkat Menlu (FMM) BRICS di Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (27/4/2025).
Pertemuan itu dilakukan untuk membahas strategi bersama untuk menghadapi dinamika perdagangan global untuk mengantisipasi kebijakan penerapan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Duta Besar Brasil Mauricio Lyrio menyatakan, forum tersebut dapat menghasilkan sebuah pernyataan bersama untuk mengkritisi kebijakan perdagangan sepihak yang bisa memengaruhi negara anggota BRICS, di antaranya Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan.
Selain itu, kebijakan sepihak tersebut juga dapat berdampak pada negara yang baru bergabung dengan BRICS, antara lain Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Iran, dan Indonesia.
“Para menteri merundingkan deklarasi untuk menegaskan kembali sentralitas dan negosiasi perdagangan multilateral sebagai poros utama tindakan dalam perdagangan,” kata dia, dikutip dari Reuters.
“Mereka akan menegaskan kembali kritik mereka terhadap tindakan-tindakan unilateral yang berasal dari mana pun," imbuhnya.
Baca juga: Daftar Anggota BRICS 2025 Usai Indonesia Resmi Bergabung
Tantangan tarif Trump untuk BRICS
BRICS menghadapi tantangan-tangan baru terkait tindakan perdagangan yang diterapkan Amerika Serikat.
Sebagai contoh, salah satu negara anggotanya, China dikenai tarif sebesar 145 persen untuk ekspor ke Amerika Serikat.
Tak hanya China, anggota BRICS lainnya juga mendapat ancaman dari Trump yang menyebutkan bakal mengenakan tarif tambahan sebesar 100 persen, jika blok tersebut melanjutkan kerja sama dengan mata uang tunggal untuk menggantikan dollar dalam transasksi pembayaran di tingkat internasional.
Brasil, yang saat ini memegang presidensi BRICS, telah membatalkan penggunaan mata uang bersama itu, seperti dilaporkan kepada Reuters pada Februari lalu.
Meski demikian, agenda kepemimpinannya tetap membuka jalan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan global.
Negara berkembang anggota BRICS, termasuk China saat ini juga tengah menghadapi tekanan yang semakin besar dari negara-negara kaya untuk berkontribusi dalam pembiayaan inisiatif dan mitigasi di negara-negara termiskin.
"Yang tidak ada dalam agenda adalah revisi negara mana yang harus membayar untuk transisi energi dan negara mana yang pada akhirnya, secara sukarela, juga dapat membiayainya. Perbedaan ini benar-benar mendasar," imbuh Lyrio.
“Kewajiban finansial untuk membiayai perjuangan melawan perubahan iklim dan transisi energi di negara-negara berkembang terletak pada negara-negara kaya," ujar dia.
Baca juga: Perjalanan Indonesia hingga Akhirnya Resmi Jadi Anggota BRICS
Apa yang dibahas dalam pertemuan BRICS di Brasil?
Selain membahas dampak kebijakan tarif Trump dan respons bersama, pertemuan tingkat menteri negara anggota BRICS juga membahas berbagai isu global dan regional lainnya.
Di antaranya terkait dengan politik dan keamanan, reformasi tata kelola global, serta peran negara-negara Selatan Global untuk memperkuat multilateralisme.
Menteri Luar Negeri Brasil Mauro Vieira membuka perundingan dengan menyerukan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Dia juga menyebut bahwa blokade bantuan Israel selama lebih dari 50 hari di wilayah tersebut sebagai tindakan yang tidak dapat diterima.
Dia mendorong terjadinya solusi diplomatik yang sejalan dengan prinsip piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Indonesia, yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono bersama dengan Vieira turut membahas soal urgensi aksi iklim dan meningkatnya peran negara-negara berkembang dalam memajukan multilateralisme.
Sebagai mitra strategis dan sesama "kekuatan menengah" (middle power), Indonesia dan Brasil mendorong peningkatan kerja sama secara bilateral dan multilateral.
Kedua menteri luar negeri itu juga membahas peluang pengembangan kerjasama Indonesia dan Brasil khsuusnya dalam ketahanan pangan dan energi, pendidikan, dan kesehatan.
Terlebih, Indonesia dan Brazil sama-sama memiliki program prioritas dalam aspek pembinaan modal manusia (human capital), salah satunya lewat program makan gratis bagi anak-anak usia sekolah.
Sebagai informasi, kelompok kerja sama multilateral BRICS yang didirikan pada 2009 lalu kini beranggotakan 11 negara. Indonesia resmi bergabung menjadi anggota BRICS pada Januari 2025 lalu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.