Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Suster Genevieve, Sahabat Paus Fransiskus yang Hadir di Vatikan dengan Jaket dan Ransel

Baca di App
Lihat Foto
X
Tangkapan layar suster Genevieve Jeanningros di depan peti mati Paus Fransiskus.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Ada momen menarik dalam prosesi penghormatan terakhir sebelum jasad Paus Fransiskus dimakamkan pada Sabtu (26/4/2025).

Diketahui, area sekitar peti jenazah hanya diperuntukkan untuk kalangan tertentu saja. Namun dalam momen tersebut, terlihat seorang suster melanggar protokol Vatikan dengan datang mengenakan baju sangat seadanya dan sederhana, Rabu (23/4/2025).

Dia adalah Genevieve Jeanningros (82), suster Perancis-Argentina yang merupakan sahabat Paus Fransiskus.

Mengenakan kerudung biru sederhana di atas rambut peraknya, Genevieve mendekati dan berdiri di depan peti mati Sang Paus yang bernama asli Jorge Mario Bergoglio.

Genevieve terlihat berdiam diri selama beberapa menit, kemudian berlinang air mata.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“(Fransiskus) seorang saudara, seorang Paus, seorang teman,” kata Genevieve, dikutip dari People, Sabtu (26/4/2025).

Penampilan suster Genevieve yang sederhana dan "berbeda" telah mencuri perhatian banyak pihak, termasuk warganet.

Akun X @gelarprak*** mengunggah tulisan pada Sabtu (26/4/2025), "Di tengah perlombaan kemewahan dunia, ada Sr. Genevieve yg jaketan, ranselan dan jalan kaki sepulang ngelayat Bapa Suci. Padahal beliau sahabatnya Paus." 

Lantas, bagaimana kisah persahabatan Fransikus-Genevieve tersebut?

Baca juga: Kenang Paus Fransiskus, Menlu Vatikan Rasakan Kekosongan Besar

Siapa Genevieve?

Genevieve adalah anggota kelompok Katolik bernama Little Sisters of Jesus.

Keduanya telah berteman sejak Paus Fransiskus masih menjadi uskup di Buenos Aires, Argentina.

Dilansir dari France24, Jumat (25/4/2025), kisah persahabatan itu diawali dengan pertemuan yang terjadi 20 tahun lalu.

Ketika itu, Genevieve melakukan perjalanan dari Roma ke Buenos Aires untuk menghadiri pemakaman bibinya, Leonie Duquet.

Duquet yang juga seorang suster Perancis adalah korban kediktatoran Argentina. Dia dilempar ke laut dalam salah satu “penerbangan maut” yang terkenal.

Peristiwa itu terjadi pada malam 14 Desember 1977 bersama seorang suster Perancis lainnya, Alice Domon, dan 10 aktivis.

Diketahui, kelompok-kelompok hak asasi manusia Argentina memperkirakan sekitar 30.000 orang dihilangkan secara paksa di bawah kediktatoran militer Argentina pada tahun 1976-1983, dan banyak di antara mereka yang disiksa dan dibuang ke laut.

Jasad Duquet terdampar di pantai dan dikuburkan di sebuah kuburan massal, namun pada tahun 2005, jasadnya ditemukan dan berhasil diidentifikasi.

Mario Bergoglio yang menjadi Uskup Buenos Aires saat itu menyetujui pemakaman Duquet di halaman gereja Santa Cruz, tempat dia ditahan.

“Saya menangis hampir dari awal hingga akhir misa. Saya tidak dapat menerima bahwa sebagian dari gereja berada di pihak kediktatoran,” ucap Genevieve.

Genevieve menulis surat kepada Mario Bergoglio pada 2005, ketika ia merasa dikecewakan oleh kurangnya pejabat tinggi gereja yang menghadiri pemakaman bibinya.

Saat itu, Mario Bergoglio sedang menghadiri sinode para uskup di Vatikan. Meski begitu, Mario Bergoglio tetap menelepon Genevieve dan memberikan penjelasan.

Baca juga: Mengenal Tanatopraksi, Teknik Pengawetan Jenazah untuk Paus Fransiskus Sebelum Dimakamkan

Persahabatan mulai terjalin

Delapan tahun kemudian, Genevieve berdiri di Lapangan Santo Petrus ketika Mario Bergoglio muncul di balkon Basilika Santo Petrus sebagai Paus yang baru.

Persahabatan mereka mulai terlihat setelah Paus Fransiskus mengundang Genevieve ke sebuah misa di kediaman Santa Marta, tempat Sang Paus tinggal di Vatikan.

Paus Fransiskus bahkan mengunjungi karavan tempat Genevieve tinggal di sebuah pasar malam di pantai Tyrrhenian.

Mereka semakin dekat selama pandemi Covid-19 ketika Genevieve menyampaikan sebuah permintaan kepada Paus Fransiskus.

Saat itu, Paus Fransiskus diminta untuk membantu para pekerja pasar malam di Luna Park yang tidak memiliki penghasilan, dan juga menemui sekelompok pekerja seksual trans Amerika Latin.

Saat Paus kembali tampil di depan publik setelah pandemi, setiap minggu Genevieve membawa sekelompok orang dari komunitas LGBTQ untuk bertemu dengan Paus Fransiskus.

“Saya selalu menulis pesan singkat kepadanya untuk memberitahukan siapa saja yang akan datang,” kata Genevieve.

Baca juga: Apa Itu Novemdiales, Sembilan Hari Masa Berkabung Wafatnya Paus Fransiskus?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi