KOMPAS.com - Hari Buruh atau May Day diperingati pada 1 Mei setiap tahunnya.
Di banyak negara, termasuk Indonesia, tanggal ini menjadi momentum penting bagi para pekerja untuk menyuarakan aspirasi, menuntut hak-hak yang lebih baik, serta mengenang perjuangan kelas pekerja dalam sejarah.
May Day bukan sekadar hari libur, melainkan simbol perjuangan panjang demi kondisi kerja yang manusiawi dan adil.
Lantas, bagaimana asal-usul peringatan Hari Buruh?
Baca juga: Diperingati Tiap 1 Mei, Mengapa Hari Buruh Disebut May Day?
Asal-usul May Day
Dilansir dari Britannica, pada tahun 1889, sebuah federasi internasional kelompok sosialis dan serikat pekerja menetapkan tanggal 1 Mei sebagai hari dukungan bagi para pekerja.
Penetapan ini dilakukan untuk memperingati Kerusuhan Haymarket di Chicago yang terjadi pada 1886.
Saat itu, sebanyak 300.000 pekerja di seluruh negeri menuntut jam kerja dibatasi menjadi delapan jam sehari.
Aksi damai ini berubah menjadi tragedi berdarah dalam peristiwa yang dikenal sebagai "Haymarket Riot".
Sempat terjadi bentrokan antara polisi dengan demonstran, sebuah bom dilemparkan hingga menewaskan sejumlah petugas dan warga sipil.
Baca juga: Ada Kegiatan Hari Buruh di Monas, 39 Kereta Api Berhenti Luar Biasa di Stasiun Jatinegara
Menurut catatan sejarah, sebanyak delapan aktivis buruh dijatuhi hukuman berat, beberapa dihukum mati, meski bukti keterlibatan mereka tidak meyakinkan.
Di Eropa, pada 1 Mei awalnya dikenal sebagai festival rakyat tradisional (May Day). Namun, maknanya berubah seiring waktu menjadi simbol gerakan buruh.
Salah satu negara yang mendukung perayaan ini adalah Uni Soviet. Sebab, mendukung perayaan itu dianggap bisa mendorong solidaritas pekerja di Eropa dan Amerika Serikat dalam menentang kapitalisme.
Di Uni Soviet dan negara-negara blok Timur, 1 Mei menjadi hari libur penting yang dirayakan dengan parade besar, termasuk di Lapangan Merah Moskow, yang dipimpin oleh pejabat tinggi dan Partai Komunis untuk menghormati para pekerja sekaligus menunjukkan kekuatan militer.
Sementara itu, pada 1894, Presiden AS Grover Cleveland, menetapkan Hari Buruh sebagai hari libur nasional untuk menghormati para pekerja.
Hari Buruh yang pertama kali diperingati di AS kemudian menyebar ke Eropa hingga Indonesia.
Baca juga: Hari Buruh di Indonesia, Disambut Soekarno, Dihapus Soeharto, Dikembalikan Habibie dan SBY
May Day di Indonesia
Dilansir dari Kompas.com, Rabu (30/4/2023), perayaan Hari Buruh di Indonesia pertama kali diadakan pada 1 Mei 1918.
Saat itu, Hari Buruh diselenggarakan oleh Serikat Buruh Kung Tang Hwee.
Ide perayaan ini muncul setelah Adolf Baars, seorang tokoh kolonial, menyuarakan kritik terhadap rendahnya harga sewa tanah milik para buruh yang digunakan untuk perkebunan.
Baars juga menyoroti kondisi para buruh yang menerima upah jauh dari layak.
Pada 1 Mei 1946, Kabinet Sjahrir menganjurkan peringatan Hari Buruh ini.
Bahkan peringatan Hari Buruh telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1948 yang mengizinkan buruh tidak bekerja pada tanggal tersebut.
Tetapi, pada era Soeharto, Hari Buruh sempat dilarang karena dianggap identik dengan ideologi komunisme.
Akibatnya, peringatan Hari Buruh tiap 1 Mei pada masa Orde Baru pun sempat ditiadakan.
Peringatan Hari Buruh baru kembali dapat dilakukan setelah masa Reformasi.
Pada 1 Mei 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan Hari Buruh sebagai hari libur nasional sampai sekarang.
(Sumber: Kompas.com/Puspasari Setyaningrum)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.