KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berencana untuk mengirimkan siswa bermasalah ke barak militer dan menjalani pendidikan di sana.
Kebijakan tersebut menuai sorotan karena cukup unik dan berbeda dengan metode pendisiplinan siswa pada umumnya.
Baca juga: Profil Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan, Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Barat 2025-2030
Rencana pembinaan siswa di barak militer ini muncul Dedi mengusulkan agar siswa yang berulang kali melakukan pelanggaran berat dapat digembleng dalam lingkungan militer.
Menurunya, ini adalah bentuk pendidikan karakter untuk menanamkan rasa disiplin dan tanggung jawab.
Lantas, apa saja yang perlu diketahui dari rencana kebijakan pembinaan siswa di barak militer tersebut?
Baca juga: Daftar Kendaraan Dinas yang Dibagi-bagikan Dedi Mulyadi
Kapan kebijakan ini akan dilaksanakan?
Dedi menjelaskan, pelaksanaan program akan dimulai secara bertahap sejak 2 Mei 2025, dimulai dari daerah rawan lalu diperluas ke seluruh kabupaten/kota.
Setiap siswa akan mengikuti program itu selama 6 bulan hingga satu tahun di kurang lebih 30 hingga 40 barak khusus yang telah disiapkan oleh TNI.
Selama enam bulan tersebut siswa akan dibina di barak dan bahkan TNI yang akan menjemput langsung siswa ke rumah untuk dibina karakter dan perilakunya.
Program ini akan dibiayai lewat kerja sama antara Pemprov Jabar dan pemerintah kabupaten/kota yang terlibat.
Baca juga: Dedi Mulyadi akan Berlakukan Pendidikan Militer untuk Atasi Kenakalan Remaja, Apa Kata Pengamat?
Apakah siswa yang dikirim ke barak militer akan tetap bersekolah?
Meski dibina di barak militer, para siswa tetap akan mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) seperti biasa.
Mata pelajaran yang diajarkan juga sesuai dengan materi di sekolah asal. Hanya saja mereka melaksanakan kegiatan itu di area Komplek Militer atau Polri.
Nantinya akan ada ruang kelas, ada guru dari sekolah asal yang datang ke lokasi untuk mengajar para siswa.
Hingga kini, lanjut Dedi, sudah ada beberapa daerah di Jawa Barat yang menyatakan siap untuk menjalankan rencana tersebut mulai 2 Mei 2025.
Baca juga: Dedi Mulyadi Akan Bina Siswa Nakal ke Barak Militer, Pengamat: Bukan untuk Semua Siswa
Apa kriteria siswa yang dibina di barak militer?
Siswa dipilih berdasarkan kesepakatan antara sekolah dan orang tua, dengan prioritas pada siswa yang sulit dibina atau terindikasi terlibat dalam pergaulan bebas atau kriminal.
Dalam keterangan yang disampaikan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Dedi Mulyadi membeberkan kriteria siswa nakal yang akan menjalani pendidikan militer di barak.
Menurutnya, siswa yang bisa dikirim ke barak militer adalah mereka yang suka tawuran, mabuk, main game berlebihan hingga begadang.
Baca juga: Dedi Mulyadi: Uang Ganti Alih Fungsi Hutan Rp 11 Juta Per Hektare, Negara Rugi
Selain itu, Dedi menjelaskan, ini juga berlaku bagi siswa yang kerap membuat ribut di sekolahnya masing-masing dan suka bolos sekolah.
Bahkan, kebijakan tersebut termasuk untuk siswa yang suka melawan orang tua dan melakukan pengancaman.
Bagaimana tanggapan ahli dan pengamat terkait kebijakan tersebut?
Pengamat pendidikan Darmaningtyas memberi apresiasi dan menganggap pembinaan di barak militer bisa cukup efektif.
Namun, menurutnya, kebijakan ini juga menjadi bukti bahwa pendidikan karakter di lingkungan sekolah tidak berjalan dengan baik.
Darmaningtyas tak menampik bahwa pendidikan karakter dengan pendekatan militer efektif untuk mencegah dan mengatasi kenakalan remaja, khususnya bagi siswa yang sulit diatur dan kenakalannya sudah melampaui batas.
Baca juga: Apa Kriteria Anak yang Akan Dikirim ke Barak Militer?
Di sisi lain, Pengamat Kebijakan Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof Cecep Darmawan menyarankan Dedi Mulyadi mengkaji ulang kebijakan siswa nakal masuk barak militer.
Menurut dia, untuk mengatasi masalah siswa nakal tidak harus diserahkan ke institusi lain, namun harus ditangani oleh internal sekolah maupun keluarga.
Sebab, persoalan setiap siswa yang nakal atau bermasalah tersebut berbeda-beda dan tidak bisa diseragamkan.
Meski begitu, Cecep mengapresiasi upaya baik dari Dedi Mulyadi yang ikut turun tangan menyelesaikan permasalahan siswa nakal atau yang tidak bisa dibina.
(Sumber: Kompas.com/Adhyasta Dirgantara, Tria Sutrisna, Muhammad Iqbal Amar, Faqih Rohman Syafei | Editor: Jessi Carina, Dani Prabowo, Resa Eka Ayu Sartika, Farid Assifa)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.