KOMPAS.com - Sejumlah warganet baru-baru ini mengaku merasakan perubahan cuaca yang mana pada siang hari terasa panas sekali, lalu pada malam dan pagi hari lebih dingin dari sebelumnya.
"Cuaca hari ini gimana di daerah kalian, disini siang panassss aaaaaaa," cuit @Ribbka*** pada Rabu (30/4/2025).
Sementara itu, ada juga warganet yang melaporkan temuan embun upas di dataran tinggi Dieng.
"Embun es dieng muncul hari ini di suhu -0,5 derajat celsius. Sebelumnya Early Warning System sudah mengirimkan peringatan. Kemudian pagi tadi embun es muncul," tulis pengelola akun @Cuaca**** pada Rabu.
Lantas, bagaimana penjelasan BMKG soal belakangan pagi terasa lebih dingin tapi siang panas?
Baca juga: Ramai soal Pulau Jawa Terasa Panas dan Pengap Tanpa Awan, Berikut Penjelasan BMKG
Saat dimintai informasi, Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani, menilai normal jika beberapa wilayah di Indonesia belakangan ini mengalami cuaca yang terasa sangat terik di siang hari dan sebaliknya, lebih dingin saat malam hingga pagi hari.
Ia menjelaskan bahwa saat ini cuaca cerah mendominasi sebagian besar wilayah Indonesia, terutama di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara.
Kondisi ini, kata dia, disebabkan oleh minimnya pertumbuhan awan, terutama pada siang hari.
Ketiadaan awan menyebabkan sinar matahari menembus langsung ke permukaan bumi tanpa hambatan yang signifikan.
"Dengan begitu, wajar bila suhu udara pada siang hari di luar ruangan terasa sangat terik," upcanya kepada Kompas.com, Rabu (30/4/2025).
Ia menjelaskan, fenomena ini merupakan hal yang lazim terjadi saat musim kemarau dan menjadi bagian dari siklus tahunan.
Kenapa malam dan pagi lebih dingin dari sebelumnya?
Ida menerangkan, minimnya awan tidak hanya berdampak pada suhu siang hari yang panas, tapi juga membuat malam dan pagi terasa lebih dingin.
Menurut Ida, awan berfungsi seperti "selimut alami" yang menahan panas bumi agar tidak langsung lepas ke atmosfer.
"Tanpa awan, panas yang diserap bumi di siang hari akan lebih cepat hilang pada malam hari. Akibatnya, suhu udara bisa turun drastis," jelasnya.
Inilah yang menyebabkan malam hingga pagi terasa lebih dingin, bahkan di beberapa tempat seperti dataran tinggi Dieng atau wilayah pegunungan lainnya bisa muncul fenomena embun upas atau embun es.
"Sebagian masyarakat bahkan sering keliru menyebut embun upas sebagai salju," tambah Ida.
Fenomena embun upas terbentuk ketika suhu udara turun di bawah titik beku, dan tetesan embun berubah menjadi kristal es di permukaan tanaman atau tanah.
Kondisi ini umumnya terjadi pada malam dengan cuaca cerah, dingin, dan tanpa angin.
Baca juga: Kenapa Bibit Siklon Tropis Terus Bermunculan Saat Musim Kemarau? Ini Penjelasan BMKG
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.